Bab 23. Mulai Menyemai Rasa

1702 Kata

Ayesha menikmati waktu bersama keluarga Buya Hamzah dan Umi Asiyah. Ia sempat berpikir kalau kedatangan dirinya mungkin mengganggu waktu berkualitas mereka atau akan ada perbincangan mengenai alasan dirinya mengundurkan diri dari Madrasah. Namun, apa yang ia pikirkan salah. Ayesha justru merasa nyaman bahkan lupa bahwa dia sedang bertamu. “Yang paling gak bisa Umi lupakan, Nak. Waktu itu Khalid sedang mengaji pakai lampu sentir. Kamu tahu lampu sentir, Nak?” Asiyah menatap Ayesha. “Lampu teplok itu ‘kan, Mi? Yang dari minyak tanah?” “Iya, Halaty. Lampu teplok kalau orang zaman dulu bilangnya,” sahut Zainab. “Iya-iya, Ukh. Tahu kok. Kayaknya masih ada juga di rumah cuman gak dipakek aja.” Asiyah kembali melanjutkan kalimatnya sambil mengusap lengan Ayesha sesekali untuk memberikan per

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN