[4] Melalui Malam Panas (KONTEN DEWASA)

1062 Kata
Hening. Ailen yang sudah merasakan panas pun menghentikan permainan. Tangannya mulai mencari resleting di bagian belakang. Pasalnya, gairahnya semakin meningkat, terbukti dengan deru napas yang begitu berat. Keningnya juga sudah dipenuhi dengan keringat karena menahan hasrat yang kian meningkat. “Kamu mau apa, Ailen?” tanya Kenzo, menatap ke arah Ailen curiga. “Badanku panas, Pak,” jawab Ailen, masih sibuk mencari bagian resleting. Hingga dia mendapatkannya, membuat Ailen tersenyum lebar. Namun, saat akan menurunkannya, Kenzo langsung mencegah. Pria itu menatap dalam, memperhatikan Ailen lekat. Dia merasakan hal aneh dari wanita itu. “Lepaskan, Pak. Aku benar-benar tidak tahan,” ucap Ailen dengan perasaan tidak karuan. “Kamu jangan gila, Ailen. Kamu mau melepaskan pakaian kamu di sini? Kamu mau semua orang melihat tubuh kamu?” Kenzo menatap tidak suka. Dia benar-benar tidak tahan untuk menghadapi gadis di depannya. “Kalau begitu tolong aku, Pak. Aku benar-benar tidak tahan,” ucap Ailen dengan nada memelas. Manik matanya menatap ke arah Kenzo dengan sorot mata sendu. Kenzo yang mendengar terdiam. Bagaimana caranya dia membantu Ailen? Selain itu, kenapa gadis di depannya ini bisa bertingkah seperti kali ini? Apakah Ailen mengkonsumsi sesuatu? Hingga sebuah sentuhan di tubuhnya terasa, membuat Kenzo yang sibuk melamun langsung tersentak kaget. “Jangan kurang ajar kamu, Ailen,” bentak Kenzo sembari menyingkirkan tangan Ailen dari bagian bawahnya. Sayangnya, Ailen seperti hilang kendali. Dia tidak lagi takut dengan bentakan yang diberikan Kenzo. Bahkan, Ailen malah semakin menjadi-jadi. Dia mendekat ke arah Kenzo dan mengalungkan tangan di leher sang dosen. Tanpa mengatakan apa pun, Ailen mendekat dan kembali menyatukan bibir. Kenzo yang kembali merasakan lumatan itu pun dibuat bingung. Tubuhnya yang terus digoda mulai merasakan sensasi lain. Bagian bawahnya secara perlahan mulai bangkit, bersamaan dengan gairah yang semakin meningkat. Apa ini boleh? Kenzo yang sempat merasa ragu, perlahan menghilang. Dia memilih membalas kuluman di bibir. Sebelah tangannya diletakkan di pinggang Ailen. Sedangkan tangan yang lain menekan tengkuk Ailen dan memperdalam kuluman. Kali ini, Kenzo benar-benar tidak bisa berhenti. Lidahnya bahkan mulai bermain dengan lihai, membuat Ailen cukup kewalahan. Apalagi ini adalah pertama kalinya dia melakukan hal semacam ini. Namun, Ailen masih enggan mengalah. Pikirannya bahkan tidak bisa berfungsi dengan benar. Sebelah tangannya pun mulai menyusuri tubuh Kenzo dan berhenti ketika menyentuh gundukan yang membuatnya tersenyum lebar. “Jangan teruskan, Ailen,” ucap Kenzo saat permainannya berhenti. Sayangnya, Ailen yang mendapat teguran itu malah tersenyum lebar dan menatap Kenzo lekat. “Kalau aku tidak mau bagaimana, Pak?” tanya Ailen dengan tatapan menggoda, seakan tidak ada ketakutan dalam dirinya. Padahal dalam hati dia benar-benar merutuki tubuhnya yang tidak berjalan sesuai dengan pikirannya. Kenzo tahu jika dia teruskan, semua akan menjadi panjang. Dengan tenang, dia meraih pergelangan tangan Ailen dan menggenggam erat. “Aku rasa kamu butuh istirahat, Ailen,” putus Kenzo pada akhirnya. Dengan kasar, dia menarik Ailen. *** “Ini kamar kamu, Ailen. Malam ini, kamu bisa tidur di sini,” ucap Kenzo, berusaha untuk tenang. Namun, Ailen yang merasa sudah bebas pun kembali mencari resleting dan menariknya. Kenzo yang ada di depannya pun hanya diam dengan kedua mata melebar. Otaknya berhenti bekerja untuk beberapa waktu. Sampai dia melihat Ailen yang sudah melepas seluruh pakaian, membuat Kenzo tersadar. Dengan cepat, dia melangkah ke arah gadis itu. “Jangan kamu lepas lagi,” ucap Kenzo sembari mencegah tangan Ailen. Pasalnya, gadis itu berniat melepas seluruh pakaian. “Badanku panas, Pak,” sahut Ailen tanpa dosa. Sesekali dia menelan saliva pelan karena tenggorokannya yang terasa kering. Ailen menarik tangannya dan berniat melepas kembali pakaian yang tersisa. Sayangnya, Kenzo yang ada di sana langsung mencegah. Pria itu menarik kasar dan membawa Ailen ke atas ranjang. Dia menyelimuti gadis itu, tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan. Sejak tadi Ailen sudah menggodanya, membuat pertahanan Kenzo semakin menipis. Dan aku tidak mau lepas kendali, batin Kenzo, mencoba mengingatkan diri sendiri. Namun, Ailen yang berada di atas ranjang langsung mengalungkan tangan di leher Kenzo, tepat ketika pria itu akan pergi. Manik matanya menatap sendu ke arah Kenzo. Dia benar-benar merasa tersiksa karena minuman yang baru saja diminumnya. “Pak, bisa aku minta sesuatu?” tanya Ailen dengan suara setengah mendesah. “Apa?” Kenzo mengerutkan kening dalam, merasa curiga dengan permintaan Ailen. “Sentuh aku,” jawab Ailen dengan mantap. Bagai tersambar petir, Kenzo melebarkan kedua mata. Sentuh aku? Apa gadis di bawahnya ini gila? Mereka bahkan memiliki batas status yang harus dijaga. Dia seorang dosen, sedangkan Ailen adalah mahasiswinya. Kenzo yang teringat dengan hal itu pun langsung melepas kalungan di tangannya, tetapi Ailen masih terus mempertahankannya. “Aku benar-benar sudah tidak kuat untuk menahannya, Pak,” ucap Ailen kembali. “Kamu sebenarnya kenapa, Ailen?” Namun, bukannya jawaban yang diberikan, Ailen malah mengecup bibir Kenzo singkat, diikuti lumatan kecil. Tapi, hal itu benar-benar membuat gairah yang sempat padam, kembali tersulut. Bukan hanya itu, Kenzo merasakan getaran lain karena sentuhan yang diberikan Ailen. Apalagi melihat wajah Ailen yang cukup menggoda, membuat Kenzo yang berusaha mati-matian menahan semakin tidak kuat. Sejenak, Kenzo mencoba mengendalikan diri, tetapi Ailen yang berada di bawahnya masih terus menggoda. Gadis itu bahkan tidak segan membuka kancing pakaian Kenzo dan menyentuh otot di d**a pria itu lembut. Kenzo yang merasakan semakin hilang kendali. Dengan cepat, dia menundukkan tubuh dan melumat habis bibir Ailen. Hening. Ruangan dengan cahaya remang itu pun terasa begitu sunyi. Hanya terdengar kecipak pertukaran saliva. Kenzo pun mulai melepaskan pakaiannya, melempar asal. Tanpa melepaskan kuluman, Kenzo terus memberikan rangsangan di tubuh Ailen. Ailen yang merasakan hanya mampu mendesah kecil dan menikmati setiap perlakuan Kenzo dengannya. Dia bahkan tidak peduli dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya. AC di ruangan itu juga tidak benar-benar berfungsi dengan baik. Hingga Kenzo yang sudah merasa cukup pun menghentikan permainan dan turun. Ailen hanya diam, menatap apa yang dilakukan Kenzo. Deru napasnya semakin terlihat jelas. Dadanya juga sudah naik-turun dan sesekali menelan saliva. Hingga Kenzo yang sudah selesai pun kembali ke ranjang. Sejenak, Kenzo hanya diam, menatap ke arah Ailen yang sudah menunggu. Gadis itu seakan tidak memiliki ketakutan sama sekali. “Kamu akan menyesalinya, Ailen,” ucap Kenzo. “Aku tidak akan menyesalinya, Pak,” sahut Ailen cepat. Kenzo yang merasa mendapat dorongan pun kembali menundukkan kepala, meraup bibir Ailen. Malam ini, Kenzo memilih menyerah dengan hasratnya, menuntaskan dengan Ailen. Desah dan bunyi perpaduan pun terdengar dengan jelas. Hingga beberapa menit kemudian, ruangan yang semula riuh berubah menjadi hening, bersamaan dengan keduanya yang sudah mencapai puncak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN