Nina merasa aneh dengan tatapan Nenek Darsi padanya. Tatapannya itu penuh misteri. Seakan ada sesuatu yang dirahasiakan. Tiga kali ketukan di pintu kamar terdengar. “Nenek Darsi,” panggil Rangga. Walau bukan dirinya yang dipanggil. Nina ikut menoleh. Ia menatap Rangga yang berdiri di gawang pintu. “Nenek, Nina membuatkan sarapan untukmu.” “Iya, dia sangat baik. Cantik dan baik,” puji Nenek Darsi sembari melirik ke arah Nina. Perasaan Nina justru tidak enak dengan tataan demikan. “Aku kembali lagi ke bawah Nek.” “Terima kasih.” Nina mengangguk dan beranjak berdiri. Meninggalkan Nenek Darsi bersama Rangga dan langkah kakinya menuju ke luar kamar. Netra Nenek Darsi dan Rangga mengikuti langkah Nina hingga dia sudah menutup pintu kamar. “Kamu sudah mendapatkan batu petuahnya?” Rangga