Khalid menahan senyum, melihat kepanikan Ayesha. “Aku mau … menerkammu!” hardiknya sambil mengambil pel lantai dari tangan Ayesha. Dia langsung menghindar sambil menahan mulut. Takut saja kalau tetangga mendengar jeritannya. Padahal, kalau dia menjerit kuat sekali pun, tetangga tidak akan mendengar karena suara hujan lebih deras dari suaranya. “Ustadz, Anda mau ngapain?” “Mau mengepel lantai, Ustadzah.” “Jangan, Ustadz! Sebaiknya Anda pulang saja!” Ayesha mengejar Khalid yang berjalan menuju dapur. Dia sangat kesal, Khalid menjawab santai tanpa ada beban, padahal mereka sedang berduaan di rumahnya. “Ustadz, jangan!” Khalid tiba-tiba berhenti dan berbalik badan, seketika tubuhnya ditubruk tidak sengaja oleh Ayesha hingga wanita itu limbung ke belakang. “Allah …!” pekik Ayesha terpel