TSURAYYA 34

1608 Kata

Meskipun pernikahan kami hanya sebatas sandiwara belaka, Athaya tetap menjalankan peranannya sebagai seorang pemimpin di keluarga. Seperti saat ini, dia menyerahkan sejumlah uang untuk keperluan kebutuhan rumah tangga. Aku terperanjat kaget melihat nominal uang yang diberikannya padaku. “Mas, ini nggak salah?” ucapku. Athaya menggeleng. “Ini kebanyakan. Untuk belanja kebutuhan sebulan, bayar listrik, sampah, keamanan, iuran wajib bulanan RT sama bayar gajinya Bik Inah dan Pak Joko pun masih sisa banyak banget.” Aku hanya mengambil sejumlah uang yang kuperlukan, selebihnya kukembalikan padanya. “Aku ambil segini aja. Sisanya Mas Thaya ambil lagi.” “Ayya, ini memang nafkah bulanan yang bakal aku kasih ke kamu setiap bulannya. Aku udah itung-itung. Dan memang segini. Kalau masih ada sisa, k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN