“Pulang? Ke Appart?" Tanya Bunga balik, "Pak maaf saya ada acara keluarga, jadi....” Bunga merasa gugup sekali ini kali pertama dia menolak ajakan Andreas dan berbohong..
“Jadi?”
“Rencana saya setelah jam kantor selesai, saya mau pulang ke mama saya.”
“Tiba-tiba?”
“Tiba-tiba? Sudah lama sih rencananya cuma saya belum beritahu bapak, karena biasanya bapak weekend ada acara keluarga.”
Andreas terdiam dia sedikit kecewa wajahnya menjelaskan sekali, laki-laki itu menarik nafasnya berat menatap pada Bunga. “Harus hari ini?”
“Y-ya, maaf pak. Saya pikir kita mau temuin Pak Yamin sore ini.” Bunga lalu mengangkat arloji miliknya melihat pada waktu. “Ini masih jam kantor pak, seharusnya...”
“Saya tidak buta waktu, Pergilah! Saya lupa ternyata juga punya urusan lain, urusan Pak Yamin tunda sampai senin.” Pria itu pun melangkah pergi tanpa memperlihatkan ekspresinya, Ya. Dia marah, dia kesal Bunga kenal dia.
Demi apapun Bunga merasa ilfeel setelah tahu Andreas bertunangan, akhirnya Bunga menyadari ternyata dia menggunakan hati berhubungan dengan Andreas, Bunga merasa belum sanggup menghadapi Andreas apa lagi membayangkan Andreas sudah bertunangan dan mempunyai calon istri.
Bunga tahu dia sangat tidak tahu malu bersikap seperti ini yang padahal menurut Bunga, Andreas hanya menganggapnya sebagai wanita yang dia simpan sebagai pembantunya, penghangat ranjangnya, tempat pulang saat begitu banyak masalah yang datang padanya.
Bunga pun memutuskan kembali ke atas di mana ruangannya berada, dia tahu saat ini Andreas sedang kesal, Andreas paling tidak suka Bunga mengabaikan pria itu dengan sesuatu hal lain. Namun kali ini Bunga merasa dia berhak untuk tidak selalu mengabulkan keinginan Andreas.
“Mau apa? Setelah banyak kekacauan yang kau buat kau ingin aku? Kau ingin menelan aku sebagai obat kekesalanmu?”
Bunga tiba-tiba saja menyadari sesuatu, Andreas mengacaukan pertunangannya artinya dia tidak benar-benar menginginkan pertunangan itu bukan?
Jangan-jangan dia dan wanita bernama Fanaya itu di jodohkan. Jadi artinya belum tentu Andreas menyukai gadis itu, jika dia menginginkan wanita itu dia tidak akan bersikap seperti ini.
Bunga langsung tersenyum lebar dia yang sudah akan masuk ke dalam lift mendadak tidak jadi lalu pergi ke arah pintu di mana Andreas tadi keluar.
Masih banyak jalan, masih banyak harapan...
Bunga berjalan cepat sekali masuk ke sebuah pintu lalu turun ke bawah di lorong gelap menuju ke area parkir basement berada, bunyi hentakan heelsnya yang seperti berkejar-kejaran mengisi suasana sepi di lorong itu.
Sampai di ujung lorong dia melihat asap yang mengudara di sana, sepertinya ada orang di sana yang berhenti dan sedang menghisap rokok sambil melihat ke area parkir, Bunga lantas berhenti sejenak dia selalu takut untuk turun ke area bawah gedung ini sebab selalu sepi, siapa yang duga bisa saja ada orang jahat di sana.
Sampai akhirnya orang yang tidak terlihat oleh Bunga sebab tertutup tiang beton itu berbalik badan lalu menginjak puntung rokoknya.
“Ah Pak Andreas.”
Andreas juga terkejut atas keberadaan Bunga di sana. “Saya tidak menghubungi atau memaksa kamu.”
“Saya mau ikut!”
Andreas tidak mengerti kedua alisnya berkerut lalu saling bertau, “Ikut?”
“Ya kembali ke apartemen.” Jawab Bunga tersenyum menggemaskan sekali dengan dua tangannya bertaut sembari memainkan jemarinya.
Andreas merasa hatinya penuh seketika pria itu melangkah lebar mendekati Bunga dan menarik tubuh Bunga dan memiringkan kepalanya memagut bibir Bunga.
"Pakkkk.... " Teriak Bunga di tempat yang sepi dan sedikit gelap itu Andreas menyerang Bunga hingga menempel ke dinding, dia melahap bibir merah merona Bunga dengan rakus sebuah benda lembut yang selalu Andreas sukai, ini seperti pelampiasan sudah di buat kesal.
Ciuman itu di balas dengan baik oleh Bunga hingga di berjinjit untuk menyeimbangi pria itu, andai Andreas tahu Bunga menginginkan Andreas lebih dari seperti ini, Bunga ingin Andreas seutuhnya dia miliki secara benar dan sah.
Namun apalah daya semua harapan Bunga itu seperti sebuah cerita dalam mimpi yang hanya bisa dia nikmati dalam bentuk angan-angan saja.
Sampai akhirnya Bunga menyadari ini adalah kawasan kantor dan bisa saja aksi mereka terlihat dari rekaman CCTV- entah dimana itu.
“CCTV, Pak!” Kata Bunga mendorong kuat tubuh Andreas.
“Siapa yang berani ikut campur?”
Bunga mengusap bibirnya yang basah itu sendiri, “Tapinkan tidak seperti ini, seperti kesepakata kita tidak akan melakukan apapun di area kantor.”
“Terlambat.” Jawab pria itu enteng kemudian berjalan pergi sembari menekan tombol kunci mobilnya yang berada tidak jauh dari mereka.
Tit.. Tit..
Bunga masih terpatri di tempat dia mendadak takut jika hubungan mereka di ketahui orang lain, namun dia yakin Andreas bisa menghadapi ini, benar kata dia siapa yang berani ikut campur dengan urusan seorang Andreas.
***
Brrr.....
Andreas melompat ke dalam kolam berenang setelah melepaskan semua pakaiannya, rasa dingin air kolam seakan mampu mendinginkan kepalanya yang begitu panas. Siapa yang bisa menduga bahkan Bunga sendiri tidak menduga pria itu membawa Bunga terbang ke Bali.
Andreas selalu saja sesuka hatinya tapi kali ini jelas dia sedang menghindari masalahnya, lebih tepatnya mengacuhkan masalahnya. Bunga tidak peduli apapun itu, dia lelah sekali dan sekarang sudah menjatuhkan dirinya pasrah di sebuah tempat tidur dalam kamar Villa tempat Andreas berada itu.
Di bawah langit malam yang cukup terang di kolam renang pribadi salah satu kamar di Villa itu Andreas menggerakkan tubuhnya di dalam air berenang kesana kemari.
Sampai hampir setengah jam akhirnya dia muncul ke permukaan berdiri di sana lalu mengamati suasana di dalam kamar dari pintu kaca yang tertutup itu.
Terlihat jelas di sana Bunga tidur lelap sekali dengan posisi bertelungkup lalu kakinya menjulur ke lantai Bunga kelihatan lelah sekali.
Selama hampir satu setengah tahun bersama banyak sekali kebiasaan aneh Bunga yang sudah Andreas ketahui dan itu mungkin tidak di sadari Bunga.
Seperti Bunga yang mabuk penerbangan dia akan ketiduran setelah melakukan penerbangan, Bunga yang tidak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu, dia alergi seafood dan masih banyak lagi entah seperti apa hubungan mereka di mata Bunga namun Andreas begitu senang saat Bunga menjadikan dia seperti seorang yang di butuhkan olehnya, gadis itu sering sekali memeluk Andreas ketika tidak sadar mereka tidur di ranjang yang sama.
Andreas padahal benci berbagi tempat tidur dengan orang lain, namun bersama Bunga dia tidak merasa terganggu walaupun kadang Bunga mendengkur atau mendominasi tempat tidur atau ranjangnya tetap saja pada akhirnya Bunga menempel pada tubuhnya seperti mencari rasa aman.
“Flower!”
"Flowe!"
Panggil Andreas dari dalam kolam renang itu. “Flower suara ini cukup kuat, tidak mungkin tidak mendengarnya.”
“Hemm 1 menit, Pak.”
“Sekarang! Flower!”
“Ba-baik pak! Bapak mau apa?” Tanya Bunga berusaha untuk sadar dari mabuk penerbangannya. “Handuk, minuman hangat, wine, pakaian, makanan, laptop atau...”
“Handuk.”
Sambil merapikan rambutnya Bunga lalu meraih susunan handuk yang tersusun rapi di atas sebuah meja. Gadis itu lalu melihat ke arah luar padahal di atas kursi-kursi kolam renang sudah di sediakan handuk juga namun tetap saja pria ini tega membangunkan dia.
"Menyebalkan sekali sih, tinggal naik sebentar juga harus bangunin orang, Bunga kau siapa? Hah kau sedang bekerja." Bunga menggerutu sendiri di sana.
Rambut-rsmbut halus di permukaan kulit Bunga meremang saat dia membuka pintu kaca yang mengadap pada kolam renang itu, rasanya udara dingin sekali sekalipun langit tampak terang dia tidak berniat sama sekali untuk berenang di malam hari seperti ini.
“Ini handuknya, saya akan masuk dan telepon ke bawah dulu koper belanjaan baju di airport tadi belum datang.”
“Sini handuknya.” Andreas memerintah mendekat.
Entahlah jangan di tanya seperti apa kesempurnaan di hadapan Bunga ini, hal seperti ini bukan sekali dua kali Bunga melihatnya. Tubuh atletis basah yang mempesona, kulit bersih, wajah tampan, hidung tinggi dengan parah wajah yang sempurna percayalah semua wanita yang melihat Andreas pasti akan tertarik padanya.
“Sebaiknya jangan lama-lama pak, nanti bapak masuk angin.” Ingatkan Bunga sembari berjalan di tepian kolam mengulurkan handuknya.
“Pukul berapa sekarang?”
“Pukul 10 malam— ANDREAS!!!!” Teriak Bunga tiba-tiba saja tangannya di tarik dia lalu ikut masuk ke dalam air kolam berenang itu.
Brrrrrrrr.....
Hahaha..
Lalu dengan teganya dia tertawa padahal si pemilik badan kedinginan mengigil di sana, Andreas menyadari itu dia langsung meraih tubuh Bunga lalu membawanya ke dalam pelukannya.
“Bunga? Okay?” Andreas khawatir melihat ekspresi Bunga dari berteriak lalu mendadak diam.
“Saya alergi klorin.” ucap Bunga lemah dengan wajah yang tertunduk.
Andreas terkejut mendengar itu sebab adiknya juga Alergi klorin sampai masuk Icu karena sempat hilang napas, sebab bagi sebagi orang klorin dapat menimbulkan reaksi alergi seperti kulit kemerahan, ruam pada kulit, kulit menjadi bersisik, kering dan juga rasa gatal, asma dan alergi pada saluran pernapasan.
“Bunga! Sorry—“ Tanpa berpikir panjang Andreas langsung menggendong tubuh Bunga lalu mengangkatnya tinggi, “Sorry saya tidak tahu “ Andreas kemudian berjalan cepat menuju tepian kolam panik sekali.
Hahahahahahah...
Bunga langsung terbahak-bahak memegangi perutnya masih di gendong pria itu tinggi. “Pak, Bapak Lucu....”
Shit
Andreas memaki dalam hati mendadak terdiam, “Joke?” Andreas tidak percaya sudah di bercandai Bunga
“Ya, sorry....” Jawab Bunga menahan tangannya.
“Tidak!” Andreas seketika melepaskan Bunga dari tangannya dan membuat gadis itu masuk lagi ke dalam air kolam.
Bunga masih saja tertawa di sana tidak mampu menghentikannya sebab tadi wajah Andreas begitu tegang sekali.
“Kamu pantas di hukum.” Andreas cepat mengambil tangan Bunga kembali. “Kamu harus di hukum!”
“Nooooooo!!”Hahahhaa.
Keduanya saling tarik menarik berusaha saling menenggelamkan, tawaan Andreas juga terdengar di sana, dia sama usilnya seperti Bunga yang masih juga berusaha membuat Bunga menyelam. “Tenaga apa ini Flower kenapa kuat sekali....”
“Lepasin ngga! Aku gigit nih!”
“Nggak!”
“Lepaaaaasss—“
Brrrr.... Andreas akhirnya berhasil menarik Bunga membuat gadis itu menutup hidungnya lalu mereka berusaha menyelam ke dalam Kolam itu bersama.
Seperti pasangan normal bukan? Tapi ini hanya raganya sementara takdir dan hatinya mungkin tidak akan pernah kepadaku....