“Ay! Lo bengong mikirin apaan, sih?” Sarah menyenggol lenganku. Aku yang sedang terdiam sambil menatap langit-langit dapur tiba-tiba tersentak kaget. “Dari tadi gue perhatiin lo bengong terus. Ada apa? Cerita sama gue, dong. Udah beberapa hari ini lo beda banget.” “Nggak ada apa-apa, kok. Serius,” sahutku. “Gue kenal lo nggak sehari-dua hari, Tsurayya. Nggak usah ngeles, deh.” “Okay. Gue emang nggak pernah bisa nyembunyiin apapun dari lo, Sar. Gue nyerah. Kemaren, gue ketemu sama Jendra,” ucapku. Sarah langsung membelalakkan kedua bola matanya. Seakan menuntut pembenaran, Sarah masih dengan tajamnya menatapku. “Iya. Gue ketemu sama Jendra. Itu pun nggak sengaja, Sar.” Sarah menaruh sebuah pallete knife yang digenggamnya di atas meja. Digesernya kue yang sedang dihiasnya ke bagian tenga