4. Kotak Rahasia

1022 Kata
Setelah beberapa lama, akhirnya Federic mampu bangkit dan kini tengah duduk di kursi kebangsaannya. "Federic, apa mungkin ...?" Pria yang bernama Ludwig itu bertanya lirih pada Federic.  Setelah diamati, Ludwig memiliki perangai yang tenang dan teduh, berbeda dengan Darius yang terlihat begitu garang. Mendengar pertanyaan menggantung Ludwig, Federic mengangguk. "Darius, bawa kotak rahasia itu ke sini!" Kulihat wajah Darius sempat terkaget, apa karena mendengar kata 'kotak rahasia'? "Baik!" Meski begitu, dia tetap mematuhi perintah Federic.  Setelah kepergian Darius, suasana kembali hening. Aku masih menunduk takut, meski sesekali melirik ke arah mereka. Dave nampak lebih pemberani dari pada aku. Pandangannya lurus ke depan. Sejenak aku iri dengan keberanian Dave. Tapi, lantas aku menyadari, siapalah aku. Tak berselang lama, Darius kembali masuk dengan membawa sebuah kotak kecil berwarna hitam dan menyerahkannya kepada Federic. Dengan sangat hati-hati, Federic menerima kotak itu, lantas meletakkanya di atas meja. Dia mengambil sesuat dari dalam laci mejanya dan memasukkannya ke dalam lubang kecil di kotak itu. Aku yakin itu kunci untuk membuka kotak itu. Kotak itu terbuka, sejenak Federic melihat ke arah dalam kotak itu. Setelahnya dia mengambil kotak itu kembali dan berjalan mendekat ke arah kami. Wajahnya datar, hingga aku tidak bisa memperkirakan apa yang dibawanya itu. Apakah hal baik atau buruk bagi kami? Saat langkahnya semakin mendekat ke arah kami, aku merasakan seluruh tubuhku mendadak gemetar tanpa alasan yang jelas. Entah itu karena takut, penasaran, atau karena hal lainnya. "Lihatlah!" Entah sejak kapan Federic telah berdiri di hadapan kami? Kini dia telah menyodorkan kotak rahasia itu ke arah kami. Aku pun dengan ragu-ragu melihat ke arah dalam kota itu. Foto yang bergerak? Betapa terkejutnya aku, sama persis seperti yang kulihat di film Harry P*tter. "Ambil dan lihatlah!" Aku dan Dave saling berpandangan, seolah saling bertanya, 'apa kita harus menuruti perintahnya?' Dave mengangguk kepadaku, akhirnya kami memberanikan diri untuk mengambil foto yang ada dalam kotak itu. Masing-masing dari kami mengambil satu foto. Aku yakin perasaan Dave sama sepertiku, sangat penasaran tentang takdir yang dibilang orang tua Dave tentangnya. Dan juga kenapa babe selalu berpesan padaku untuk selalu membawa cincin itu. Apa aku ada hubungannya dengan takdir Dave? Tanganku benar-benar gemetar saat mengambil foto itu. Tak pernah terbayangkan dalam hidupku, aku bisa melihat hal yang seperti ini. Dalam satu hari, aku bisa melihat beberapa hal yang biasanya hanya dapat kulihat jika aku menonton film. Dalam foto yang kulihat, ada sebuah keluarga bahagia. Kenapa aku bilang bahagia? Karena mereka semua nampak terus tersenyum bahagia sepanjang video ini diputar. Aku sampai bingung harus menyebut ini foto atau video? Seorang ayah, seorang ibu, seorang anak kecil berusia sekitar 5 tahun, dan juga seorang bayi di dalam gendongan ibunya. Jika dilihat-lihat, pria dewasa itu sangatlah mirip dengan Dave. Senyumnya bahkan cara tertawanya sungguhlah mirip. Jika sekilas melihat, pastilah dia akan mengira jika Dave dan orang yang ada di foto ini adalah orang yang sama. "Si-siapa ini?" tanya Dave dengan bibir bergetar. Bahkan aku bisa melihatnya dari sini, bibirnya yang bergetar itu. "Mereka adalah Alex dan Gabriela, Alpha dan permaisuri aliansi yang asli." Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya. Alpha? Aliansi? Memang kami sekarang ada di mana? "Aku tidak mengerti dengan apa yang Anda katakan." Dave mewakiliku untuk mengatakan hal itu. Ternyata dia juga tidak tahu apa-apa. Federic menghela napas panjang, "Ini terlalu kelam untuk diceritakan. Masa-masa terkelam di aliansi ini." "T-tunggu! Sebelumnya aku ingin bertanya, kami ada di mana? Apa kami tidak berada di bumi?" Karena rasa penasaran, akhirnya keberanianku untuk bertanya muncul begitu saja. Aku benar-benar masih bingung dengan semua ini. "Jadi kalian menyebut tempat itu dengan sebutan bumi?" Bukannya menjawab, Federic malah ganti bertanya pada kami. Tak ada satu pun dari kami yang menjawabnya, karena bingung juga mesti menjawab apa? "Satu-satunya planet di luar galaksi ini yang strukturnya sama dengan planet ini." "Apa maksudnya ... kami sekarang tidak berada di bumi?" Aku semakin berani untuk bertanya, merasa mereka tidak berniat jahat kepada kami. Federic menggeleng, "Ini adalah Aliansi Andromeda, satu-satunya aliansi di Galaksi Andromeda ini." "Galaksi Andromeda? Aku pernah mempelajarinya dalam pelajaran sekolah." "Tapi, Galaksi Andromeda yang kamu pelajari mungkin tidak sama dengan Galaksi Andromeda kami." Mungkin saja Federic mengerti tentang kebingunganku ini. "Kembali ke penjelasan sebelumnya tentang Alex dan Gabriela, orang tua kandung kalian."  Sungguh perkataannya barusan benar-benar membuatku sangat terkejut. Apa katanya tadi? Orang tua kandung? Lalu emak dan babe itu siapa? "Tunggu! Apa maksud Anda dengan mengatakan tentang orang tua kandung? Apa maksud Anda, orang tua yang hidup bersamaku dan juga orang tua Arjuna, bukanlah orang tua kandung kami?" Sepertinya Dave juga tak kalah shock denganku. Bagaimana bisa langsung percaya dengan hal itu, sedang sepanjang hidupku hanya emak dan babe-lah yang kulihat. "Seperti yang barusan kalian lihat, Alex sangatlah mirip denganmu," ucap Federic sembari melihat ke arah Dave. Benar kata pria tua itu, orang yang di foto ini sangatlah mirip dengan Dave, bahkan aku bisa bilang bahwa orang di dalam foto itu adalah Dave. "Kenapa kami harus percaya omongan Anda?" Nampaknya Dave tidak bisa langsung percaya dengan omongan Federic, begitu pula aku. Lelucon macam apa ini? "Darius!" "Iya, Federic." Darius membungkuk ke arah Federic. Rupanya dia bersiap menerima perintah lanjutan dari pria tua itu. "Panggil Gerard dan Lucia kemari!" Darius mengangguk dan langsung pergi dari ruangan ini. "Gerard ... Lucia?" Nampaknya Dave terperangah mendengar nama itu. Apa dia tahu sesuatu? "Kenapa kamu pucat gitu, Dave? Apa kamu kenal orang yang bernama Gerard dan Lucia?" Aku benar-benar penasaran dengan hal itu.  Dave mengangguk, "Tapi aku nggak terlalu yakin." Dapat terlihat, Dave kini nampak begitu cemas dan gelisah. Sebenarnya, siapa Gerard dan Lucia sebenarnya? Apa hubungannya dengan semua ini, terlebih apa hubungannya dengan Dave? Tak berselang berapa lama pintu terbuka, Darius masuk diikuti oleh dua orang. Ralat! Seorang pria dan seorang wanita. Mereka mengenakan baju berwarna hitam, mirip dengan para agen rahasia di film. Mereka berdua melirik ke arah kami. Apa aku tidak salah lihat? Keduanya mengangguk ke arah kami seakan memberi penghormatan kepada kami. Tapi, yang lebih mengejutkan adalah ekspresi Dave. Dia nampak terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan. Tangan Dave nampak mencengkeram kursi rodanya dan nafasnya pun tersengal-sengal. "Dave!" Aku mencoba mengguncang bahunya. Dia menoleh ke arahku, namun kulihat wajahnya yang memucat membuatku begitu khawatir. "DAVE!" 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN