ATHAYA -21-

1634 Kata

“Pertunangan dan lamaran. Itu tahapan selanjutnya. Kamu siap, kan?” Tsurayya terdiam. Kutatap dua netra cokelat tuanya yang teduh. Tsurayya menggigit bibir bagian bawahnya. Tahapan selanjutnya memang pertunangan dan lamaran. Tsurayya masih terdiam, bahkan saat kulempar pandangan kembali fokus pada jalanan yang ada di depan. “Mas ....” “Kenapa?” sahutku. Tsurayya menghela napas. “Ada apa?” “Mungkin nggak sih kalo Papa sama ayah Mas Athaya udah ada pembicaraan soal ini?” tanyanya. “Kalau maslaah itu, aku kurang tau. Tapi, mungkin secepatnya ayahku bakal ngomong ke aku. Tolong kamu siapin diri kamu, ya. Alurnya memang harus begini, Tsurayya. Kita sudah melangkah sejauh ini. Kedua orang tua kita juga sudah semakin yakin dengan hubungan ini, terlebih dengan rumah yang sudah kita beli.” “Te

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN