[3] Dalam Pengaruh Obat

1066 Kata
Ciara mengulas senyum lebar. Tubuh rampingnya melenggok dengan cukup indah. Kaki jenjangnya melangkah ke arah Kenzo yang masih berada di meja, mengobrol dengan salah satu dosen yang lain. Hingga dia yang sudah sampai di sebelah Kenzo meletakkan gelas dan duduk. “Kalian benar-benar terlihat serasi. Apa kalian tidak ada rencana untuk menjalin hubungan?” tanya Heri—salah satu dosen yang duduk di sebelah Kenzo. “Tidak, Pak. Kami hanya berteman saja,” jawab Kenzo dengan cepat. Ciara yang sebelumnya tersenyum lebar dan terlihat malu-malu pun dibuat patah dengan jawaban Kenzo. Manik matanya menatap ke arah Kenzo yang selalu saja menekankan mengenai hubungan keduanya. Padahal, Ciara sudah lama memendam cinta untuk pria di dekatnya itu. Dia berharap, dengan menjadi sahabat dan teman cerita Kenzo, hubungan mereka akan berubah menjadi lebih baik. Meski sampai sekarang, status itu tetap tidak berubah. “Kalau kamu sendiri bagaimana, Ciara?” tanya Heri, menaikkan sebelah bibir. Ciara yang ditanya pun menarik kedua sudut bibir semakin lebar dan menjawab, “Aku sama dengan Kenzo. Kami hanya berteman.” Tidak mudah untuk menjadi dekat dengan Kenzo. Jadi, Ciara tidak ingin hubungan yang sudah lama dipertahankan itu menjadi hancur begitu saja hanya karena perasaannya. Semua harus berjalan dengan rencana yang matang. Rencana. Ciara yang merasa rencananya sudah mulai berjalan pun tersenyum manis. Manik matanya melirik ke arah Kenzo yang masih diam dan menggenggam minuman yang baru saja dia bawa. Ya, disanalah rencananya akan mulai dijalankan. Aku rasa semuanya akan berakhir hari ini, Kenzo. Sebentar lagi, aku akan menjadi Nyonya Kenzo Mahardika, batin Ciara dengan sorot mata bangga. Sedangkan di tempat yang sama, Ailen masih mengamati keduanya. Dia memperhatikan Kenzo dalam. Sesekali, Ailen menggigit bibir bawah, merasa bingung harus melakukan tindakan seperti apa. Pasalnya, dia takut jika terjadi hal buruk dengan Kenzo, tetapi dia juga takut jika dia salah melakukan tindakan. Ailen takut kalau hal ini malah akan menjadi masalah untuknya. Hingga manik matanya melihat Kenzo yang mulai mengangkat gelas berisi sirup. Alarm bahaya berbunyi. Ailen yang melihat pun tanpa sadar melangkahkan kaki. Dengan cepat, dia mengayun ke arah Ailen berada. Raut wajahnya terlihat begitu serius. Perasaan takut, bimbang dan bingung pun menguap begitu saja. Dalam pikirannya saat ini hanyalah ingin menyelamatkan Kenzo. Walaupun itu racun, Ailen juga sudah tidak peduli. Ailen yang sudah berada di dekat Kenzo pun dengan cepat mengambil gelas pria itu. Jelas, hal itu membuat Kenzo terkejut. Tidak hanya Kenzo, semua yang ada di ruangan itu pun terkejut dan menatap Ailen yang sedang meneguk minuman Kenzo. Bahkan, gadis itu tidak segan meneguknya. Padahal, Kenzo sudah sedikit meneguk minuman itu. “Ailen!” bentak Kenzo dengan kedua mata melebar. Namun, Ailen tidak peduli. Dia masih terus meneguk minuman itu hingga habis. Hingga gelas di tangannya kosong, Ailen meletakkannya di depan Kenzo dan menatap sang dosen lekat. “Ailen, apa yang kamu lakukan? Itu minuman Kenzo,” ucap Ciara dengan raut wajah yang sulit diartikan. Dia terkejut dan merasa kesal karena Ailen yang meminumnya. Ailen hanya diam, tidak mengatakan apa pun. Tidak mungkin dia mengatakan jika dia ingin menyelamatkan Kenzo. Siapa yang akan percaya dengannya? Selain itu, dia mulai malu karena semua mata langsung tertuju dengannya, menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. “Ailen, kam—” Kenzo menghentikan ucapan ketika tiba-tiba saja mengecup bibirnya, membuat semua mata yang ada di sana menatap tidak percaya. Gila, gila. Kenapa aku malah menciumnya, batin Ailen dan langsung menjauhkan tubuh. “Ailen, kamu sudah keterlaluan,” ucap Ciara dengan kedua mata terbuka lebar. Sedangkan Kenzo yang merasa kesal dengan tindakan Ailen pun mendesah kasar. Rahangnya mengeras dan menatap ke arah Ailen tajam. Ada kekesalan yang jelas disembunyikan olehnya. Hingga dia meraih pergelangan tangan Ailen dan menggenggam erat. “Ikut aku,” ucap Kenzo penuh penekanan. *** “Lepas, Pak. Sakit,” keluh Ailen ketika merasakan sakit di tangannya. Pasalnya, Kenzo menggenggam tanpa perasaan sama sekali. Kenzo yang merasa sudah cukup jauh dengan tempat pesta pun menghentikan langkah. Genggaman di tangannya pun langsung terlepas. Perlahan, dia membalik tubuh dan menatap ke arah Ailen lekat. Tidak ada keramahan sama sekali dari wajah pria itu. “Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan, Ailen?” tanya Kenzo dengan penuh penekanan dan menatap tajam. Kali ini, Ailen hanya diam. Dia cukup tahu apa yang baru saja dia lakukan. Dia juga tahu kesalahan yang sudah diperbuatnya kali ini, tetapi tubuhnya benar-benar tidak dapat dikendalikan. Melihat bibir seksi Kenzo membuat Ailen tanpa sadar menciumnya. “Kamu tahu kalau kamu sudah keterlaluan, Ailen?” tanya Kenzo kembali, masih dengan nada suara yang sama. Dingin dan tidak berperasaan sama sekali. Namun, Ailen masih saja diam. Dia mencoba menahan perasaan aneh yang mulai menjalar dalam dirinya. Deru napasnya pun terasa begitu berat. Tenggorokannya juga terasa kering. Sedangkan Kenzo yang sejak tadi tidak mendapat jawaban merasa kesal. Dia kembali meraih pergelangan tangan Ailen dan menggenggam erat. “Ahh,” desis Ailen ketika Kenzo menariknya kasar. “Kamu tahu? Aku bisa saja melaporkan kamu dengan pihak kampus karena tingkahmu, Ailen,” ucap Kenzo, tepat di depan wajah Ailen. Sayangnya, Ailen tidak mendengarkannya sama sekali. Merasakan embusan napas berbau mint dari arah Kenzo membuatnya tidak bisa fokus sama sekali. Dia malah merasakan gejolak dalam dirinya semakin menggebu-gebu. Hingga dia menarik tangannya kasar dan melangkah mundur. Astaga, sebenarnya obat apa yang dicampurkan ke minuman itu, batin Ailen. Pasalnya, setiap gesekan yang terjadi di kulitnya membuat perasaan aneh semakin timbul. Ditambah dia yang merasakan panas. Hingga tiba-tiba dia merasakan sentuhan di kedua pipi, membuat Ailen menutup mulut rapat. “Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Ailen?” tanya Kenzo dengan sorot mata tajam. Ailen yang sejak tadi berusaha menahan diri pun membuang napas kasar. Dia menyingkirkan tangan Kenzo di pipinya dan mendekat ke arah pria itu. Tanpa mengatakan apa pun, dia mendekat dan menempelkan bibirnya di bibir Kenzo. Semula dia hanya menyatukannya. Hingga secara perlahan Ailen mulai melumat bibir Kenzo lembut. Deg. Kenzo yang merasakan pun terdiam. Sejenak, dia hanya terpaku dengan permainan Ailen yang benar-benar kaku. Gadis di depannya bukanlah seorang pemain dan Kenzo tahu itu. Tapi gerakan itu malah membuatnya merasakan hal lain. Bagian bawahnya juga mulai mengeras karena perlakuan Ailen kali ini. Hingga sekuat tenaga, Kenzo menghentikan permainan Ailen dan menjauhkan tubuh gadis di depannya. “Jangan teruskan, Ailen. Kamu sudah melewati batas dan aku tidak mau melakukannya denganmu,” ucap Kenzo serius. Dia membalik tubuh dan siap meninggalkan Ailen. Namun, Ailen lebih dulu meraih pergelangan tangan Kenzo dan berkata, “Lalu, bagaimana kalau aku yang mau melanjutkannya?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN