Kesal dengannya

1110 Kata
"Kenapa kamu ingin dekat denganku?" tanya Angel, tatapan mata begitu lembut selembut sutra. Mampu menusuk sampai ke jantungnya. Detak jantung Giandra berdetak lebih cepat dari biasanya. Wajah yang terlihat anggun itu terus menatapnya dengan penuh tanda tanya. Seakan banyak sekali pertanyaan yang akan di tujukan padanya. Andra mengatur napasnya. Dia tak bisa tambahan hasrat ingin sekali memilikinya. Entah ini perasaan dirinya asli. Atau hanya taruhan. Tapi, sepertinya dia akan kalah di pertaruhan. Sekarang, yang ada di pikirannya. Bagaimana bisa dia menyia-nyiakan wanita secantik dia. Angel menggerakkan kepalanya pelan, dia melirik ke kanan dan ke kiri bergantian. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Angel, wajahnya begitu dekat dengan wajah Andra. Laki-laki yang semula hanya diam melamun, menatap kagum keindahan di depannya. Dia seketika membuka matanya lebar, terkejut, menarik kepalanya sedikit ke belakang. "Maaf!" ucal Andra gugup. Senyum tipis terukir di bibir Angel, masing pipi di pipi kirinya menunjukan kecantikan dirinya yang alami. "Maaf untuk apa?" tanya Angel terkekeh kecil. Andra mengerutkan keningnya dalam-dalam. "Kenapa kamu tertawa?" tanya Andra heran. "La memangnya siapa yang tertawa?" tanya Angel. Dia tertegun. Wajahnya menegang. Kedua alisnya saling tertaut satu sama lain. Mengamati setiap ukiran wajah tampak laki-laki di depannya. Wajah wanita yang begitu polos itu membuat wajah Andra memerah malu. "Boleh minta nomor ponsel kamu?" tanya Andra lirih. "Heh… Apa?" Angel mengerutkan telinganya. Dia mendengar samar ucapan lirih Andra. "Katakan sekali lagi, Akunyidak mendengar apa yang kamu katakan." lanjut Angel, wanita itu hanya bisa diam. Tanpa banyak bicara. Dia mengerutkan keningnya dalam-dalam mengamati setiap gerak gerik lawan bicaranya. "Kamu mau coba merayu aku, kah?" tanya Angel terus terang. Seketika kedua bola mata itu hampir saja melompat keluar dari kerangkanya. Wajahnya yang begitu polos. Menarik salah satu alisnya, bersamaan dengan sudut bibirnya. Gimana bisa wanita ini seperti begitu polosnya bilang terus terang tanpa rasa malu. Dia cantik, tapi kenapa dia terlihat i***t? Andra hanya diam, dia melirik ke arah Angel. Dengan tatapan aneh, tapi rasa kagum pada dirinya masih belum pudar. Angel memalingkan wajahnya. Dia menatap pria kedepan. "Jangan pikir aku terlalu percaya diri. Aku hanya tanya pada kamu. Lagian, kamu itu menatap wajahku terlalu lama." Andra duduk menatap kedepan. Senyum simpul terukir di bibirnya. "Maaf! Sama sekali aku tidak pernah dekat seperti ini dengan wanita." Angel memincingkan matanya. Dia tersenyum aneh. Merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan Andra. "Mana mungkin laki-laki seperti kamu tidak pernah dekat dengan wanita." Angel tertawa geli. "Rasanya sangat aneh, jaman sekarang laki-laki rata-rata hanya menyakiti perasaan laki-laki." "Memangnya kamu tahu semua sifat laki-laki di dunia ini?" tanya Andra, dia menggerakkan tubuhnya. Duduk menatap ke arah Angel. Angel terbungkam tanpa sepatah kata keluar dari bibirnya. "Gimana, gimana?" "Semua laki-laki sama. Hanya ucap seorang wanita yang gagal move on pada masa lalu." Angel semakin melotot tajam. Sembari berdengus kesal. "Aku.. Kamu mau ajak ngobrol aku hanya untuk menghinaku?" tanya Angel dia bangkit dari duduknya. Sembari bermacam pinggang. "Siapa yang menghinamu. memang semua itu sudah kenyataan." ucap Andra. Dia beranjak berdiri. Dia mengulurkan tangannya ke arah Angel. Angel memincingkan matanya, pandangan mata tertuju pada telapak tangan di depannya. "Minta apa?" tanya Angel sinis. Wajah yang semula anggun berubah garang dalam hitungan detik. Dan, baru kali ini bagi Andra melihat wajah wanita cantik saat dia marah. "Mana ponsel kamu?" tanya Andra. "Untuk apa?" "Mana?" "Untuk apa dulu?" "Udah, buruan. Aku hanya pinjam." "Pinjam?" paksa Andra. Angel mengerutkan keningnya. Dia merasa aneh dengan sifat Andra. "Kenapa kamu malah maksa aku?" geram Angel. "Lagian kamu aku kira anggun, lembut, ternyata. Sama aja." "Memang kamu pikir wanita tidak bisa alesan dengan laki-laki kurang ajar seperti kamu." Andra melangkah lebih dekat. "Memangnya aku kurang ajar seperti apa?" Angel melangkah mundur. Hingga dia terjatuh dan duduk kembali di tempatnya. tangan memegang ujung ayunan panjang itu. Dia menelan ludahnya yang terasa susah sekali untuk masuk ke dalam tenggorokannya. Jemari tangan terasa sangat gugup berusaha mencari pegangan. "Jangan macam-macam denganku?" ucap Angel. "Aku tidak nafsu denganmu." ucap Andra lirih. Dia beranjak duduk kembali di samping Angel. Mengulurkan tangannya lagi. "Aku hanya ingin pinjam ponsel kamu sebentar saja." kata Andra. Angel menghela napasnya. Dia berusaha untuk mengatur napasnya berkali-kali. Akhirnya bisa beberapa lega dari godaan laki-laki yang saat ini membuat dirinya merasakan sangat gugup dan takut. "Mana?" "Buat apa?" "Banyak tanya." "Ya, udah gak usah minjem. Bukanya kamu punya ponsel sendiri." "Gak bawa." "Terus!" "Pinjam kamulah!" ucap Andra. Dia sedikit bicara lebih berani sekarang. Angel menghela napasnya. Terpaksa dia mengambil ponsel di atas berbentuk dompet yang sedikit panjang. Dia mengambil ponsel dan memberikan pada Andra. Dengan cepat Andra mengambil ponselnya. Jemari tangannya mulai memencet setiap angka yang dia ingat. Lalu, menghubungi nomor tersebut. "Kring..." suara ponsel dari balik saku Andra. Angel melirik tajam ke arah Andra. "Dia meraih ponselnya paksa dari genggaman Andra. "Kamu bohong padaku." Andra hanya diam, dia beranjak berdiri. Sembari mengambil ponsel dalam sakunya. "Makasih" kata Andra menunjukan layar ponselnya. Tertera nomor ponsel Angel di sana. Kedua mata Angel terbuka sempurna. "Kamu!" Angel menguntupkan bibirnya kesal. "Sampai jumpa lagi. Jangan lupa terus memikirkanku biar kamu tidak lagi menganggap semua laki-laki sama." kata Andra. Dia mengedipkan salah satu matanya. Lalu, beranjak pergi meninggalkan Angel tanpa senyum sedikitpun di bibirnya. "Bentar! Bentar! Apa hubungan mengingat dia dengan trauma masa laluku?" ucap Angel. Dia memutar otaknya untuk berpikir sejenak. Merasa masih saja bingung. Angel menggelengkan kepalanya. Angel, menghela napasnya lega. Meski sebenarnya dia sedikit kesal dan merasa aneh pada laki-laki itu. "Dasar aneh! Gimana bisa aku tertipu olehnya. Apalagi dia.. Astaga.. Dia punya nomor ponselku." Angel bangkit dari duduknya. Teringat jika Andra tadi sengaja ingin mengetahui nomor ponselnya. Angel menghela napasnya. Dan, segera beranjak pergi meninggalkan taman. Dia kembali masuk ke dalam rumah mewah itu. "Arrgg.. Nyebelin! Aneh! Kenapa juga aku bisa seperti ini." gerutu Angel, dia memegang kepalanya yang kini terasa sangat pusing. Baru saja bertemu rasa kepalanya ingin pecah. Gimana bisa dirinya harus menghadapi laki-laki yang begitu aneh itu." gerutu Angel di setiap langkahnya. "Awas saja kalau ketemu dia lagi." Angel masih saja terus menggerutu kesal. "Angel, kamu dari mana saja?" tanya seorang wanita paruh baya yang berjalan mendekatinya. "Mama?" Angel menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke sumber suara. Kedua matanya membulat sempurna Saat dia melihat sosok mamanya yang entah sejak kapan dia datang. Tiba-tiba sudah berjalan menemuinya. "Kamu dari mana?" tanya mamanya lagi. Di balas dengan senyum sumringah dari Angel. "Aku dari taman, ma!" jawab Angel. "Ya, udah masuk. Acara belum selesai. Jangan di tinggal dulu. Tidak sopan nanti, takutnya kita tidak menghargai pesta mereka." kata mamanya. Sembari mengusap punggung Angel. "Iya, ma!" jawab Angel, dia menarik kedua sudut bibirnya. Tersenyum sangat lebar. Membuat kedua matanya menyipit. "Ayo, masuk dulu. Kita gabung sama yang lain." wanita paruh baya itu menuntun angel berjalan masuk ke dalam gerombolan para tamu lainya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN