BAB 6. Bertemu Keluarga

1520 Kata
        Aira terlihat sangat gugup di samping Arga yang kini sedang mengemudikan mobilnya menuju Rumah orang tuanya. Sejak obrolan mereka waktu itu akhirnya dengan segala rayuan dari Arga, Aira pun menyetujui permintaan Arga tentang sebuah pernikahan.  Ini semua dia lakukan demi masa depan anaknya, lagi pula Aira sendiri tak kan mampu menghadapi cobaan ini sendiri. “Jangan takut, keluargaku bukan pemakan orang” canda Arga yang mencoba membuat Aira tenang, dia sangat tahu dengan apa yang saat ini dirasakan Aira karna sejujurnya dia pun juga sama gugupnya. “Iya” dan Aira memberikan balasan senyuman yang terlihat sekali sedang dipaksakan Kemudian mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan rumah Arga yang bagi Aira terlihat sangat mewah. Dia merasa sangat kecil jika harus disandingkan dengan keluarga Arga, seketika dia kembali takut jika nanti kehadirannya hanya akan mendapatkan penolakan juga hinaan dari keluarga Arga. “Ayo masuk” ajak Arga sambil menggenggam tangan Aira yang terasa dingin Langkah kaki keduanya terdengar menggema di dalam rumah dengan nuansa mewah itu, Arga langsung membawa Aira menuju ruang tamu yang kini sudah terisi oleh kedua orang tuanya juga saudaranya. Mereka semua memang sengaja menunggu Arga dan tamu spesialnya disana, “Assalamualaikum semua” ucap Arga yang mana langsung dibalas serempak oleh keluarganya Aira yang merasa ditatap lekat oleh anggota keluarga Arga dengan refleks menundukkan kepalanya, dia benar-benar sangat gugup. Dan dia seakan mendapatkan serangan jantung saat dengan gerakan tiba-tiba mendapatkan sebuah pelukan dari seorang wanita paruh baya yang dia perkirakan adalah mamanya Arga. “Aira, tante benar-benar minta maaf sama kamu. Maaf karna Arga sudah menghancurkan masa depan kamu nak” ucap Devira dengan tulus dengan air mata yang refleks menetes saat dia memeluk sosok perempuan muda didepanya ini. Sedangkan Aira hanya bisa menegangkan tubuhnya mendengar ucapan wanita yang sedang memeluknya itu, tatapanya langsung menyorot ke arah Arga yang berdiri di sampingnya. Kenapa lelaki itu tidak memberitahunya jika dia sudah memberitahukan masalah mereka pada keluarganya? “Aira, meski perbuatan anak tante sangatlah salah. Tapi tante sangat berterima kasih karna kamu mau mempertahankan anak ini, tante tahu ini semua pasti berat untuk kamu” lanjut Devira dengan tatapan yang beberapa kali melirik arah perut Aira Entah kenapa Aira merasa sangat nyaman saat tadi berada dipelukan wanita didepanya ini, rasanya seperti berada dipelukan ibunya yang kini sudah tiada. Bahkan kedua matanya pun ikut memanas melihat ketulusan Devira, “Mah, Aira nya di ajak duduk dulu. Kasihan kalau harus berdiri terus” ujar Arumi pada Devira, bagaimana pun kakak kedua Arga itu memikirkan keadaan Aira yang sedang berbadan dua seperti dirinya saat ini, “Oh iya Mama sampai lupa, ayo nak sini duduk disebelah tante” Aira pun menuruti tuntunan Devira yang membawanya duduk di samping wanita paruh baya itu “Aira, kenalin aku Arumi, kakak kedua dari Arga. Dan ini suamiku namanya mas Kenzo, kalau yang itu kakak pertama kami namanya kak Aisyah” Arumi dengan wajah riangnya mulai memperkenalkan diri juga anggota keluarga yang lainya. Perlahan rasa gugup yang dirasakan oleh Aira menghilang, sikap ramah yang diberikan oleh keluarga Arga mampu membuatnya nyaman. Mereka semua mengobrol banyak hal, termasuk tentang Aira yang berstatus yatim piatu  yang kini sedang menempuh pendidikan di Jakarta, dan juga latar belakang keluarganya yang berada di Semarang. Devira memang sengaja menanyakan itu karna dia ingin mengenal calon besannya, “Tiga hari lagi kami akan datang menemui keluargamu nak, supaya pernikahan kamu dan Arga segera dilaksanakan” ucap Mahen penuh wibawa, sebagai seorang kepala rumah tangga.  Dia akan memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Meski awalnya dia merasa marah dan kecewa saat mengetahui jika putranya tengah menghamili seorang gadis. Tapi semuanya sudah terjadi dan sebagai orang tua dia akan memastikan jika putranya tak akan lari dari tanggung jawab. “Om, apa Aira boleh minta waktu beberapa hari lagi?” tanya Aira dengan gugup, sejujurnya dia merasa takut dengan respons keluarganya nanti “Aira, apa kamu takut nak?” dan Aira menganggukkan kepalanya dengan pelan atas pertanyaan dari Devira Devira tersenyum tulus pada Aira, wanita paruh baya itu membawa tangan Aira dan menggenggamnya dengan erat. “Aira, tante tahu betul jika saat ini kamu pasti merasa takut dan malu untuk menghadapi keluargamu nanti. Tapi nak, kamu tidak sendirian. Kami semua ada bersama kamu,  dan seharusnya yang merasa malu itu kami” “Maka dari itu ijin kan keluarga kami melakukan hal yang semestinya, yaitu bertanggung jawab. Kami akan meminta kamu secara baik-baik pada keluargamu” lanjut Devira yang mana  sependapat dengan yang lainya “Arga, kamu setuju kan, kalau pernikahan kalian segera dipercepat?” “Iya mah, Arga setuju” kemudian Aira pun hanya bisa pasrah dengan keputusan dari orang tua Arga   •••     Tiga hari telah berlalu dan seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, di dalam mobil itu ada Aira, Arga dan juga kedua orang tua Arga. Hari ini mereka berangkat dari Jakarta untuk menuju ke Semarang yang mana itu adalah kampung halaman Aira, dengan resmi Arga dan orang tuanya akan melamar Aira atau mempertanggung jawab kan perbuatan Arga. Sejak tadi Aira terus menerus memainkan jari-jari tanganya karna rasa takut yang kembali menyerangnya, entah bagaimana reaksi kakaknya nanti, pasti mereka sangat kecewa kepadanya. Bukanya pulang membawa kebanggaan tapi malah membawa aib. “Aira, kamu kenapa nak?” tanya Devira yang ada di sampingnya, Aira gelagapan saat ketiga orang yang berada dalam satu mobil bersamanya ini menatapnya penuh tanya, Devira yang menangkap sikap bingung dari Aira segera menjelaskan “Aira, tadi Arga bertanya. Rumah kamu belok ke arah mana nak, sedari tadi kami menunggu jawaban kamu, tapi ternyata kamu malah melamun” jelas Devira yang tak lupa memberikan senyum manisnya “Oh.. Maaf tadi aku gak mendengarnya. Itu kamu lurus saja, baru setelah ini ada pertigaan kamu belok kanan” Arga menganggukkan kepalanya yang kemudian kembali menjalankan mobilnya, mungkin sekitar setengah jam lagi mereka akan sampai di rumah Aira. Karna itu lah yang sejak tadi membuat Aira dilanda ketakutan,  semakin cepat mereka sampai maka semakin cepat juga keluarganya mengetahui keadaannya. “Jangan takut, ada kami” meski hanya kalimat sederhana namun apa yang dikatakan Devira cukup mengurangi rasa takutnya itu Menjelang waktu Asar, mereka pun