Ailen membuka mata secara perlahan, menutup sejenak dan kembali membukanya. Gadis itu berusaha menyesuaikan pandangan dengan sekitar, menatap langit kamar yang terasa buram. Kepalanya terasa sakit, membuat berdesis kecil. Semalam, dia menangis dan tertidur, membuat kepala Ailen terasa cukup berat. “Astaga, kenapa rasanya begini?” tanya Ailen dengan diri sendiri. Tangannya digunakan untuk memijat kepala, berharap hal itu akan membuatnya membaik. Hening. Ailen mengalihkan pandangan, menatap sekitar yang terasa sepi. Tidak ada siapapun di dalam ruangan itu. Kamar tidurnya hanyalah miliknya. Bersyukur saja karena Kenzo masih memberinya tempat tinggal setelah menikah. Kalau tidak, Ailen yakin dia akan bingung mencari tempat untuk berteduh. Hanya saja, apa yang didapat juga harus dibayar denga