5. Ingin Kembali

1021 Kata
"DAVE!" Dave pingsan saat itu juga. Aku memegangi kepalanya agar tidak membentur benda keras. Semua orang di ruangan itu mendadak panik. Terlebih Gerard dan Lucia. Mereka nampak sangat mencemaskan Dave. "Dave! Dave!" Wanita yang bernama Lucia itu segera menghampiri Dave dan merengkuh kepalanya. Dia menepuk-nepuk pipi Dave berharap Dave segera siuman. Jika melihat pemandangan ini, pastinya bakal mengira jika Lucia adalah ibu yang sedang mengkhawatirkan putranya. Tunggu! Apa mungkin ...? "Mama ...," Dave akhirnya membuka matanya. Dan dia memanggil Lucia dengan sebutan 'mama'? "Dave." Lucia menangis, drama keluarga apalagi ini? Tadi Federic bilang kepada kami jika Alex dan Gabriela adalah orang tua kami, terus siapa wanita yang bernama Lucia ini? Dan siapa pula Gerard yang wajahnya tak kalah cemas dari Lucia? Aku benar-benar pusing memikirkan hal ini. "Mama dan Papa kenapa ada di sini? Dan sebenarnya kami di mana?"  Berarti mereka berdua orang tua Dave. Apa hubungannya dengan semua ini? Aku hanya bisa menyimak tanpa tahu apa yang terjadi. Aku seperti penonton yang sedang menonton serial drama keluarga. "Akan kami jelaskan. Arjuna mendekatlah." Aku benar-benar kaget. Bahkan Lucia mengetahui namaku. "Mama kenal Juna?" Dave juga rupanya. Yang jelas, kami berdua sama-sama kaget dengan hal ini. Lucia mengangguk. Aku segera mendekat ke arahnya, karena aku juga sangat penasaran. "Kalian adalah saudara kandung." "Apa?!"  Penjelasan barusan sontak membuat kami membelalakkan mata. Aku dan Dave saling bertatapan, seolah ingin melihat kemiripan di antara kami. Apakah kami mirip? Entahlah! "Jadi yang tadi dibilang Federic itu benar?" tanya Dave pada Lucia. Jika apa yang dikatakan oleh mereka suatu kebenaran, terus emak dan babe itu siapa? Lucia dan Gerard mengangguk. Kepalaku benar-benar pening sekarang. "Aku dan Dave, saudara kandung?" Aku kembali bertanya, untuk memastikan bahwa yang aku dengar adalah sebuah kebenaran. Lucia mengangguk. "Terus ... Emak Jubaedah dan Babe Sabeni itu siapa?" Aku menatap nanar ke arah mereka. Sakit mengetahui kenyataan bahwa orang tua yang selama ini menyayangiku ternyata bukan orang tua yang sebenarnya. "Sabeni adalah Matius. Dia sama sepertiku seorang pengawal untuk penerus Alpha. Sedang Jubaedah adalah Emma. Dia sama seperti Lucia, pengasuh penerus Alpha." Kali ini pria yang bernama Gerard yang menjelaskannya. Apa? Bahkan nama keduanya pun bukan nama Asli. Tapi, kenapa orang tua Dave tidak mengganti nama mereka? Tiba-tiba tubuhku terasa lemas. Aku seakan tak bisa menerima kenyataan ini. Jika, mereka berdua bisa berada di sini, lantas, "Di mana emak dan babe?" "Mereka masih terjebak di bumi," jawab Lucia sembari menundukkan kepalanya.  "Kenapa kalian bisa sampai di sini, jika mereka masih terjebak di sana?!" Entah dapat keberanian dari mana aku bisa berteriak pada mereka. Memikirkan kini kami sangat jauh, menjadikan amarahku bangkit. Bagaimanapun aku menyayangi keduanya layaknya orang tuaku sendiri. Tak pernah terlihat jika mereka bukan orang tuaku. Bahkan sikapnya padaku, aku yakin semuanya tulus dari dalam hati. "Setelah bisa kembali ke Aliansi Andromeda, kamilah yang tidak bisa kembali ke bumi." "Jadi ... kalian bukan tak peduli padaku?" Kali ini Dave yang terlihat mendramatisir suasana. Selama ini Dave bercerita jika orang tuanya sering tidak pulang dan terakhir mereka sama sekali tidak memberi kabar padanya. "Selama ini kami berpetualang untuk mencari pintu masuk lain ke aliansi. Karena kami takut, jika kembali menyatukan kedua benda itu, akan menimbulkan ketidakseimbangan di antara dua dunia." Gerard menghela napas, "Terakhir perjalanan kami adalah di piramida Mesir, yang memiliki bentuk seperti lambang Andromeda." Aku mengerahkan semua kemampuan otakku untuk mencerna setiap penjelasan Gerard. Yang kulihat di bendera memang berbentuk limas, tapi limas segitiga. Sedang piramida Mesir berbentuk limas segi empat. Meski sama-sama limas, tapi tetap saja bentuk keduanya berbeda. Tapi, limas segitiga itupun bentuknya tidak simetris. Jika disatukan maka ... akan membentuk piramida. Ternyara kemampuan otakku dapat diandalkan saat ini. "Kami membawa ini bersama kami." Gerard mengeluarkan benda berbentuk lingkaran dengan layar transparan dan seolah ada titik-titik yang menunujukkan koordinat. "Apa itu?" tanyaku heran. Baru pertama aku melihat benda seperti itu. Sepertinya semua benda yang kulihat hari ini adalah pertama kalinya bagiku. "Ini adalah pelacak koordinat pintu penghubung antar galaksi yang dibuat menggunakan sihir Alpha. Tidak cuma ini, tetapi hidden village  ini juga Tuan Alex yang menciptakan saat dalam pelarian." Gerard nampak lesu saat mengucapkannya. Ada nada kesedihan dalam suaranya. Kalau begitu, "Di mana sebenarnya Alpha yang kalian maksud, yang kalian bilang orang tua kami?" Tentu saja aku penasaran dengan orang tua kandungku yang sebenarnya, kenapa mereka tidak menampakkan dirinya. Apa mereka tidak merindukan anak-anak kandung mereka? Meski masih terasa sulit menerima kenyataan ini. Gerard menggeleng, " Sejak peristiwa itu, kami tidak dapat menemukan Alpha maupun permaisuri." Semua orang di dalam ruangan ini mendadak menundukkan kepalanya, seolah mengatakan mereka sudah bersedih untuk waktu yang cukup lama. Meski aku sendiri belum pernah melihat mereka, namun entah kenapa tetap saja merasakan sakit saat tahu keduanya tidak bisa ditemukan. Kulihat Dave pun tak kalah terpuruknya, sama sepertiku. "Di Mesir, benda ini bereaksi. Semakin kami mendekat untuk mengetahui kebenarannya, tanpa sadar kami telah tersedot pulang ke aliansi ini. Dan tidak pernah menemukan jalan untuk kembali ke bumi sejak saat itu." Lucia melanjutkan penjelasan Gerard yang sempat terhenti tadi. "Maafkan kami, Dave." Lucia menatap ke arah Dave dengan sorot mata penuh penyesalan. Betapa sangat terlihat jika Lucia begitu menyayangi Dave. Sama seperti emak menyayangiku. "Apa aku bisa kembali saja ke bumi? Aku tidak peduli dengan aliansi atau apa pun. Aku hanya ingin bertemu emak dan babe." Rasanya masih cukup berat mengakui orang lain sebagai orag tua asliku. Jika ada pilihan, maka aku akan tetap memilih untuk pulang ke rumah. "Sayangnya tidak bisa! Kalian berdua harus mengikuti takdir kalian !" TIba-tiba saja Federic menyela ucapanku. Seperti kataku tadi, auranya sangat mengintimidasi. Bahkan aku begitu tersentak saat mendengar ucapannya. "Takdir apa?! Aku tidak peduli dengan aliansi ini, hidupku yang sebenarnya tidak di sini. Dave, kamu mau di sini atau memilih pulang bersamaku?" Kulihat Dave begitu bimbang menjawab ajakanku. Dia menatap Lucia dan Gerard bergantian. "Aku tidak memiliki siapa pun di sana, Jun!" teriaknya padaku. Benar juga, di sini dia bertemu orang tuanya, meski bukan orang tua asli, setidaknya ada yang menyayanginya. "Baiklah! Kalau begitu biarkan aku pulang!" Aku mengambil paksa liontin Dave dan kembali menggabungkannya dengan cincinku. Dengan perasaan campur aduk, aku menunggu pusaran angin itu muncul dan aku dapat kembali ke bumi. Menemui kedua orang tuaku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN