01. KAPAN FAREN PUNYA PACAR?
TIDAK heran jika waktu istirahat seperti ini, kantin sekolah ramainya minta ditabok. Sebagain besar penduduk sekolah lebih memilih menghabiskan waktunya di kantin setelah diberi waktu lima belas menit untuk istirahat.
Dengan satu mangkuk bakso yang berada di atas meja, ditemani oleh es teh yang gelasnya sudah berembun, Nata tersenyum lebar memandangi makanan favoritnya yang sudah tersaji di hadapannya. Siap untuk di santap.
Cewek dengan rambut lurus itu hendak mengarahkan sendok ke mulutnya sebelum tiba-tiba niatnya itu terkurung. Ia berdecak jengkel, sorot matanya berputar sampai akhirnya tatapannya terarah pada Faren, teman dekatnya yang sudah mengganggu acara makan manjanya.
"Apaan sih Ren? Lo gangguin gue makan tahu nggak?" kesal Nata seraya mempertajam sorot matanya. Ia mendengus, menatap Faren dengan satu alis yang terangkat.
"Nata mah nggak pernah ngerti perasaan Faren. Sekarang itu Faren lagi sedih, kesel, marah, jadi pengin makan orang bawahannya! Intinya perasaan Faren itu benar-benar tidak bisa terdefinisikan sama sekali titik!" ujar Faren sambil melipat kedua tangannya di depan d**a. Mulutnya di tekuk dalam, hingga membuat Nata mendengus kesal dan memilih menjeda aksi makannya.
"Emangnya kenapa lo? Lagi kesel sama siapa? Ada yang buli lo? Nggak usah panik gitu deh, bokap lo kan pemilik yayasan sekolah sini. Kalo lo nggak tahan, tinggal lapor aja sama bokap lo biar selesai masalahnya!" usul Nata, namun Faren malah menggeleng.
Faren menyangga dagunya dengan kedua tangannya. Raut mukanya masih saja terlihat murung dan sedikit kesal. Tatapannya belum juga beralih pada kedua orang di depannya dengan jarak dua meter dari tempatnya duduk. Nata yang sedari tadi melihat gurat wajah sahabatnya, langsung mengikuti arah pandangan Faren.
Senyuman sinis tersungging di bibir Nata, ia mendengus, menepuk pundak Faren agak kencang, setelah itu ia berkata ketika Faren menoleh ke arahnya.
"Kenapa lihatin kak Mita sama Kak Fano terus? Lo cemburu lihat mereka?" tebak Nata.
Faren mengentakkan kakinya kesal di lantai. "Kenapa sih sampai sekarang Faren masih jomlo karatan gini? Kenapa nggak ada yang nembak Faren? Faren itu cantiknya nggak kebangetan lho, kok nggak ada yang tertarik, Faren jadi kesel kalo kayak gini," ujarnya menggebu dan sarat akan kekesalan yang sangat kentara. Bibirnya tambah tertekuk dalam.
"Ya elah Faren temen gue yang paling cantik jelita, lo itu nggak bosen apa? Tiap hari ngomongin ini mulu. Tiap lihat orang pacaran langsung ngomong gitu. Hei! Lo kira cuma elo doang yang jomlo? Apa kabar dengan gue Ren?" Mendadak saja Nata kesal sendiri dengan ulah Faren yang selalu menyebalkan. Tiap melihat lawan jenis yang sedang berduaan, cewek satu ini selalu saja ngeluh dan berkomentar.
"Tapi, kan, Faren udah nggak tahan Nata! Faren itu cemburu lihat orang lain pacaran. Faren juga kepengin, populasi cogan di sekolah kita itu masih menumpuk kayak sampah, tapi kenapa nggak ada yang nembak Faren sih? Huwaaa ... Faren sedih tahu, hidup Faren itu merana terus, sekali-kali kek ada cogan yang jatuh dari langit!" ucap Faren asal, sorot matanya masih saja menatap Fano dan Mita di depan sana, kemudian dengan tidak tahu diri, Faren langsung menyerobot es teh Nata dan menyeruputnya dengan ganas.
"Oi! Es teh gue! Main nyerobot aja lo, gue beli ini itu penuh pengorbanan yang tiada kira. Dengan gampangnya lo minum gitu aja." Nata merebut kembali gelas di tangan Faren. Ia berdecak jengkel, minumannya sudah habis setengah.
"Nanti Faren ganti, Nata tenang aja. Terserah Nata mau minta apa, tapi nggak sekarang, ya? Soalnya suasana hari Faren itu masih dilema, tiap hari udah berdoa, masih aja belum ada cogan yang nemplok!"
Nata menelan sesuap baksonya sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Faren yang setiap harinya selalu bahas masalah ini. Dikit-dikit ngeluh, dikit-dikit sirik lihat orang pacaran. Sebenarnya Nata sudah terbiasa dengan itu, tapi terkadang ia juga kesal dan bosan mendengarnya.
"Pakai guna-guna aja sana, biar lo cepet dapat jodoh. Jadi Kesel gue!"
Faren melotot, "ih Nata omongannya nggak baik ih. Nggak boleh pake cara curang kayak gitu, musyrik tahu! Kata pak ustadz, tetangga Faren yang itu, yang tiap pagi udah siap nyeramahi orang, kita nggak boleh curang dalam berbuat hal apapun. Nata suka asal gini deh, Faren nggak mau!"
Nata berdecak, tangannya kemudian terangkat dan mengetuk kening Faren keras, membuat Faren meracau karena sakit. " Yeee ... Dianggap serius aja nih anak, gue becanda kali!"
"Terus Faren harus gimana dong? Pokoknya bulan depan Faren harus punya pacar! Udah nggak betah tahu ngejomlo mulu," ucap Faren lagi.
Karena lelah dan bingung harus merespons apalagi, alhasil Nata memilih untuk diam dan berusaha menikmati acara makan baksonya yang masih belum habis.
"Cogan di sekolah kita ada berapa sih Nat? Intinya yang masih jomlo kayak Faren. Nata punya kenalan nggak? Kalo punya jangan lupa bujuk ya buat jadian sama Faren yang udah nggak sabar buat dicocol ini. Boleh ya Nat? Ya ya ya?" Dengan mimik muka yang sudah bersinar, Faren mengguncangkan tubuh Nata.
"Aduh Fareeeen! Lo itu bisa diem sebentar nggak? Gara-gara lo nih, seragam gue kotor kena kuah bakso! Lagian gue nggak punya kenalan cogan yang masih jomlo, kebanyakan udah punya pacar."
"Kotor dikit itu mah nggak pa-pa, stok tisu di toilet masih ada. Yang penting bukan hati Nata yang kotor. Udah ya, Faren tinggal dulu. Mau cari cogan, siapa tahu hari ini Faren beruntung. Doain Faren ya Nat? Nanti Faren juga bakal doain Nata biar cepet dapat jodoh, tapi jodoh Nata nggak usah ganteng-ganteng, yang ganteng cukup buat Faren. Dadah Nata!"
Setelah itu, Faren berlalu dari bangku kantin, meninggalkan Nata yang sudah diselimuti oleh amarah. Apes banget dia hari ini, udah minumannya direbut, bajunya kotor, di ledekin pula! Dan itu semua ada hubungannya dengan Faren.
Di sepanjang perjalanan keluar dari kantin, sembari mengedarkan pandangannya ke segala sisi, Faren tidak bisa berhenti untuk bersenandung riang untuk mengusir kehampaan yang sudah menyerangnya.
"Cogan oh cogan kenapa belum muncul?" Faren bersenandung riang dengan suara cempreng khasnya. Ia tidak pernah malu. Bahkan ketika orang lain ketawa karena ulahnya yang kelewat kocak dan receh, sering kali Faren balas tersenyum, tak jarang pula ia mengucapkan terima kasih. Benar-benar spesies yang langka!
Langkah Faren tiba-tiba saja berhenti ketika sorot matanya menemukan apa yang selama ini ia cari. Yup, betul sekali. Cogan!
Langsung saja Faren berlari dengan muka berbinar. "Baru aja Faren nyanyi, eh udah nongol aja cogan-cogan kesayangan Faren. Faren jadi suka deh."
"Faren jamin, pasti Faren bakal langsung di terima. Moga saja bedak Faren belum luntur. Semangat Faren! Semoga percobaan ke tiga puluh lima ini bisa tercapai! Amin ya Allah. Semoga aja."
Faren kemudian menundukkan wajahnya, tangannya terangkat ke atas untuk merapalkan doa alfatihah.