19. Janji yang Tak Kunjung Terpenuhi

1840 Kata

Akhirnya, aku dan Mas Rifqi tiba di lokasi street food kedua. Suasana juga tampak sangat ramai, tetapi masih lebih masuk akal daripada yang tadi. Yang tadi benar-benar full. Untuk jalan saja rasanya sulit. Untuk kondisi lokasi, yang tadi juga lebih sempit. Yang ini sedikit lebih lebar. Jadi memang space yang tersedia lumayan longgar. “Mau beli apa?” tanya Mas Rifqi, persis seperti apa yang dia tanyakan saat di lokasi pertama. “Jujur, belum tahu. Jalan aja dulu.” Sebelum kembali digandeng, tanganku sudah lebih dulu memegangi tas. Bukan sok suci atau bagaimana, aku hanya merasa jantungku akan melompat keluar kalau pegangan tangan lama-lama. Belum lagi, rasanya juga kikuk. Tadi pun begitu. Ketika aku dan Mas Rifqi tiba di dekat mobil, kami sempat canggung saat saling melepas tangan. Untu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN