Setelah pertemuan dengan Diego kemarin Bianca merasa sangat kesal. Laki-laki itu bahkan diam-diam mengamatinya dari jauh. Tetapi dirinya tidak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan.
"Angel.. Kamu disini dulu, ya. Aku mau beli minuman dulu di supermarket." kata Bianca. Dia melepaskan sabuk pengaman yang menyilang di bagian depan tubuhnya. Sembari melirik beberapa detik ke arah Angel. Dibalas dengan tatapan mata kesekian detik oleh Angel.
"Iya, bawakan juga snack!" kata Angel antusias.
"Baiklah! Tapi, nanti kamu harus tidur di rumahku." ucap Bianca.
Angel mengerutkan bibirnya, dia terdiam berpikir sejenak. "Emm..."
"Gak usah alasan apapun. Harus mau, lagian aku mau cerita banyak padamu." kata Bianca memohon. Dengan wajah cemberut yang lucu.
"Oke, baiklah!" jawab Angel, dengan senyum tipis merekah di bibirnya.
"Tunggu disini." Bianca segera berjalan masuk ke dalam toserba. Apapun ada disana. Tetapi, Bianca hanya menginginkan makanan untuk berdua dengan Angel.
Saat Bianca sedang memilih beberapa makanan yang ada di sana. Pandangan matanya tertuju pada makanan cepat saji yang terletak di atas. Kebetulan hanya tinggal satu kotak. Dia yang sangat lapar, tersenyum sumringah. Dan, mencoba meraihnya. Namun, dia kalah cepat dengan seseorang yang tiba-tiba mengambilnya dari samping.
"Eh... Mana?" ucap Bianca. Kedua matanya menyipit seketika. Dia mengerutkan keningnya dalam-dalam. Bianca mengerutkan bibirnya, sembari menghenduskan napasnya mas. Dia menoleh cepat me arah seseorang yang masih berdiri di sampingnya.
"Apa boleh ini aku ambil." suara berat seorang laki-laki itu semakin membuat Bianca geram. Dia berjalan pinggang, menoleh cepat sembari melotot tajam. Seakan sudah bersiap untuk menerkam mangsanya. Dengan bibir yang masih mangun beberapa senti. Bibir tipis itu terlihat begitu menggemaskan saat dia manyun.
Kedua mata Bianca berbinar seketika. Saat dia melihat sosok laki-laki yang ada di depannya. Laki-laki yang tak asing lagi baginya. Rasa kesal itu seketika mulai pudar dalam hatinya. Hanya getaran aneh yang membuat dirinya merasa tak biasa saat memandang laki-laki itu.
"Emm.. Kamu bukannya wanita yang kemarin di pesta?" tanya Giandra, yang kebetulan dialah yang ada di sana. Sembari memegang makanan cepat saji. Bianca terdiam, dia menarik dua sudut bibirnya tipis. Sembari terus tersenyum memandangi wajah tampan di depannya.
"Hello... Kamu gak apa-apa, kan?" tanya Giandra, mengibaskan talapak tangannya tepat di depan wajah Bianca. Wanita itu seketika mulai menyadarkan dirinya lamunannya.
"Eh.. Iya, maaf.. Ada apa?" tanya Bianca gugup.
"Pergilah, bawa ini." ucap Giandra, memberikan makanan itu pada keranjang bawaan Bianca.
"Eh.. Gak usah, lagian aku bisa nanti masak sendiri." ucap Bianca beralasan.
Giandra menganggukan kepalanya pelan. "Oo.." jawabnya jutek.
"Kamu sama siapa?" tanya Bianca basa-basi.
"Sendiri!"
"Oo.. Boleh jalan bersama?" tanya Bianca. Meski dirinya sangat malu, kedua tangan bahkan mencengkeram sangat erat gagang keranjang di telapak tangannya. Dia menunduk ke bawah, wajahnya mulai memerah malu. Bianca mengerutkan wajahnya. Berharap tidak ada kata penolakan darinya.
"Apa?" Giandra berpura-pura tak tahu.
"Ya, kita jalan sambil pilih makanan disini." ucap Bianca, dia masih tertunduk malu tanpa berani mengangkat kepalanya.
Wajah Giandra tampak begitu tegang. Dia terlihat tak suka dengan Bianca yang sok dekat dengannya. Laki-laki itu memutar matanya malas, lalu menghela napasnya kesal.
"Em.. Gak bisa ya?" tanya Bianca ragu.
"Maaf, aku masih banyak urusan." kata Giandra. Dia segera melangkahkan kakinya pergi. Sembari membawa satu botol minuman di tangannya. Makanan yang semula dibeli di berikan pada Bianca. Sementara Bianca hanya diam, dia mengerutkan bibirnya. Seketika menoleh ke arah lemari es yang terbuat dari kaca. Dia memandang dirinya sendiri. Pantulan cahaya bayangannya, terlihat begitu cantik.
"Apa aku kurang cantik?" tanya Bianca pada dirinya sendiri. Jemari tangan Bianca memegang pipinya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan jika dirinya tidak terlalu buruk juga.
"Kenapa laki-laki itu terus menghindariku?" kata Bianca lagi. Dia seakan lupa apa tujuan dia datang ke toserba.
"Eh.. Iya, aku lupa Angel. Dia masih diluar." kata Bianca. Seketika baru teringat jika Angel masih di mobilnya. Dengan segera Bianca memegang perancangnya sangat erat. Dengan segera berlari memilih beberapa buah, da snack yang ada di sana. Setelah semuanya sudah dibeli. Bianca berlari ke kasir yang ternyata antri begitu panjangnya. Seketika Bianca menghela napasnya kesal.
**
Sementara Giandra tak sengaja melihat Angel yang berada di dalam mobil hitam. Dengan kaca mobil yang terbuka. Pandangan mata Giandra tertuju pada wajah polosnya. Dalam satu tarikan napasnya, Giandra melangkahkan kakinya segera pergi mendekati Angel.
"Jangan melamun." ucap Giandra mengejutkan Angel yang bersandar di pintu mobil.
Angel menoleh, menyipitkan matanya melihat seseorang di sampingnya yang tak begitu jelas baginya. "Kamu lupa denganku?" tanya Giandra. Mendekatkan wajahnya. Sontak Angel semakin terkejut. Dia menarik tubuhnya ke belakang menjauh dari Giandra.
"Jangan kurang ajar!" geram Angel.
Giandra tersenyum tipis. "Siapa yang kurang ajar. Aku hanya ingin melihat wajah panik kamu, yang lucu." ucap Giandra, dia menarik turunkan kedua alisnya. Bukanya senang, Angel mengatupkan bibirnya kesal.
"Ngapain, kamu disini?" tanya Angel jutek.
"Lihat kamu!" kata Giandra.
"Tidak usah bercanda. Aku sama sekali tidak tertarik dengan dandanan kamu." kata Angel jutek, memalingkan wajahnya acuh. Bibirnya masih cemberut beberapa senti.
"Iya, iya.. Kau kebetulan saja lewat sini. Lagian, aku beli minuman tadi di dalam. Terus gak sengaja juga ketemu dengan teman kamu di dalam.." jelas Giandra.
Angel tertegun sejenak. Apa benar jika dirinya bertemu dengan Bianca tadi di dalam atau Hanya alasan dia untuk ajak bicara dirinya.
"Kamu tidak bohong kan?" tanya Angel memastikan.
"Iya, memang tampangnya terlihat jika aku tukang bohong?" tanya Giandra, dia mendekatkan lagi kepalanya. Hingga masuk ke dalam jendela kaca pintu mobil yang terbuka. Angel yang gugup, dia menarik tubuhnya semakin ke samping. menghindari tatapan mata Giandra.
"Kenapa kamu menghindar?" tanya Giandra.
"Sudah aku bilang jangan kurang ajar padaku. Atau, aku akan teriak sangat keras disini. Bilang pada semua orang jika kamu melecehkanku." ancam Angel terus terang. Giandra tersenyum tipis, dia mengedipkan matanya. Berdiri tegap dengan kaki sedikit ditekuk ke depan.
"Aku akan lecehkan kamu seperti apa yang kamu minta jika kamu berani teriak. Sekalian saja aku di pukuli. Tapi aku bisa merasakannya. Daripada hanya dipukul tanpa dapat apa-apa." kata Giandra. Tatapan matanya begitu menyorot tajam ke arah Angel. Tatapan laki-laki itu terlihat mulai nakal. Membuat Angel semakin takut.
"Heh.. Apa yang kamu lakukan." Bianca mendorong bahu Giandra sangat kasar. Dia tidak sadar jika itu Giandra. Dia pikir ada laki-laki yang melecehkan Angel di dalam mobil. Membuat dirinya sangat marah. Kedua mata Bianca melotot seketika Saat dia melihat sosok yang sangat dia kenal dan beberapa kali bertemu dengannya.
"Kamu.." ucap Bianca. Dengan tangan menunjuk ke wajah Giandra. Bibir sedikit terbuka membentuk huruf o. Dia masih terheran-heran apa yang dilihatnya.
"Kenapa kamu disini?" tanya Bianca heran. Dia menatap ke arah Angel. Wanita di dalam mobil itu hanya tertunduk. Tanpa berani mengangkat kepalanya.
"Aku pulang dulu, bye!" ucap Giandra. Dia melambaikan tangannya ke arah Angel.
Angel memincingkan matanya. Menarik sudut bibirnya. Sembari menatap aneh pada Giandra.
"Dasar menjijikkan." ucap Angel memutar matanya malas. Giandra segera melangkahkan kakinya pergi. Sementara Bianca masih terheran heran. Dia berdiri menatap ke arah Angel dan Giandra bergantian.
"Kalian dekat?" tanya Bianca, dia mencoba untuk tetap tersenyum. Meski dalam hati dirinya merasa sangat iri dengan Angel.