20. Fakta Mencengangkan

1830 Kata

“Ah, bodomatlah! Aku enggak mau mikirin itu lagi!” Semakin dipikir, semakin aku aku pusing. Aku benar-benar tidak ingat tentang janjiku pada Mas Rifqi kecuali soal traktiran makan yang sudah kulaksanakan. Selain itu, aku tidak merasa pernah berjanji apa pun padanya. Memangnya aku pernah menjanjikan apa lagi? Apa jangan-jangan daya ingatku sudah jauh berkurang karena akhir-akhir ini terlalu diforsir? Sudah behari-hari— ralat, bahkan sudah hitungan minggu sejak aku dan Mas Rifqi keluar bersama. Sejak itu pula aku terus kepikiran kalimatnya. Aku sendiri tidak diam saja. Aku sudah berusaha bertanya padanya, memastikan maksud dari kalimatnya malam itu. Sayangnya, Mas Rifqi tak kunjung memberi jawaban. Belum lagi, kami juga sama-sama sibuk. Meski ‘bertetangga’, kami jarang sekali bertemu di

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN