Sebuah mobil berwarna putih dengan les berwarna hitam sedang melaju dengan kecepatan tinggi, mobil itu juga terlihat sangat berkelas. Gemerlapnya malam di Hongkong seakan kalah dengan pesona mobil itu di jalan raya, para pejalan kaki atau juga pengendara lain yang berpapasan dengan mobil tersebut seakan tak memiliki nilai sama sekali.
Tidak hanya mahal, Koenigsegg CCXR Terevita juga menjadi salah satu mobil tercepat di dunia, karena mobil ini memiliki top speed melebihi 410 km/jam. Kemampuan kecepatan ini tak lepas dari pemakaian body carbon yang membuat mobil lebih ringan. Sedangkan untuk mesinnya, menggunakan mesin dual-supercharged V8 berkapasitas 4.800 cc yang bisa menghasilkan tenaga mencapai 1080 horsepower pada 7000 rpm dan torsi 1080 Nm pada 5.600 rpm.
Zhang Yuwen adalah salah satu orang yang memiliki mobil tersebut. Beruntung baginya bisa membeli dengan cepat saat mobil itu baru pertama kali keluar. Koenigsegg CCXR Terevita dijual dengan jumlah terbatas, dan harganya juga tak kalah berkelas.
Membicarakan tentang Zhang Yuwen, sepertinya tak akan bisa berakhir dengan mudah. Pemuda itu benar-benar sempurna dalam berbagai bidang. Wajah tampan, harta berlimpah. Menjadi idola para gadis, tetapi ia tak pernah membuat dirinya terlihat murah. Dan yang paling penting, sekarang ia sudah memiliki Meihua sebagai boneka cantiknya, dan kehidupannya benar-benar lebih sempurna dari manusia biasa.
Meihua yang sejak tadi terus mengamati Zhang Yuwen menggelengkan kepala, ia nyaris gila sendiri karena menemukan Zhang Yuwen, pemuda yang nyaris sama seperti sahabatnya di Amerika.
Gadis itu menyandarkan tubuhnya, ia menutup mata dan mencoba untuk menikmati perjalanan. Ia akui kemampuan Zhang Yuwen dalam menyetir benar-benar baik, sepertinya pemuda itu sudah terbiasa dengan jalanan Hongkong.
“Kenapa kau terlihat sangat tenang?” tanya Zhang Yuwen. Ia sejak tadi selain fokus pada jalanan juga memfokuskan pengamatannya pada Meihua.
“Apa aku harus berteriak?” tanya Meihua. Ia masih belum membuka matanya, terlihat begitu santai dan menikmati perjalanan.
Zhang Yuwen yang mendengar jawaban Meihua sedikit tertawa, ia merasa senang karena Meihua bisa bersikap seperti biasa. Tetapi melihat wajah Meihua yang malu-malu juga sangat menyenangkan untuknya, dan ia akan melakukan itu lain waktu.
Meihua yang tidak mendengar suara Zhang Yuwen lagi membuka mata, ia menatap ke samping dan mengamati bangunan menjulang tinggi yang seakan menjadi pilar langit. Gadis itu sejujurnya sangat merindukan Amerika, tetapi ia belum bisa kembali saat ini.
“Kau akan tinggal di apartemenku setelah ini,” ujar Zhang Yuwen secara tiba-tiba.
Meihua menatap secara cepat. Apa ia baru saja mendengar sesuatu yang menyebalkan? Apa Zhang Yuwen ingin ia tinggal di suatu tempat yang asing yang baru? Apa yang harus ia jelaskan kepada kedua orang tuanya jika sampai hal ini tersebar ke Amerika?
Meihua menggelengkan kepala, ia tak mau diseret pulang oleh orang-orang suruhan ayahnya. Orang-orang itu memang tak pernah ia lihat kehadirannya, tetapi ia sangat yakin mereka ada dan mengawasi dirinya.
“Kenapa kau hanya diam?” tanya Zhang Yuwen.
“Aku tak ingin pindah.”
Zhang Yuwen menyeringai, ia kemudian mengulurkan satu tangan dan mencubit pipi Meihua.
“Aaaa ... lepaskan!”
“Jika kau tak ingin pindah, maka aku yang akan pindah ke apartemenmu.”
Meihua membelalakkan mata. “Kau gila?”
“Tidak, aku hanya tak ingin jauh dari bonekaku.”
Meihua merasakan hidupnya akan semakin sengsara. Masalah akan semakin besar jika Zhang Yuwen tinggal di apartemennya. Rahasia besarnya bisa saja terbongkar, dan itu akan menjadi akhir dari penyelidikannya.
Aaaa ... apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa ia yang harus mengalah pada pemuda itu? Tapi ... tapi jika ia mengalah, maka ia akan benar-benar menjadi boneka, ia bukan lagi manusia.
Gila ... ia harus melindungi identitasnya dengan baik, dan hal itu jauh lebih penting daripada apa pun.
“Bagaimana? Kau bebas memutuskannya,” ujar Zhang Yuwen.
Meihua yang mendengar ucapan Zhang Yuwen menatap sengit, pemuda itu benar-benar seenaknya, dan ia tak suka. Ini belum satu hari ia berperan sebagai boneka, bagaimana dengan hari selanjutnya? Apa yang akan terjadi padanya?
Memikirkannya saja sudah membuat Meihua depresi, apalagi jika ia menjalani hal tersebut.
“Kenapa kau hanya diam?” Suara Zhang Yuwen kembali terdengar.
“Terserah!” jawab Meihua agak ketus.
“Kau manis sekali jika menjadi boneka penurut,” ucap Zhang Yuwen.
Meihua kembali dian, lebih baik abaikan saja pemuda itu. Jika ia terus melayaninya, maka keegoisan Zhang Yuwen akan semakin merajalela.
Beberapa waktu sudah terlewati dengan cepat, tanpa terasa kini mobil mewah Zhang Yuwen memasuki kawasan yang begitu sepi dan agak tak berkelas. Tempat itu terlihat begitu tak terawat, bagi orang sekaya Zhang Yuwen dan Meihua itu tak lebih dari wilayah kumuh. Tempat yang sesungguhnya tak memiliki nilai bagi mereka, dan saat mereka berada di sana akan ada perumpamaan ‘berlian terlempar ke tengah tumpukan tinja’.
Zhang Yuwen segera menghentikan laju mobilnya, ia memarkirkan mobil mewah itu di depan sebuah apartemen dua puluh lantai. Tempat yang selama ini menjadi tempat tinggal Meihua, dan menjadi tempat semua rahasia gadis cantik nan manis itu terkubur.
Meihua yang tak ingin mengulur waktu segera keluar dari mobil, ia menutup pintu mobil tersebut dan langsung melangkah ke dalam gedung. Sedangkan Zhang Yuwen yang tak ingin ketinggalan segera menyusul Meihua, ia ingin tahu seperti apa kamar milik bonekanya yang cantik itu.
Meihua yang merasa dirinya diikuti segera berhenti melangkah, ia menatap Zhang Yuwen yang tersenyum tanpa dosa di dekatnya. Cukup ... jangan bicara agar tak ada lagi energi yang keluar.
Gadis itu kembali melangkah, dan Zhang Yuwen juga melakukan hal yang sama. Mereka menuju ke arah lift, dan ada beberapa orang sekitar yang memerhatikan kehadiran mereka.
Zhang Yuwen sadar dengan beberapa pria dewasa yang mengamati Meihua dengan tatapan yang berbeda. Ia segera melepaskan jas sekolahnya dan menghentikan langkah Meihua. Pemuda itu tersenyum kala Meihua menatapnya bingung, ia dengan cepat mengikatkan jas sekolahnya itu di pinggang Meihua.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Meihua tak terima.
“Rok yang kau gunakan terlalu pendek, bagian paha mulusmu menjadi tontonan orang-orang miskin itu,” bisik Zhang Yuwen.
Meihua yang tak ingin melanjutkan perdebatan kembali melangkah, sedangkan Zhang Yuwen yang berada di belakang Meihua menatap ke arah pria-pria dewasa itu tajam.
“Zhang Yuwen, cepatlah!” panggil Meihua yang sedang berdiri di depan pintu lift, ia bersedekap, menatap melakukan pemuda itu dengan saksama.
Zhang Yuwen segera menyusul Meihua, dan saat ia sampai di dekat gadis itu pintu lift juga sudah terbuka. Mereka kemudian masuk, dan pintu lift kembali tertutup.
“Ada apa denganmu?” tanya Meihua yang sedikit bingung dengan tingkah laku Zhang Yuwen. Gadis itu menekan tombol nomor lima, ia kemudian menatap Zhang Yuwen lekat.
“Aku hanya melindungi apa yang menjadi milikku,” balas Zhang Yuwen.
Meihua memutar bola matanya bosan, terlalu overprotektif, dan menyebalkan untuknya.
“Mereka mempunyai mata, dan mereka tak menggunakan mata itu dengan baik.”
Meihua melirik Zhang Yuwen.
“Apa kau tak setuju dengan perkataanku?” Zhang Yuwen mendekati Meihua, ia segera menyudutkan gadis cantik itu pada dinding lift, sedangkan kedua tangannya mengekang pergerakanku Meihua dari kanan dan juga kiri.
“Bodoh, apa yang kau lakukan sekarang?” Meihua berusaha untuk melepaskan diri dari kekangan Zhang Yuwen.
“Menghukum boneka cantikku,” balas Zhang Yuwen.
Meihua menatap bingung. “Menghukum?”
“Ya, menghukummu. Seperti ini ....” Zhang Yuwen segera menciumi bibir Meihua, ia melumatnya dengan cepat, dan memejamkan mata. Rasanya begitu manis, dan ia seakan sedang mengulum permen.
Meihua lagi-lagi kaget dengan tingkah Zhang Yuwen, ia memejamkan mata dan hanya diam. Sial ... lagi-lagi ia menjadi patung, ciuman nakal Zhang Yuwen membuatnya tak bisa berkutik. Ciuman itu ... kenapa ia tak bisa menolaknya?
Ting ...
Pintu lift segera terbuka, dan Zhang Yuwen juga menghentikan tingkahnya. Pemuda itu mengangkat tangan kanannya, ia mengelus bagian bibir Meihua dengan ibu jarinya.
“Manis,” puji Zhang Yuwen.
Meihua tetap diam, dan Zhang Yuwen segera membalikkan tubuhnya. Keduanya kemudian terkejut, ada seseorang yang sedang menatap tak percaya pada adegan beberapa saat lalu. Orang itu sampai menjatuhkan tas di tangannya, dan terpaku.
“Wu Chen?” ucap keduanya bersamaan.
“A-ah ... hai,” sapa Wu Chen kaku.
Zhang Yuwen segera keluar, tak lupa pula Meihua yang berada di belakangnya juga menyusul.
“Ada apa ini?” tanya Zhang Yuwen.
Wu Chen membungkuk, ia meraih tas yang tadi terhempas ke atas lantai. “Aku mengantarkan tas Meihua.”
Zhang Yuwen segera meraih tas yang Wu Chen berikan pada Meihua, ia menatap Wu Chen tajam. “Pergi, anggap saja kau sedang bermimpi.”
Meihua yang melihat tingkah Zhang Yuwen tak peduli, ia mengamati wajah Wu Chen yang mendadak masam. Mungkin pemuda itu tak terima dengan pengusiran yang Zhang Yuwen lakukan.
“Ah, baiklah.” Wu Chen segera meninggalkan keduanya, ia masuk ke dalam lift, dan menghilang kala pintu lift tertutup.
“Ayo, kita harus segera mengemas barang-barang pentingmu dan pulang ke apartemenku.”
Meihua segera merebut tasnya dari Zhang Yuwen, ia kemudian melangkah ke arah kamarnya, dan Zhang Yuwen dengan segenap hati mengikuti Meihua.
...
Pagi itu Sekolah Menengah Atas Yunlei benar-benar heboh, semua murid dan guru segera keluar dari gedung, mereka berkumpul di luar ruangan, bahkan ada pula yang menunggu di bagian pintu masuk ke dalam sekolah.
Ada banyak yang merekam kejadian itu, ada pula yang mengambil foto dengan seenaknya. Yang pasti, apa yang mereka lihat kali ini benar-benar menyegarkan mata.
Mata mereka tak bisa berkedip, perhatian mereka sepenuhnya terfokus pada suatu objek yang baru saja keluar dari dalam mobil. Gadis itu memiliki mata beriris biru jernih yang begitu cantik, rambutnya merah panjang menutupi bagian b****g, bagian d**a yang terlihat sangat-sangat berisi, bibir yang begitu seksi, dan kulitnya begitu putih, mulus, dan sangat-sangat terawat.
“Apa kau puas?” bisik gadis itu pada seorang pemuda yang berdiri di sebelahnya.
Pemuda itu memiliki rambut cokelat, iris matanya juga beriris kecokelatan. Pada tangan kiri pemuda itu terdapat benda yang menutupi tangannya, berwarna merah, dan terlihat seperti bagian dari tangan robot.
“Sekarang kita malah menjadi pusat perhatian,” ujar gadis berambut merah itu lagi. Ia terlihat begitu cantik dalam balutan seragam sekolahnya, rok yang melingkar pada pinggangnya memiliki panjang sepaha.
“Rias, jangan terlalu kaku. Nikmati saja hari ini dengan baik,” ujar pemuda itu.
Gadis yang baru saja disebut namanya berhenti melangkah, ia mengalihkan tatapannya pada pemuda tampan di sebelahnya.
“Kau begitu cantik, aku semakin menyukaimu.”
Gadis itu memutar bola matanya jengah, ia tak tahu harus mengatakan apa setelah ini. Yang jelas ia kesal dengan keadaan sekitar, dan ia benci mengakui jika semua pemuda di sekolah itu sedang terpesona kepadanya.
Pemuda itu segera melangkah lebih cepat, ia mengecup pipi gadis bernama Rias dengan tak kalah cepat.
Rias segera menatap, ia semakin kesal saat pemuda itu mengedipkan mata kanan padanya, bermain mata dengan sangat santai, dengan wajah tanpa dosa yang begitu mengesalkan.
“Zhang Yuwen, berhenti bertingkah seenaknya!” ujar gadis itu tajam. Dia adalah Meihua, saat ini karena kegilaan Zhang Yuwen ia harus mengenakan pakaian dan berpenampilan seperti seorang cosplayer.
“Rias tersayang, bisakah kau menyebut namaku dengan baik?” tanya pemuda itu lembut.
Meihua yang mendengar lontaran kalimat itu menahan sumpah-serapah pada kerongkongannya, ia berusaha tidak berkata kasar. Hari ini ia sudah cukup kesal, sejak pukul 06:33 dirinya sudah harus bangun dan pergi ke kamar mandi. Saat ia keluar dari sana, para penata rias profesional sudah berkumpul, dan ia diharuskan oleh Zhang Yuwen untuk berpenampilan seperti saat ini.
“Kenapa kau hanya diam? Apa kau ingin aku menciummu di tempat ini?” tanya Zhang Yuwen.
Meihua memaksakan senyum. “Issei, bisakah kita ke kelas sekarang? Sepertinya semakin banyak orang yang akan menjadikan kita sebagai hiburan.”
“Tentu saja, kita hari ini akan duduk bersama. Jangan pernah meninggalkanku,” ucap pemuda itu lagi. Hari ini ia juga berdandan layaknya Issei Hyoudou, pasangan Rias Gremory dari Anime High School DxD.
Meihua berusaha menekan emosinya pada titik paling rendah, semoga saja tidak ada masalah lain hari ini. Ia akan langsung menghajar pelakunya jika sampai mengganggu, dan ia tak peduli jika itu seorang guru di sekolah.
Keduanya segera melangkah ke dalam gedung sekolah, para warga sekolah juga masih terus menatap mereka dengan berbagai macam tanggapan. Tak sedikit yang mengagumi kecantikan Meihua, dan tak sedikit pula yang mengatakan Meihua tak cocok berpenampilan seperti itu.
“Apa kau puas?” tanya Meihua saat mereka sedang melewati banyak orang. Koridor sekolah kali ini begitu sempit, sangat mengganggu bagi Meihua.
“Aku belum puas, mungkin juga tak akan pernah puas.” Zhang Yuwen tersenyum, ia segera meraih tangan Meihua kala matanya menangkap Wu Chen dalam pandangan, pemuda itu seakan menegaskan jika Meihua adalah miliknya, dan tak akan ia membiarkan orang lain mendekati boneka cantiknya itu.
Sementara Zhang Yuwen dan Meihua berjalan menjauh, Jia Li dan Wang Chunying yang baru saja datang dan melihat hal tersebut merasa sangat terganggu. Mereka saling tatap, kemudian melangkah cepat demi menyusul Meihua dan Zhang Yuwen.
“Bagaimana mereka bisa sedekat itu?” gumam Jia Li. Jika terus seperti itu, maka ia tak akan bisa menendang Meihua dari sekolah. Sekarang ia benar-benar harus menghancurkan hubungan Meihua dan Zhang Yuwen, dan ia tak peduli bagaimana caranya.
“Apa mereka ingin menjadi pasangan paling fenomenal di sekolah ini?” gumam Wang Chunying. Ia tak tahu mengapa hatinya sedikit tak terima, sepertinya ada batu besar yang sedang menimpa hatinya, dan jika dibiarkan makan hatinya akan hancur.
Jia Li yang mendengar penuturan kekasihnya berhenti melangkah. “Chunying, bagaimana jika kita juga melakukan hal yang sama? Jika mereka bisa, kenapa kita tidak?”
Wang Chunying menatap kekasihnya. “Kita akan mendapatkan masalah, bagaimana pun Zhang Yuwen adalah anak pemilik tempat ini, dan ia bisa melakukan semua yang ia inginkan tanpa takut pada konsekuensinya.”
“Kita juga anak dari donatur sekolah, kita memberikan sekolah ini keuntungannya, kenapa hanya dia yang bisa berbuat sesukanya?” tanya Jia Li.
Wang Chunying tak menyalahkan pendapat kekasihnya, ia juga setuju akan hal tersebut. Jangan hanya karena Zhang Yuwen putra pemilik sekolah, maka pemuda itu bisa berbuat sesukanya.
“Sebaiknya kita bicarakan ini dengan Ayah kita masing-masing, sepertinya mereka yang bisa membuat Paman Zhang menyetujui jika kita melakukan hal yang sama.” Wang Chunying memberikan idenya dengan sangat baik, sedangkan Jia Li yang mendengar ide tersebut menganggukkan kepalanya paham.
“Sebaiknya kita segera masuk ke kelas masing-masing,” saran Wang Chunying.
“Chunying ... aku tak ingin ke kelas dan bertemu mereka.”
“Kau harus belajar hari ini, ingatlah ... kita juga harus mendapatkan nilai yang baik agar bisa merebut perhatian orang-orang dari mereka.”
Jia Li yang mendengar ucapan kekasihnya hanya mengangguk. “Antarkan aku ke kelas.”
“Baiklah, kau selalu mendapatkan segalanya.”
Sepasang kekasih itu segera melangkah, mereka menuju ke kelas Jia Li, ruangan yang juga sama dengan Zhang Yuwen dan Meihua.