27. Pengakuan yang Tak Diharapkan

2115 Kata

“Kamu ke mana saja dari kemarin? Kenapa pesan saya enggak ada yang kamu balas, hah?!” Jangankan menjawab, saat ini aku bahkan seolah lupa cara bernapas. Jantungku berdebar sangat kencang. Antara masih kaget karena berita mengerikan ini, atau bisa juga karena tindakan Mas Rifqi yang sangat tiba-tiba. Apa ini mimpi? Kenapa dia tiba-tiba memelukku? “Shen? Kenapa kamu diam saja?” Pelukan itu kini melonggar. Aku mendongak, lalu menelan ludah. “S-saya sift malam. Hape saya mati dari k-kemarin. D-dua hari i-ini saya full di r-rumah sakit. Tidur j-juga di sana.” “Badanmu gemetaran, kita pergi dulu dari sini.” Saat Mas Rifqi hendak menarikku, aku tetap berdiri di tempat. Dia berhenti, lalu menatapku bingung. “Enggak mau ikut? Lantai sembilan penuh dengan garis polisi. Itu agak mengerikan untuk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN