24. Merah Menyala

1817 Kata

“Wah, bahagia banget aku dibawain belanjaan sebanyak ini.” Aku menatap Mas Arfa dan Mbak Nana bergantian. Ternyata mereka datang dalam rangka membawakanku belanjaan berkantong-kantong. Mereka tahu aku terlalu sibuk, jadi pasti tidak sempat belanja bulanan dengan rutin. Jujur, aku sangat terharu mendengarnya karena itu memang benar. Sejak koas, hidupku memang rasanya sudah berubah. Aku merasa kurang bisa ‘memiliki’ diriku sendiri. Egoku harus kutekan berulang-ulang demi orang lain. Ya, anggap saja ini salah satu pengorbanan demi meraih cita-cita. “Kakakmu yang ngide, Dek.” “Owww! Terharu luar biasa sayaaa!” Mas Arfa mencibir. “Meski aku udah nikah, bukan berarti kamu enggak punya kakak lagi, Shen. Kalau butuh apa-apa itu bilang. Kalau bisa, tetap aku bantu. Kalau enggak ya gimana lagi.”

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN