Tangguh langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan lambat. Ia ingin segera menemukan Yura. Sepanjang jalan, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Pandangannya mengedar dan sorot matanya tajam mencari keberadaan wanita yang amat ia rindukan. Mungkin rasa cinta itu memnag belum hadir dan tumbuh sebagaimana mestinya. Tapi, kehangatan yang pernah Tangguh dapatkan saat itu membuat tubuhnya bergetar dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Mobil VW berwarna telur asin yang sudah dimodifikasi itu berjalan mengikuti arah lalu lintas yang benar. Saatnya lampu merah, mobil VW itu berhenti dan Tangguh tetap mencari Yura.
Sekejap, ingatannya kembali mengenang satu malam bersama Yura. Gadis itu meronta dibawah kungkungan tubuhnya yang besar dengan aroma alkhohol yang sangat menyengat.
Yura sangat cantik. Tubuhnya mungil dan seksi. Saat itu, tangguh begitu terpana saat melihat tubuh mulus dengan kulit kuning langsat. Yura memberontak namun tangguh lebih kuat dan tetap mencengkeram kedua tangan Yura hingga gadis itu menurut dan tak bergerak dibawahnya. Mulut Yura disumpal dengan bibirnya yang tebal. Yura hanya bisa pasrah dan memejamkan kedua matanya saat joni mulai menelusup mencari kedalaman yang nikmat.
Awalnya memnag susah, Tangguh tak menyadari kalau Yura masih perawan. Noda merah disprei membuat Tangguh yakin, kalau Yura adalah wanita baik.
Ini yang membuat Tangguh ingin sekali mengajar di Kampus Garuda. Besar harapannya bisa bertemu kembali dengan wanita yang telah membatnya tergila -gila dan ingin mengulanginya lagi.
Pencarian hari itu dari pagi sampai siang hasilnya nihil. Tangguh sempat kecewa karena ia tak menemukan apapun. Tangguh kembali ke rumah. Tubuhnya sudah terasa lelah dan sangat capek. Sejak pagi, ia belum istirahat sama sekali karena tidak sabar ingin mencari Yura.
Mungkin, mulai besok, Tangguh bisa bertemu Yura di Kampus Garuda. Kalau Yura masih melanjutkan kuliahnya, awal ajaran tahun ini adalah tahun keempat Yura. Bisa jadi Yura masih aktif kulaih atau sudah mengambil KKN dan skripsi secara bersamaan.
***
Pagi ini Yura bisa lebih santai berada dikostnya sambil mengurus Ares. Dulu, Yura harus bertarung dengan waktu. Setiap pagi, ia menitipkan putranya pada tetangga kostnya yang tidak memiliki anak dan sangat menyukai Ares. Bahkan, tetangganya berniat mengadopsi Ares, namun Yura tidak mengijinkan. Yura tetap ingin mengurus Ares sendirian. Bagi Yura, Ares adalah penyemangat dan keberuntungan untuk hidupnya selama ini.
Ares sudah selesai mandi dan dipakaikan pakaian yang bagus. Pagi ini, Yura ingin mengajak Ares berbelanja dimini market. Ia ingin memanjakan Ares dengan permintaannya yang menggemaskan.
"Sudah siap? Ayo kita pergi, Ares," titah Yura yang sedang bercermin dan merapikan dandannya lalu mengambil tas yang diselempangkan ke bahunya.
Yura menggendong Ares yang tersenyum sambil melambaikan tangan karena bahagia Waupun belum bisa bicara jelas, Ares sudah mengerti bila berkomunikasi dengan Yura.
Sesampai dimini market, Yura menatap bahagia. Akhirnya ia ada waktu untuk mengajak Ares berjalan -jalan sambil bermain ditaman bermain yang ada disana.
Yura sangat memanjakan Ares yang berputar menunjuk ingin naik ini dan itu. Akhirnya, Yura mengajak Ares naik kuda yang berputar diiringi alunan musik. Anak lelaki itu tersenyum lalu tertawa bahagia sambil kepalanya menoleh ke arah Yura yang melambaikan tangan.
"Pegangan Ares! Nanti jatuh!" Yura berteriak posesif. Maklum, ibu mud ayang baru bahagia memiliki satu anak. Seperti itu kira -kira perasaannay saat ini. Campur aduk antara bahagia dan terharu.
"Yura?" panggil seseorang yang berdiri disamping Yura dan menatap Yura dengan lekat. Kedua mata Yura yang indah tak bakal hilang dari ingatan Tangguh.
Yura menoleh ke arah asal suara dan menatap lekat lelaki yang pernah menidurinya dengan paksa.
"Mama!" teriak Ares dengan keras sambil melambaikan tangannya pada Yura. Yura kembali menatap Ares dan emlambaikan tangannya dengan gugup.
Tangguh juga menatap Ares dengan lekat. Wajah anak lelaki itu sangat mirip dengannya sewaktu ia masih kecil dulu.
Yura melangkah cepat dan mendekati kuda yang masih berputar. Jantung Yura ranya mencelos ingin lepas dari dudukan ditubuhnya. Kenapa hari ini menjadi hari terburuknya. Bukannya bahagia bersama Ares. Ia harus bertemu dengan lelaki yang amat ia benci.
"Yura!" panggil Tangguh dengan suara keras membuat beberapa orang disekitarnya melihat ke arah mereka. Mungkin mereka dianggap sepasang kekasih yang sedang bermasalah saja.
Kuda mainan itu telah berhenti berputar. Ares merengek ingin naik kembali. Ia sangat senag berputar sambil melambaikan tangannya dan mendengar musik anak -anak.
"Agi Mama ... Agi ..." pinta Ares masih merengek sambil memegang erat batang besi dan tak mau diturunkan.
"Biarkan saja. Biar aku yang bayar karcisnya." Tangguh segera membeli karcis dan memberikannya pada penjaga taman bermain itu.
Kuda itu kembali berputar dan Ares terlihat sangat gembira sekali. Kulitnya putih bersih dengan rambut tebal berwarna hitam dan memiliki jambang didekat telingannya. Sangat mirip sekali seperti Tangguh.
"Kenapa repot -repot Pak," ucap Yura tak enak hati.
"Kamu Yura kan?" tanya Tangguh memastikan.
Yura kembali terdiam seolah menulikan telingannya dan kembali menatap Ares yang tertawa bahagia. Putranya tid tahu, jika Yura sedang pusing tujuh keliling.
"Yura .... Jangan seperti ini." Tangguh mendekati Yura kembali dan menggandeng tangan Yura.
Yura menoleh ke arah Tangguh dan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman.
"Sudah. Begini lebih baik. Dia putraku kan? Siapa namanya?" tanya Tangguh dnegan nada dingin.
"Pak. Jangan begini. Gak enak dilihat orang banyak," pinta Yura sambil menggerakkan tangannya agar genggaman tangan Taguh terlepas.