"Tenang, Pak." Meski hati Shaka menggebu-gebu ingin memberikan kebenaran, tapi airmata dan bibir bergetar Nadine membuatnya tidak tega. Pada akhirnya ia hanya bisa menenangkan Ardian saja agar tak memarahi Nadine dan menekannya. "Bagaimana saya bisa tenang, Pak Shaka? Puteri saya satu-satunya hamil di luar nikah. Saya merasa gagal sebagai seorang ayah," jawab Ardian. "Saya tahu. Tapi ini bisa di selesaikan nanti Pak, paling tidak setelah Nadine pulang dari sini dan kondisinya membaik." Terdengar Ardian menghembuskan nafas berat dengan mata memerah. Antara menahan tangis juga amarah. "Baiklah, Papa akan pulang Nadine, saya titipkan kamu pada perawat. Mama akan kesini besok pagi. Ayo Pak Shaka." Ucap Ardian mengajak Shaka keluar tanpa mau menatap wajah puterinya. Shaka menurut, mer