Setelah Athaya meninggalkan rumahku, Papa dan Mama masih menahanku di ruang tengah, aku belum bisa naik ke lantai atas. Kemungkinan besar mereka akan menanyakan perihal rumah yang akan dibeli Athaya. “Papa sama Mama boleh ikut liat rumahnya besok?” tanya Papa. “Ayya sih nggak masalah kalo Papa sama Mama mau ikut. Tapi, kalo menurut Ayya nanti aja kalo rumahnya udah selesai dibenerin. Gimana?” sahutku. Papa dan Mama mengangguk serempak. “Kalo nanti rumahnya udah selesai, kita tengok bareng-bareng sekalian ajak ayah sama bundanya Mas Athaya.” “Yaudah. Papa sama Mama nurut aja. Besok, kamu diskusi sama Arif. Kamu suruh Arif untuk kirim semua perincian biayanya ke Papa.” “Pa, seriusan mau biayain ini semua? Ayya sama Mas Athaya nggak enak sama Papa,” ucapku. Papa terkekeh. Apa yang lucu,