"Cepat antarkan aku ke rumah Rangga!" pinta Nina dengan suara beroktaf tinggi. Lusi yang tidak biasa mendengar suara bentakan Nina itu kini langsung panik. "Iya, iya kak ... Aku akan segera menyalakan mesin," ucapnya dan segera kemudian deru suara mobil terdengar bising. Di sepanjang perjalanan Nina tidak hentinya menangis. Beberapa kali juga Lusi melirik ke arah kakaknya itu. "Aku tahu ini bukanlah hal mudah. Tapi sudah cukup jangan buang aair mata kakak hanya untuk pria brengseek seperti Andre dan juga Luna yang– ...." Lusi tidak sanggup mengatakan kalimat selanjutnya. Suaranya serak dan bingung harus mengungkapkan sejahat apa Luna. "Luna yang tidak tahu diri dan terima kasih," sahut Nina lirih. "Harusnya aku tidak kembali ke masa ini dan menyelamatkan mereka," ujarnya penuh penyesala