sampai di halaman rumah Aira. Sebuah rumah sederhana yang terlihat sangat nyaman, meski tak semewah rumah keluarga Arga namun rumah itu adalah tempat segala kenangan indah Aira bersama mendiang orang tuanya. “Assalamualaikum” sapa Aira saat ingin memasuki rumahnya, di belakangnya ada Arga dan orang tuanya “Wa’alaikumussalam. Loh Aira, kenapa tidak langsung masuk nak. Kamu ini, seperti di rumah siapa saja”  ucap seorang wanita paruh baya yang menyambut kedatangan Aira Meski agak bingung dengan tamu yang dibawa oleh keponakannya, namun sebagai tuan rumah dia pun mempersilahkannya masuk juga. Arga dan orang tuanya sudah duduk manis di ruang tamu, sedangkan Aira langsung di bawa kabur oleh Budenya menuju dapur. “Ndok, sebenarnya mereka itu siapa toh? Kamu ini membuat Bude penasaran saja” “Nanti Bude juga bakal tahu kok, kita bicarakan setelah Mas Irham pulang ya Bude” Wanita yang dipanggil Bude oleh Aira itu menghembuskan nafas dengan pasrah, kemarin Irham menemuinya untuk mengabarkan bahwa Aira akan pulang bersama temanya, namun siapa sangka jika teman yang dimaksud oleh keponakannya itu adalah sepasang suami istri dan juga lelaki dewasa. Lalu mereka pun kembali ke ruang tamu dengan membawa minum juga aneka camilan, “Silakan di cicipi Bu, Pak. Maaf hanya suguhan sederhana” ucap wanita yang dipanggil Aira dengan sebutan Bude itu Tak lama setelah itu terdengar suara salam yang berasal dari arah pintu, rupanya Irham dan yang lainya sudah pulang dari masjid. Bagas adik dari Aira begitu melihat sosok kakaknya tanpa malu langsung memeluknya, “Bagas kangen Mbak” “Iya, Mbak juga kangen” Setelah melepaskan pelukan dari adiknya, Aira langsung menyalami tangan kakak pertamanya dan juga seorang lelaki paruh baya lainya. Kini ruang tamu itu sudah terisi dengan keluarga Aira juga keluarga Arga, Irham yang merasa janggal dengan kedatangan tamunya itu hanya bisa bersabar menunggu tentang hal penting apa yang akan dibicarakan oleh tamu yang dibawa adiknya. Beberapa saat lalu Aira menariknya untuk di ajak berbicara berdua, adiknya itu mengatakan kata maaf dan juga mengucapkan kata-kata yang terdengar sangat ambigu, dan dari situlah dia yakin jika kepulangan sang adik tidaklah sesederhana itu, pasti ada masalah penting. “Maaf sebelumnya perkenalkan kami adalah Orang tua dari Arga, laki-laki yang duduk di samping saya ini. Maksud kedatangan kami ke sini adalah karna ingin menyampaikan maksud baik” Jelas Mahen, papa dari Arga “Kami ingin melamar Aira untuk anak kami, Arga” lanjut Mahen Irham dan yang lainya langsung menatap Aira dengan penuh selidik, bagaimana mungkin Aira membawa orang untuk melamarnya. Padahal gadis itu tahu betul jika dirinya sudah dijodohkan dengan Zafran yang tak lain adalah sepupunya juga. Aira sendiri hanya bisa menundukkan kepalanya dengan gugup,  “Kami sebagai keluarga dari Aira sangat berterima kasih atas niat baik kalian, tapi maaf kami tak bisa menerimanya karna Aira sudah kami jodohkan dengan sepupunya” lelaki paruh baya itu langsung membalas ucapan Mahen dengan penolakan Arga yang merasa tidak senang dengan penolakan itu, tanpa berpikir panjang langsung mengatakan tentang keadaan Aira “Tapi Aira sedang hamil anak saya, dia tidak boleh menikah dengan lelaki lain” ujar Arga tegas    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN