“Asal kamu tahu, Shenna. Sebelum ini, saya pernah menyukai kakak iparmu.” Mataku mendelik. Aku mundur lagi, tetapi kali ini punggungku sudah mentok. Mataku kini mengerjap, mencoba mencerna baik-baik apa yang baru saja Mas Rifqi katakan. “K-kakak ipar? Mbak N-nana maksudnya? Saya enggak salah dengar?” “Enggak. Kamu enggak salah dengar. Mau saya ulangi sekali lagi?” Aku mengangguk. “I-iya. Tolong ulangi sekali lagi.” “Saya pernah suka Nana. Saya bahkan pernah menyatakan perasaan padanya. Sepertinya kakakmu tahu betul soal ini. Itulah kenapa dia tidak menyukai saya.” “Bentar, Mas, bentar!” aku mengangkat tanganku. Jujur, aku mendadak blank. Aku tidak pernah menyangka kalau alasan Mas Arfa sangat tidak suka dengan Mas Rifqi adalah Mbak Nana. Wah … benar-benar di luar dugaan! Sebenarny