08. MENEMUI FEGAN

1219 Kata
TIDAK ada hal yang lebih menggemaskan ketika Faren mengerucutkan bibirnya. Sambil menopang dagu, cewek itu menggerutu tidak jelas, hingga menimbulkan kekesalan dari Nata yang sangat terganggu. Nata pun menutup bukunya, pandangannya seketika beralih ke arah samping, di mana Faren berada. "Barusan lo seneng banget karena Feron mau nganterin elo ke kelas. Lo nggak berhenti cerita dari pagi soal itu, dan sekarang kenapa cemberut gini?" tanya Nata sambil menatap bola mata Faren, sedari tadi ia sudah sangat terusik, gerutuan Faren membuat dirinya tidak fokus membaca buku. "Faren lagi kesel tujuh turunan nih, Fegan padahal udah Faren ingatin untuk ketemuan di kantin. Tapi sampai sekarang Fegan nggak nemuin Faren. Siapa yang nggak kesel coba?" jelas Faren menggebu-gebu, tangannya yang sudah terkepal memukul-mukul meja, berharap agar rasa kesalnya segera tersalurkan.. "Fegan? Siapa lagi itu?" "Feron ganteng." Nata yang tidak tahan, langsung mencibir. Ia kira Faren punya gebetan baru, rupanya Faren sudah mempunyai panggilan tersendiri untuk Feron. Panggilan kesayangan pula! "Kan udah gue bilang sih ke elo, Feron nggak suka elo! Dia nggak suka cewek! Apalagi cewek modelan kayak lo ini, nggak mungkin. Feron sulit buat didapetin Ren," ucap Nata, kembali menjatuhkan semangat Faren yang saat ini sungguh ingin memiliki Feron seutuhnya. Faren melotot tidak suka, ia menepuk pundak Nata dengan sangat keras sampai-sampai Nata yang terkejut, seketika saja berdecak kesal. "Sembarang aja nih Nata kalo ngomong, nggak mungkin Fegannya Faren homo s*****l. Muka ganteng gitu, masa sih nggak suka cewek. Ngaco aja nih Nata," omel Faren sambil melipat kedua tangannya di depan dadaa. Sorot matanya menatap Nata berapi, kekesalannya sudah ia tunjukkan. Faren tidak terima jika ada orang yang menjelek-jelekkan Feron tercintanya seperti ini. "Hei, bukannya gue nuduh. Tapi dia emang gitu, sulit dideketin, tertutup orangnya. Lo nggak mungkin berhasil dapatin Feron. Percaya aja sama gue Ren, lo sebaiknya nyerah aja sekarang sebelum elo nyesel dan semuanya berakhir sia-sia." "Nah kan kumat. Nata kalo nggak nyemangatin Faren mending diem aja deh, kalo bisa di resleting aja mulutnya. Katanya sahabat, kok nggak dukung," cibir Faren. Nata mendesah panjang, bola matanya memutar sebentar sebelum akhirnya tatapannya ia fokuskan pada Faren. "Nih, lo dengerin ya Ren. Justru sebagai sahabat lo, gue nyaranin yang baik-baik. Sebelum semuanya terlambat, lo harus bisa lupain Feron. Dia nggak kesentuh orangnya." "Bodo amat, yang penting cogan weee ..." Faren bangkit dari duduknya, lalu ia menjulurkan lidahnya sebelum tubuhnya akhirnya bergerak keluar daei kelas dengan terburu-buru. "Ih Faren! Ngeselin banget lo!" Faren hanya mengendikkan bahu sambil tersenyum kecil ketika teriakan Nata dari dalam kelas mengalun di telinganya. Faren bodo amat, salah siapa ngeselin seperti itu? Sebenarnya Faren tidak ada niatan untuk keluar kelas, saat ini ia tidak punya tujuan ke mana. Tadi ia hanya ingin menghindar cekcok mulut Nata yang selalu mematahkan semangatnya untuk mendapatkan Feron si cogan kesayangan Faren itu. Tapi, tiba-tiba saja langkah kaki Faren berhenti, bersamaan dengan itu senyumannya terbit ketika bohlam lampu berpendar di dalam tempurung kepalanya. "Faren pergi ke kelas Fegan aja ah. Mumpung sekarang lagi jam kosong. Moga saja kelas Fegan juga sama," ujar Faren senang. Dengan semangat menggebu, Faren pun berbalik badan. Ia berlari menuju kelasnya kembali. Setelah sampai di bangkunya lagi, Faren menggebrak meja hingga menyebabkan Nata yang asik main ponsel seketika saja berjengit, terkejut dengan ulah Faren. Nata pun mendengus jengkel, matanya yang tajam langsung terpusat ke arah Faren. "Hobi banget ya elo ngagetin gue gini?!" ujar Nata kelas. Seakan tidak mendengar omelan Nata, bukannya minta maaf atau apa, Faren justru memberikan Nata pertanyaan. "Nata, Faren mau tanya sesuatu boleh?" ujar Faren semangat, sungguh tidak sabar untuk mendengar jawaban dari sahabatnya. Karena Faren yakin pasti Nata mengetahui di mana kelas Feron berada. "Mau tanya apa?" balas Nata jutek. Sebenarnya ia masih kesal, jantungnya juga masih berdetak kencang lantaran dikagetkan Faren barusan. "Kelasnya Fegan ada di mana Nat? Faren mau ke sana!" "Fegan yang mana?" Faren mendecakkan lidah. "Ish ... masa sih Nata lupa. Fegan yang itu lho, yang mukanya ganteng nauzubillah, gebetannya Faren yang bentar lagi bakal resmi jadi pacar Faren. Ingat, kan?" Nata memutar bola matanya, lalu ia mencibir. "IPA Satu, kelas sebelah noh," jawab Nata setengah malas. "Nata seriusan?" Bola mata Faren nampak berbinar senang, menyadari jika sang pangeran detak jantungnya berada tidak jauh darinya. "Nggak untung gue nipu lho. Buruan sana pergi, gue pusing dengerin lo ngoceh terus," usir Nata sambil mengibaskan tangannya. "Oke Nata, terima kasih. Baik banget emang sahabat Faren yang mirip kingkong ini." Seraya mengusung senyuman lebar di kedua sudut bibirnya, Faren pun berlari keluar kelas. Nata yang duduk di bangkunya berdecak jengkel sambil bersungut-sungut mengeluarkan sumpah serapah. Faren memang jagonya bikin orang lain kesal saja! Setelah menemukan keberadaan kelas Feron yang letaknya sungguh dekat dengan kelasnya. Senyuman Faren yang semula selebar telinga gajah, detik ini juga langsung meredup. Ekspresinya digantikan oleh raut wajah kecewa. Hal yang menjadi sebab muka Faren macam benang kusut seperti itu bukan karena kelas Feron kosong melompong, melainkan pintunya di tutup. Belum lagi Faren mendengar guru di dalam sana yang berbicara lantang karena sedang mengejar. Rupanya kelas Feron tidak sedang jam kosong. Tapi Faren belum menyerah, ia ingin melihat wajah Feron sekarang juga. Dari pagi Faren sudah pengin mepet Feron. Senyuman cowok itu juga sebagai suntikan semangat Faren. Ah, singkatnya, bagaimanapun sekarang juga Faren harus melihat Feron. Titik! Tidak boleh diganggu gugat. Seolah tidak kehabisan ide, Faren pun menatap ke sekeliling. Setelah itu ia menjentikkan jari ketika ide brilian mampir di kepalanya lagi. "Otak Faren mah sebanding dengan Einstein, idenya emang nggak pernah surut," gumam cewek itu bangga. Kakinya pun kembali melaju untuk mengambil sebuah meja yang tidak jauh darinya. Langsung saja Faren mendorong meja itu untuk ia dekatkan pada jendela ruang belajar Feron. Derit suara kaki-kaki meja yang bergesekan dengan lantai pun tidak luput dari pendengaran. Bahkan suaranya yang nyaring mampu membuat siapa saja berdecak jengkel. Tapi Faren tidak peduli. Lagipula di sekelilingnya sepi, tidak ada orang sama sekali, berasa seperti berada di kuburan. Setelah usahanya yang memakan banyak sekali tenaga, Faren duduk di atas meja tersebut sambil mengatur pernapasannya yang sangat terganggu. "Ini meja banyak dosanya apa, ya? Berat banget buset!" rutuk Faren sebal. Lalu ia langsung teringat sesuatu akan tujuannya melakukan usaha ini semua. Faren pun sedikit berdiri, melongok ke dalam jendela, sorot matanya tidak berhenti bergerak untuk menjelajahi seisi ruangan yang hening. Sampai pandangannya menemukan sang pujaan hati. Jantung Faren seketika saja berdebar kuat. "Feron ganteng!" panggil Faren. Tidak ada jawaban, semua siswa masih menatap guru tua yang sedang mengajar di depan sana. Faren pun mencoba lagi, intonasi suaranya ia naikkan beberapa oktaf. "Fegan! Ini cecan di sini woy!" panggil Faren lagi. Suaranya yang keras seketika saja mengundang semua murid XI. IPA 1 langsung saja membelokkan pandangannya menuju sumber suara. Feron yang merasa namanya di bawa-bawa, lantas saja menahan napasnya untuk beberapa detik. Bola matanya juga melotot karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sangat jelas, urat malu Faren sudah putus! Alih-alih malu karena di pandangi seisi kelas dari dalam, Faren justru malah bersorak riang. "Fegan! Faren cantik di sini!" ujar Faren lagi sambil melambaikan tangannya. Bersamaan dengan itu, di dalam kelasnya, Feron menelan ludahnya dengan was-was. Apalagi Feron sudah mendapatkan pelototan tajam dari guru ajarnya di depan sana. Berbeda dengan para siswa yang justru terbahak keras. Saling meledek Feron, dan melempar suitan menggoda. Feron mendengus, tidak habis pikir dengan jalan pikiran cewek aneh itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN