Chapter 33 (revisi)

1240 Kata
Suara gamelan jawa membawa kembali Jenar kepada rumah yang tidak asing bagi diri nya. Rumah yang sudah beberapa kali dirinya singgahi. Rumah yang Jenar yakini di dalam nya terdapat orang orang baik. Namun yang tidak Jenar pahami, kenapa Nyai Lastri membawa diri nya pada rumah ini, rumah milik Pak Broto. Jenar hanya terdiam di teras rumah itu dan menolak ajakan Nyai Lastri untuk masuk kedalam rumah itu. Akan tetapi, wajah Nyai Lastri tampak marah dan aura dari arwah itu tampak berbeda dari biasa nya. "Masuk!! kamu akan mendapatkan jawaban!" teriak Nyai Lastri dalam kemarahan nya. Melihat dan mendengar kemarahan Nyai Lastri, membuat Jenar terbangun dari tidur nya. Dan terengah engah sebab kemarahan Nyai Lastri membuat nya memperlihatkan wujud asli nya yang sangat seram. Nyai Lastri memperlihatkan wujud asli nya yang jauh dari kata cantik. sebelah wajah yang rusak penuh luka, bercampur antara darah dan nanah, rambut yang biasa Jenar lihat selalu tersanggul dengan rapih itu berubah menjadi rambut yang terurai kusut yang mengembang. Pada bagian kaki nya, Jenar melihat banyak sekali darah yang mengalir dari bawah kain yang melilit dirinya. Wajah cantik itu berubah menjadi wajah yang sangat menyeramkan. Aura dari penari itu tentu nya penuh aura dendam yang tersimpan rapih di dalam diri nya. sosok itu seolah seperti sosok baru yang Jenar kenal. Karena selama ini yang Jenar tau, Nyai Lastri bukan sosok yang penuh dendam. selama ini Jenar hanya tau kalau Nyai Lastri hanya meminta tolong untuk memecahkan kasus kematian nya, dan bukan balas dendam. "Astaghfirullah.." Jenar terus berucap seraya menenangkan detak jantung nya yang menggila. nafas nya masih terengah dengan tatapan mata yang lelah. Peluh pun mengalir di antara kening nya. benak nya masih penuh dengan semua kejadian aneh yang sedang menimpa dirinya itu. mata Jenar melirik pada sekeliling kamar yang gelap itu. Ia menatap pada Ayana yang tengah tertidur dengan lelap nya. Rasa nya akan tidak baik jika diri nya membangunkan sahabat nya itu, hanya karema mimpi buruk nya. ia mencoba menenangkan diri nya, menghela napas dengan dalam, berharap nafas dan detak jantung nya dapat beradu dengan normal nya. Jenar meraba tembok samping ranjang nya, tempat dimana saklar lampu berada. Ia sangat membutuhkan pencahayaan yang terang di dalam ruangan kamar nya. Dan dapat, lampu di kamar nya sudah menyala dengan terang. Jenar menoleh kembali pada Ayana, yang untung nya tidak terganggu dengan cahaya kamar yang Jenar hidupkan. Tenggorokkan nya terasa begitu kering, sedangkam kening nya berasa begitu basah karena keringat yang keluar dengan banyak. Biasa nya Jenar akan merasakan dingin nya udara malam di desa Muara. Namun untuk pertama kali nya, ia merasakan hawa yang begitu panas di dalam kamar nya. Bahkan kaos yang Jenar pakai sampai basah karena keringat yang begitu banyak, dan juga rambut yang tadi pagi ia cuci dengan shampoo, sudah menjadi lepek kembali. Jenar menoleh pada meja nakas, mengecek air di dalam teko plastik yang untuk nya masih terisi penuh air mineral di dalam nya. Dengan cepat, ia menuangkan air itu kedalam gelas milik nya dan meneguk nya hingga tandas. Jenar menghabiskan tiga gelas air mineral untuk menghilangkan dahaga diri nya. Dahaga nya memang sudah hilang, namun detak jantung nya masih belum normal. Kecemasan dan rasa takut masih menghampiri diri nya, sehingga detak jantung Jenar tetap memburu. Mata Jenar tidak pernah lengah untuk mengawasi kamar kecil itu. itu mengambil ponsel nya, melihat jam yang tertera pada layar ponsel. "Jam satu pas" bisik nya. Jenar mencoba kembali berbaring, ponselnya ia simpan di samping bantal miliknya. Jenar juga menghela nafasnya dengan dalam. Kemudian, ia berusaha untuk kembali tertidur dengan lampu yang menyala. dengan mata yang masih terbuka, Jenar mengucapkan doa sebelum tidur serta ayat-ayat Alquran yang dia hafal. "Qul 'audzu birrobbin naas" hingga perlahan, matanya mulai kembali berat dan gadis itu kembali masuk ke alam mimpinya. *** … Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra O-o-o-o-o-o-oh … Aku ingin berjalan bersamamu Dalam hujan dan malam gelap Tapi aku tak bisa melihat matamu … Aku ingin berdua denganmu Di antara daun gugur Aku ingin berdua denganmu Tapi aku hanya melihat keresahanmu … Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra Pa-ra-ra-ra-ra O-o-o-o-o-o-oh O-o-o-o-o-o-oh … Aku menunggu dengan sabar Di atas sini melayang-layang Tergoyang angin menantikan tubuh itu … Aku ingin berdua denganmu Di antara daun gugur Aku ingin berdua denganmu Tapi aku hanya melihat keresahanmu Akuu ingin berdua denganmu Di antara daun gugur Aku ingin berdua denganmu Tapi aku hanya melihat keresahanmu Lagu dari Payung teduh itu sudah mengalun dua kali dirumah singgah pada saat pukul tujuh malam, dari ponsel Ucup yang sedang tergeletak diatas meja. "Cup.. matiin lagu nya" ujar Jenar dengan segelas teh manis hangat nya. Ucup menatap Jenar dengan kenimg yang berkerut, "Ah elu mah.. enak ini lagu" Jenar menggelengkan kepala nya dengan cepat, "Cupp.. gue bilang matiin!!" "Apaan sih, Je?!" seru Ucup dengan sedikit emosi. "Gue bilang matiin atau nanti dia bakal datang!!" jawab Jenar dengan sedikit bentakan. Jenar bukan hanya sekedar ucap, bagi Jenar lagu itu seperti memiliki daya tarik yang dapat memanggil "dia" untuk datang dan kembali bertemu dengan Jenar. "Siapa Ra?" tanya Ayana yang baru saja berdiri di samping dirinya. "hantu itu, Na. tolong bilangin ke dia untuk ganti atau matiin lagu nya!" ujar Jenar yang merasa ketakutan dengan menunjuk pada Ucup yang sedang menatap kedua nya dengan mulut yang menganga. Ayana yang paham dengan segera menenangkan Jenar, dan meminta kepada Ucup untuk mengganti lagu itu. "Ucup ganteng.. gue mohon ganti lagu nya" ujar Ayana merayu pria itu. Ucup hanya menggelengkan kepala nya tanda bahwa dia tidak ingin menuruti ucapan Jenar dan Ayana. Melihat hal itu, mata Jenar mulai berkaca kaca, cairan bening mulai menggenang di dalam pelupuk mata nya. "Na.. pliss" ucap Jenar dengan suara yang bergetar. Ayana menelan saliva nya melihat sahabatnya yang sudah sangat ketakutan itu, dengan segera ia langsung merebut ponsel milik Ucup, dan mematikkan musik yang sedang mengalun itu. "Matiin! nanti gue ganti pake makanan" ucap nya tegas, seraya menyerahkan kembali ponsel pria yang saat ini tengah melongo itu. "Lagian kenapa sih, Je? perkara lagu doang, heboh lu!" timpal Monic yang melihat itu semua. Ayana melirikkan mata nya kepada Monic yang sedang membawa bungkus cemilan pada tangan kanan nya. Ia juga tersenyum sinis kepada Monic, "Lagian kenapa sih, Mon? elu suka banget ngurusin hidup orang?!" Monic terdiam, dia membuang muka dan pergi masuk kedalam kamar nya. Dan melihat hal tersebut, entah bagaimana Ucup justru tertawa dengan keras. "Gue suka gaya elu, Ayana. Haha" Ayana yang tadi nya terpancing emosi itu, ikut tertawa melihat Ucup yang nampak senang dengan keberanian diri nya. "Gue keren ya Cup.. bisa bikin kicep tuh cewek" ucap Ayana yang bangga dengan diri nya. Mereka berdua justru terlibat obrolan yang seru, dan melupakan Jenar yang masih terlihat ketakutan karena lagu yang Ucup putar itu benar dengan dugaan nya, ada arwah yang terpanggil dengan lagu itu. Memang bukan arwah penari, namun arwah lain yang saat ini sudah datang dan berada di depan pintu rumah singgah yang tertutup. Jenar dapat merasakan dengan jelas kehadiran arwah itu. Jenar menelan saliva nya, dia mencoba memberikan kode kepada Ayana bahwa dia merasakan sesuatu, namun Ayana tidak menyadarinya. Wajah Jenar semakin menjadi pucat pasi ketika di jendela yang terbuka itu, dia melihat ada wajah yang tersenyum dengan seramnya. "Na.." ucap Jenar dengan suara yang bergetar. "Na, tutup!" kali ini Jenar berteriak hingga membuat semua yang berada di dalam rumah singgah terkejut. Ayana yang menyadari hal itu segera membawa Jenar kedalam pelukan nya. Menenangkan sahabat nya itu yang sedang menangis dengan tubuh yang bergetar. "Ra.. kenapa?" "Ucup... lagu itu beneran manggil"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN