28. Luapan Emosi

2118 Kata

“Kamu sudah saya anggap sebagai adik, Shen. Enggak lebih.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang sejak kemarin pagi sampai sekarang. Kalimat yang tidak pernah kubayangkan akan keluar dengan begitu lancar dari mulut Mas Rifqi. Seolah-olah, memang itu yang ada di hatinya. Adik, katanya? Yang benar saja! Aku tidak mau jadi adiknya. Sejak awal, aku juga tidak pernah memposisikan dia sebagai kakakku. Dia hanya teman, tidak lebih! “Adik, adik! Enak aja kalau ngomong!” Apa karena adiknya pergi, jadi dia menganggapku sabagai pengganti adiknya? Oh, tidak bisa! Aku tidak mau diperlakukan sebagai pengganti siapa pun. Aku ya aku. Titik! “Euuuh! Emang sejak kapan aku mau jadi adikmu, hah? Aku aja udah punya kakak laki-laki!” Aku meremas kertas di tanganku, lalu melemparnya sembarangan. “Shenna! Ker

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN