Ailen menarik napas dalam dan membuang perlahan. Tangannya menggenggam nampan berisi segelas kopi. Manik matanya menatap lekat ke arah pintu di depannya. Sudah lebih dari lima menit dia berada di sana, tetapi tidak ada pergerakan sama sekali. Dia bahkan tidak mengetuk atau berpindah tepat. Kalau Papa masih marah bagaimana? Ailen yang sempat memikirkan hal itu pun menarik napas dalam dan membuang perlahan. Jarinya mulai mengeratkan genggaman, berusaha meyakinkan isi dalam hatinya. Hingga dia yang merasa yakin pun mendesah kasar. Sebelah tangannya melepaskan genggaman dan beralih ke arah pintu. Tok … tok … tok… Ailen diam, menatap ke arah pintu yang baru saja diketuk. Manik matanya menatap lekat, menunggu pintu ruang kerja sang papa terbuka. Pasalnya Ailen cukup tahu jika sang papa tidak