Setelah seharian bersama dengan Zhang Yuwen, kini Meihua merasa agak bosan. Sepanjang hari mereka hanya berkeliling dan menikmati pemandangan di sekitar mansion, tak ada kegiatan lain selain bertukar pikiran, bahkan kadang berdebat tentang hal-hal kecil.
Ia akui Zhang Yuwen cukup pintar, pemuda itu juga punya pandangan yang luas. Bahkan Meihua sempat berpikir kenapa orang seperti Zhang Yuwen bisa tertinggal kelas selama dua tahun berturut-turut? Apa yang menyebabkan hal itu terjadi, padahal pemuda itu benar-benar bisa menjelaskan segala sesuatu dengan sangat baik. Ah ... apa pun itu alasannya, Meihua bukan orang yang berhak mengomentari atau pun ingin tahu lebih jauh.
Gadis itu menatap ke atas, ia melihat matahari nyaris berpulang ke peraduannya. Gelap akan segera tiba, dan bulan menjadi penguasa. Langit senja benar-benar indah, membuatnya merindukan suasana saat bersama kedua orang tuanya.
“Kau bosan?” tanya Zhang Yuwen. Pemuda itu memasukkan kedua tangannya pada saku celana, ia tersenyum dan melangkah lebih dekat ke arah Meihua. Ia masih belum mengenakan alas kaki, sepertinya Zhang Yuwen juga sangat menyukai keadaannya saat ini.
Meihua menarik napas lalu mengembuskannya pelan. “Ya, aku harus kembali. Pekerjaan menunggu dan tak ada alasan untuk menelantarkannya.”
Meihua bersedekap, ia merasa lega karena bisa terbebas untuk sementara waktu dari Zhang Yuwen. Ia juga merindukan Yu Fen, dan ingin bercerita banyak dengan temannya itu saat bertemu nanti.
“Kau tak perlu bekerja,” ujar pemuda itu seenaknya. Segera saja ia meraih tangan Meihua, lalu membawa gadis itu berjalan ke arah jalan utama.
“Lepaskan! Aku harus datang, aku perlu pekerjaan ini.” Meihua menghempaskan tangan Zhang Yuwen, ia menatap pemuda itu sedikit tajam.
Tangan keduanya tidak lagi bertaut, mereka saling tatap, dan suara embusan angin terdengar di tengah kediaman. Mereka saling menarik napas, mencoba menekan ego masing-masing.
“Sudah cukup untuk hari ini. Jangan menguasai diriku terlalu penuh, biarkan aku melakukan tugasku dengan baik.” Meihua akhirnya sanggup mengucapkan kata, ia memalingkan tatapannya ke arah lain, dan kembali mencoba untuk melangkah lebih jauh, meninggalkan Zhang Yuwen.
“Apa kau lupa?” tanya Zhang Yuwen. Pemuda itu kembali meraih tangan Meihua yang nyaris meninggalkannya, ia menarik gadis itu, mendekapnya, dan mendekatkan wajahnya pada wajah Meihua.
Detak jantung keduanya bersatu padu, berlomba-lomba untuk berdetak lebih cepat. Napas mereka terengah-engah, sedangkan ucapan mereka tertahan di ujung lidah.
Meihua menaikkan alis kirinya, ia perlu penjelasan tentang lontaran kalimat yang baru saja Zhang Yuwen ucapkan. Sedangkan Zhang Yuwen yang paham akan hal itu memilih berbisik, “Kau adalah bonekaku, dan kau harus masuk ke dalam kotak sekarang juga.”
Mendengar ucapan pemuda itu membuat Meihua semakin bingung. Kotak? Apa maksudnya? Gadis itu dengan cepat melepaskan diri dari pelukan Zhang Yuwen. Ditatapnya pemuda itu lekat-lekat, membuktikan jika ia benar-benar perlu penjelasan yang akurat.
Zhang Yuwen yang melihat gadis itu dilanda kebingungan segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya, ia menelepon seseorang, dan dengan seenaknya meminta orang tersebut segera datang ke tempatnya berada.
Tanpa rasa bersalah pemuda tampan itu tersenyum. “Boneka yang cantik, harus bisa berada di tempat yang setara dengannya.”
Lagi-lagi Meihua bingung dengan ucapan Zhang Yuwen. Ia masih tak bisa mengetahui dengan baik istilah-istilah aneh yang Zhang Yuwen lontarkan.
“Kenapa kau hanya diam?” tanya Zhang Yuwen.
Meihua membuang muka. Percuma, ia tak akan mendapatkan kejelasan jika seperti ini. Zhang Yuwen bukan orang yang peka, dan ia bukan orang yang suka meminta-minta. Mereka sama-sama tak mengerti, bagikan air dan api.
Tidak berapa lama, suara mobil terdengar mendekat. Meihua segera menatap ke arah jalan yang cukup jauh dari tempatnya dan Zhang Yuwen berdiri. Ia melihat dua buah mobil berhenti di sana, seorang pria dengan pakaian ala pelayan kerajaan Eropa segera keluar dan masuk ke mobil yang lainnya lalu kembali pergi menggunakan mobil yang lainnya.
“Ayo, aku akan mengantarmu kembali ke apartemen.” Zhang Yuwen kembali meraih tangan Meihua, kali ini ia menggenggam tangan itu dengan lembut.
Meihua yang merasakan sentuhan pemuda itu menatap, entah mengapa terasa nyaman saat Zhang Yuwen melakukannya seperti sekarang ini. Gadis itu menatap pada manik mata Zhang Yuwen yang berwarna kecokelatan, terlihat begitu manis.
“Apa kau ingin berdiri di sini sampai besok pagi?” tanya Zhang Yuwen saat Meihua tak juga melangkah. Pemuda itu menarik tangan Meihua, ia melangkah pelan, dan menatap ke depan.
Meihua tersadar, ia segera melangkah bersama Zhang Yuwen. Tatapan kini berpindah pada bagian tangan mereka yang sedang berpegangan. Ia tak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi ini kali pertama ia bisa sedekat ini dengan seorang pemuda.
Meihua yang sadar jika dirinya terpesona menggigit bibirnya, ia malu pada dirinya sendiri.
“Meihua ... Meihua ... Meihua ....” Zhang Yuwen menyebut nama itu sebanyak tiga kali. Ia melirik Meihua yang sedang diam dengan kepala tertunduk. Di eratkannya genggaman tangan mereka, lalu ia tersenyum.
Meihua lagi-lagi terpesona, ia mengangkat kepalanya dan melihat senja yang begitu indah. Semburat jingga pada langit menjadi latar yang begitu mengagumkan, cahaya keemasan yang dihasilkan oleh matahari menyirami tubuh mereka berdua. Di tengah padang rumput yang luas, di antara pohon-pohon bunga prem dan bunganya yang sedang mekar, kaki Meihua kembali berhenti melangkah.
Zhang Yuwen juga berhenti, ia menatap Meihua yang berada di belakangnya. Pemuda itu kemudian berbalik arah dengan tangan yang masih bertaut dengan tangan Meihua.
Keduanya kini berhadapan, dan Meihua menundukkan kepalanya. Kenapa ia gugup? Kenapa ia ingat pada dorama-dorama jepang yang sering di nikmatinya saat kecil?
Zhang Yuwen membungkuk sedikit, ia kemudian mengecup lembut bibir Meihua. Mata pemuda itu terpejam, ia perlahan melumat bibir berwarna merah muda itu dengan lembut, mencurahkan perasaan kagumnya kepada Meihua, bonekanya yang sangat berharga.
Meihua yang merasakan sentuhan bibir Zhang Yuwen pada bibirnya spontan menutup mata, ia tak bisa melawan, tubuhnya terasa lumpuh. Ini ciuman pertamanya, dan Zhang Yuwen sudah mencurinya.
Angin kembali berembus agak kasar, menerbangkan dedaunan kuning dan kelopak-kelopak bunga meihua. Aroma harum menguar, dan semakin membuat kedua muda-mudi itu tenggelam dalam suasana romantis sore itu.
Zhang Yuwen kemudian melepaskan ciuman bibir mereka, ia menatap Meihua begitu lembut dan tersenyum. Walau gadis itu tak membalas ciuman bibirnya tadi, tetapi ia merasa menang karena Meihua sudah benar-benar menjadi bonekanya. Ia menatap wajah cantik itu, dan mengecup pipi Meihua.
Meihua membuka mata, sialnya ia malah bertemu tatap dengan Zhang Yuwen yang baru saja mencuri ciuman pada pipinya. Gadis itu tanpa sadar menggigit bibirnya, pipinya bersemu, dan ia segera membelakangi Zhang Yuwen.
Bodoh ... kenapa ia tidak melawan? Bodoh ... kenapa ia malah diam sekarang dan tidak memaki Zhang Yuwen?
“Meihua, kita harus segera pergi.” Zhang Yuwen kembali menarik tangan Meihua, ia diam dan terus melangkah.
Sementara Meihua yang masih merasa malu hanya menurut, ia menundukkan kepalanya dan beberapa kali menyumpahi dirinya sendiri. Ah ... sial ... ciuman pertama sudah hilang.
...
Yu Fen menatap pintu masuk minimarket tempatnya bekerja, ia juga menatap jam pada tangannya. Ke mana Meihua? Kenapa gadis itu belum juga tiba.
Yu Fen menarik napasnya pelan, ia sudah tiba beberapa belas menit yang lalu, dan itu juga sudah terlambat beberapa menit dari jam kerja mereka. Tidak biasanya Meihua akan terlambat, gadis itu selalu tepat waktu, dan jika pun mempunyai urusan akan mengabari dirinya.
Rasa khawatir menggerogoti hati Yu Fen, ia terlihat gelisah dan terus memanjatkan doa agar tak terjadi sesuatu yang buruk pada Meihua.
“Yu Fen, apa Meihua masih belum mengabarimu?” tanya salah seorang teman kerja Yu Fen.
Yu Fen mengalihkan tatapannya. “Belum, ia juga tidak memberikan kabar.”
“Mungkin ia memiliki beberapa urusan, aku akan menggantikannya malam ini.”
Yu Fen menatap tak percaya. “Tapi ... tapi kau sudah bekerja seharian ini.”
Teman kerja Yu Fen tersenyum, ia kemudian melangkah ke arah Yu Fen. “Tenang saja, aku tak memiliki acara penting malam ini. Lagi pula Meihua mungkin tak memberikan kabar karena memiliki tugas sekolah, percayalah, dia baik-baik saja.”
Yu Fen mencoba untuk percaya dengan ucapan temannya, tetapi tetap saja rasa khawatir mencekiknya. Meihua bukan gadis yang akan hilang tanpa kabar, Meihua selalu memberikan kejelasan pada setiap situasi. Rasanya tak mungkin jika Meihua lupa menghubunginya.
“Ayolah, jangan tekuk wajahmu.” Teman kerja Yu Fen kembali menenangkan Yu Fen, ia kemudian beranjak pergi dan ke bagian belakang untuk membereskan barang-barang yang berantakan.
Yu Fen yang kini sendiri kembali menatap ke arah pintu. Benarkah ini baik-baik saja? Apa Meihua tidak sedang mengalami kesulitan saat ini? Atau ... atau gadis itu tiba-tiba saja sakit.
“Yu Fen, jangan terlalu khawatir.” Suara gadis pekerja yang bersama Yu Fen kembali terdengar.
Yu Fen mengangguk, ia kemudian menyusun beberapa barang yang ada di dalam kerajaannya pada rak di bagian tengah ruangan. Ia harus tenang, karena jika ia terus dirundung kegundahan pekerjaannya juga akan berantakan.
Setelah mencoba beberapa kali dalam menenangkan detak jantungnya, seseorang segera masuk ke dalam minimarket dan berdiri di depan meja kasir. Orang itu terlihat asing, mungkin baru kali ini belanja ke minimarket tersebut.
Yu Fen segera melangkah ke arah meja kasir, ia menatap orang tersebut dan memberikan senyum terbaiknya. “Selamat malam, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?”
Orang itu menatap sekitar, tak peduli pada sapaan Yu Fen.
“Permisi ... apa Anda bisa mendengar atau melihat saya?” tanya Yu Fen lagi.
Orang tersebut segera sadar, ia menatap ke arah Yu Fen dan memberikan senyuman.
“Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Yu Fen untuk ke sekian kalinya.
“Meihua, apa dia tak pergi bekerja hari ini?” tanya orang tersebut.
Yu Fen menatap jeli. Apa orang itu salah satu kenalan Meihua? Gadis itu kembali mengamati penampilan orang tersebut, ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Lambang itu ... lambang dengan huruf ‘¥’ itu adalah milik Sekolah Menengah Atas Yunlei, apakah orang yang kini ada di depannya adalah teman sekolah Meihua?
“Nona?” tegur orang tersebut.
Yu Fen menghentikan ulahnya, ia menatap kanan dan kiri kemudian menatap pada lawan bicaranya.
“Apa Meihua tidak bekerja hari ini?” tanya orang itu lagi.
“Y-ya ... Meihua tidak terlihat sejak menjeng gelap tadi.” Yu Fen sedikit gugup, gadis itu kemudian menenangkan diri, ia juga menjaga intonasi suaranya agar tetap normal.
Orang tersebut mengangguk. “Baiklah, aku permisi. Maaf sudah mengganggu waktu Anda, Nona.”
Yu Fen menelan ludahnya, ia menganggukkan kepala. Sementara orang itu segera melangkah ke arah pintu keluar.
Yu Fen berpikir sejenak, jika teman sekolah Meihua mencarinya ke tempat ini. Lalu ... ah ... sial!
Gadis itu segera melangkah cepat, ia meninggalkan meja kasir dan mengejar orang tersebut. Ia harus bertanya beberapa hal, ia kini kembali khawatir dengan Meihua.
Yu Fen mendorong pintu masuk, ia lekas berlari keluar dan meraih tangan orang tersebut. Berhasil ... akhirnya ia bisa menghentikan langkahnya.
“Tunggu dulu,” ujar Yu Fen. Gadis itu kemudian mengatur napasnya yang tersengal-sengal, ia berdiri agak terbungkuk.
Orang yang dihentikan Yu Fen menatap bingung. “Ada apa, Nona?”
Yu Fen menghentikan embusan napasnya yang kasar, ia menatap orang itu jeli. “Apa kau teman sekelas Meihua?”
Orang tersebut menganggukkan.
“Apa Meihua tak mengatakan apa pun padamu sebelum pergi?”
Orang itu menggelengkan kepala.
“Ah ... ke mana dia? Benar-benar membuatku khawatir.”
Orang tersebut menatap bingung.
“Aku Yu Fen, teman dekat dan memiliki pekerjaan yang sama dengannya. Siapa namamu?” tanya Yu Fen pada akhirnya.
Mendengar Yu Fen yang memperkenalkan diri, orang tersebut lekas meraih tangan Yu Fen dan menyalaminya.
Yu Fen yang mendapat perlakuan demikian cukup kaget, ia merasa canggung karena atmosfer yang ada di sekitar mereka.
Ah ... beruntung jalanan tergolong sepi, dan beruntung juga tak ada orang yang mampir untuk berbelanja kala ini.
“Wu Chen,” ujar orang tersebut.
“Wu ... Chen?” gumam Yu Fen, ia kemudian menatap dan tersenyum. Ia suka dengan ejaan nama pemuda itu, begitu mudah di ingat.
Pemuda itu adalah Wu Chen, ia mendapatkan alamat tempat Meihua bekerja dari seseorang.
“Nona, apa Anda baik-baik saja?” tanya Wu Chen.
“Tidak ... aku benar-benar kacau sekarang ini.” Yu Fen terlihat begitu khawatir, ia segera melepaskan jabatan tangannya dan Wu Chen.
“Ke mana Meihua pergi, ia bahkan tak memberikan kabar.”
Wu Chen yang mendengar penuturan Yu Fen juga sama khawatirnya, sejak Zhang Yuwen membawa Meihua keluar dari kelas, sampai detik ini tidak ada satu orang pun yang tahu mereka pergi ke mana.
“Aku yakin dia baik-baik saja,” ujar Wu Chen menenangkan, ia juga tak tega kala melihat wajah kusut Yu Fen.
“Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu dengan mudah?” tanya Yu Fen sedikit kesal.
Wu Chen yang mendengar penuturan Yu Fen tak bisa menjawab, ia diam dan menunggu Yu Fen kembali bicara. Ia juga sama ... khawatir jika Zhang Yuwen melakukan hal buruk kepada Meihua.
Kedua orang itu sama-sama larut dalam lamunannya masing-masing, mereka memikirkan orang yang sama. Sial bagi mereka karena yang membawa Meihua pergi tentu saja bukan orang biasa.
“Sebaiknya kau segera kembali bekerja, Nona. Banyak orang-orang yang sudah datang untuk berbelanja,” ujar Wu Chen. Ia menatap ke arah pintu minimarket yang sudah malai di datangi orang-orang.
Yu Fen juga mengalihkan tatapannya pada tempat yang sama. “Bolehkah aku meminta bantuanmu?”
“Apa itu?” tanya Wu Chen.
“Temukan Meihua, aku sangat khawatir padanya,” ucap Yu Fen, setelah itu Yu Fen bergegas pergi.
Wu Chen yang melihat rasa khawatir Yu Fen tersenyum, ia kemudian melangkah pergi dan melanjutkan pencariannya ke apartemen Meihua. Semoga saja gadis itu ada di sana, dan ia bisa tidur dengan tenang setelah tahu Meihua dalam keadaan baik-baik saja.