Bab 6

1142 Kata
“Gue tanya sekali lagi, apa lo yakin mau ngerjain Alita dengan nakutin dia pakai hantu?” tanya Sirin. Zidan yang sedang duduk di sofa tak jauh dari Sirin menganggukkan kepala dengan yakin. “Yakin,” katanya. “Kalau dia ketakutan sampai nangis atau pingsan gimana?” tanya Sirin lagi. “Nggak mungkin sampai pingsan,” balas Zidan. “Dia kan penakut.” “Tahu,” kata Zidan lagi. “Tapi, nggak mungkin sampai pingsan lah. Kalau nangis…, mungkin. Tapi, nggak sampai pingsan lah. Lagian, kan ada gue yang sudah siap menjadi penyelamatnya.” Zidan tersenyum lebar ke arah Sirin. Fazan yang duduk di sofa panjang di samping Sirin menepuk-nepuk pundak Sirin. “Udah sih, terima nasib aja jadi hantu,” ucapnya terkekeh pelan. “Seneng lo lihat gue jadi hantu?” timpal Sirin. Fazan menganggukkan kepala. “Iya lah,” jawabnya seraya terkekeh. Jawaban Fazan itu mengundang tawa teman-temannya yang lain. Tampaknya nasib Sirin memang sudah ditentukan untuk menjadi hantu. Dan tentu saja hal ini tidak bisa ditawar-tawar lagi. “Guys,” panggil suara dari arah tangga. Sirin, Zidan, Fazan dan Vega sontak menoleh ke sumber suara. Dilihatnya Pandu tengah berdiri di depan tangga dengan tatapan ke arah mereka. “Turun yuk, ke ruang makan,” kata Pandu seraya berbalik untuk kembali turun ke lantai satu. “Ada makanan. Banyak!” tambahnya. “Siap!” sahut Zidan dengan semangat seraya bangkit dari duduk. “Let’s go,” lanjutnya kepada teman-temannya yang lain. Segera Sirin, Fazan dan juga Vega mengikuti Zidan yang sudah terlebih dulu turun ke lantai satu menyusul Pandu. Mereka semua kini pergi ke ruang makan di mana terdapat sebuah meja panjang dengan banyak kursi di sekelilingnya. Selain itu, di atas meja juga sudah ada berbagai macam makanan cepat saji seperti pizza, burger dan juga ayam goreng. “Wah, enak nih,” kata Fazan yang saat ini sudah mengambil duduk di salah satu kursi. “Gue pikir, kita ke sini mau bahas soal rencana buat ngerjain Alita sekalian lihat ‘denah lokasi’,” ucap Sirin mengambil duduk di kursi kosong yang ada di samping Vega. “Kalau lo nggak mau, nggak usah memaksakan diri buat ikutan makan,” balas Pandu enteng seraya mencomot satu potong pizza lalu memakannya. “Mau lah!” sahut Sirin ikut mengambil satu potong pizza. “Sirin mana pernah nolak makanan,” ucap Fazan sambil tertawa. Teman-teman yang lain pun ikut tertawa bersamanya. “Kita bahas sambil makan kan bisa.” “Betul,” kata Vega menyetujui ucapan kakaknya. Kemudian mereka mulai memakan makanan yang tersaji di atas meja. Sesekali mereka mengobrol hal random di tengah-tengah diskusi mengenai rencana untuk mengerjai Alita. Sirin mengangkat sebelah tangannya, memotong ucapan Zidan yang sedang membicarakan kejutan makan malam untuk pacarnya. “Ya, Rin?” tanya Zidan menatap ke arah Sirin yang duduk berhadapan dengannya. “Apa gue beneran harus jadi hantu?” tanya Sirin mencoba peruntungannya untuk nego mengenai perannya sebagai hantu. “Harus! Harus banget,” jawab Pandu seraya menunjuk Sirin dengan penuh semangat. Sirin melotot ke arah Pandu yang tampak begitu senang dengan peran Sirin yang jadi hantu. “Gue nggak nanya lo, ya!” “Gue mewakili Zidan,” balas Pandu menoleh ke arah Zidan yang duduk di sampingnya. “Ya kan?” Zidan menganggukkan kepala. “Iya,” jawabnya dengan mantap. “Tapi kan gue pengennya—” “Jangan bilang lo takut kualat sama hantu makanya lo nggak mau dandan kayak hantu,” potong Fazan seraya terkekeh. “Nggak lah! Mana ada gue takut,” sahut Sirin dengan sombong. “Iya lah, hantunya yang takut sama lo,” timpal Pandu meledek Sirin. “Lo kan lebih menyeramkan daripada hantu mana pun.” “Sumpah, ngeselin banget lo emang ya,” kata Sirin menatap Pandu dengan sebal. Zidan, Fazan dan Vega tertawa melihat pertengkaran kecil di antara Sirin dan Pandu. Andai Tiara bisa ikut acara mengerjai Alita ini, pasti Sirin akan mendukung Tiara untuk menjadi hantu menggantikan perannya. Dan bisa jadi Tiara lah yang terpilih. Karena kan kalau ada Tiara, kenapa harus Sirin gitu loh. Iya kan? Sayangnya, Tiara sedang sibuk dengan acara pernikahan sepupunya yang entah kapan. Sungguh Tiara sedang beruntung. “Udah sih, Kak. Terima nasib aja,” ucap Vega sama sekali tidak menghibur hati Sirin. “Lo nurut aja pokoknya,” tambah Zidan memastikan kepada Sirin kalau semuanya sudah terencana dengan baik. “Oh ya, nanti lo berdua bisa pakai kamar itu buat dandan dan segala macamnya,” kata Pandu menunjuk sebuah kamar yang berada di sekitar ruang makan dan dapur. “Terus tempat lo nongol nanti ada di belakang sana,” tambahany menoleh ke arah Sirin sambil menunjuk arah samping kanannya. Sirin hanya bisa menghela napas dalam seraya mencomot kentang goreng yang ada di depannya. “Jangan lupa bawain alat-alat yang buat bersihin make up,” ucapnya kepada Vega. “Di rumah gue ada kain pel sama pembersih lantai,” sahut Pandu. “Lo pikir muka gue ubin!” balas Sirin sebal yang membuat teman-temannya tertawa, tak terkecuali Pandu. Setelah selesai makan, mengobrol dan bercanda, Pandu mengajak teman-temannya untuk berkeliling rumah, menunjukkan ruangan-ruangan yang nantinya akan dipakai untuk mengerjai Alita. Pandu mulai house tour dari home theatre miliknya yang ada di lantai satu, lalu ke kamar mandi yang berada di dekat ruangan itu. Pandu juga menawari untuk menonton film bersama malam ini yang langsung ditolak Sirin karena dirinya tidak boleh pulang terlalu malam. Teman-temannya yang lain menyetujui. Lalu, setelah selesai dengan ruangan-ruangan di lantai satu, Pandu langsung mengajak mereka ke rooftop rumahnya. Kata Zidan, dia akan memberi Alita kejutan makan malam di sana. Sirin hanya mendengarkan penjelasan Zidan dan Pandu dengan anggukkan kepala tanpa benar-benar menyimak apa yang mereka ucapkan. Lagian tugas Sirin hanya menjadi hantu. Sirin tidak begitu peduli dengan rencana Zidan yang lainnya yang tidak berhubungan dengannya. “Nanti akan ada kembang api. Dar dor dar dor,” kata Zidan heboh seraya menunjuk langit malam yang tengah bertaburkan bintang. “Terus nanti Alita bakal terpesona dan nangis terharu. Astaga, gue romantis banget ya,” tambahnya memuji dirinya sendiri seraya tertawa senang. Sirin hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ucapan Zidan itu. Mungkin bagian makan malam romantis dan kejutan kembang api bisa membuat Alita menangis karena terharu. Namun, Sirin yakin ketika Alita melihat kejutan hantu yang akan dipresentasikan oleh Sirin, Alita akan menangis histeris karena ketakutan. “Lo yakin nggak akan diputusin Alita setelah melihat penampakan hantu?” tanya Sirin menunjuk dirinya sendiri. “Nggak,” jawab Zidan dengan mantap. “Alita kan baik hati, lemah lembut, pengertian dan sayang pacar. Jadi, dia nggak akan putusin gue. Malah, dia pasti akan terharu.” Zidan tersenyum lebar. “Kayaknya Alita malah bakal mutusin pertemanan lo deh, gara-gara lo takutin, Rin,” timpal Pandu seraya terkekeh. “Kan pacarnya yang nyuruh,” balas Sirin yang membuat Pandu mengangkat kedua bahunya tak acuh. Pandu memang ya, punya hobi aneh sekali, yaitu bikin Sirin kesal!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN