8. Mendapatkan Keahlian

1015 Kata
"Itu dia Ludwig." Aku berjalan cepat ingin segera menemui Ludwig. Dia sedang sendirian menatap layar besar yang transparan. "Wow ...!" Aku berhenti berjalan menatap ke arah layar transparan yang ada di hadapan Ludwig. Ini benar-benar sesuatu yang menakjubkan. Belum hilang rasa takjubku akan sihir di tempat ini, kini ditambah kecanggihan teknologi yang benar-benar nyata. Sebenarnya tempat seperti apa Aliansi Andromeda ini? Di mana sihir dan teknologi bisa berbaur menjadi satu. Aku tidak mengerti dengan apa yang sedang dilihat Ludwig lewat layar itu, tapi sepertinya sangat rahasia. Terbukti Ludwig segera mematikannya setelah menyadari keberadaanku. Ludwig menekan sesuatu yang ada di pergelangan tangannya dan layar itu segera menghilang. Layar itu menghilang, benar-benar hilang. Hanya pepohonan yang terlihat kini. "Arjuna! Sedang apa kamu di sini?" Sepertinya Ludwig sangat terkejut dengan kemunculanku di sekitarnya. Wajahnya terlihat pucat, apa dia sedang sakit? Dia begitu gelagapan saat melihat wajahku. "Uhm ... a-aku hanya ingin menanyakan sesuatu." Kenapa aku menjadi gugup begini? Seakan telah melakukan sebuah kesalahan. Aku kembali mengatur napasku agar aku bisa kembali tenang. "A-apa itu?" Terdengar kegugupan pula dalam suaranya. Kenapa semua malah menjadi canggung? Perasaan apa ini? Kenapa aku mejadi curiga dengannya? "Itu ... tentang skill  yang ada di aliansi." Ludwig mengernyitkan dahinya, seolah sedang berpikir dalam tentang yang aku tanyakan. "Skill apa yang hendak kamu tanyakan?"  "Apa ada skill yang bisa menggerakkan daun dan membentuk pusaran angin?" Dengan ragu-ragu aku bertanya padanya, berharap mendapatkan jawaban dari pertanyaanku. Ludwig menggeleng, "Tidak ada skill seperti itu. Manufacture hanya berfokus pada Andrium. Sedang healing hanya berfokus pada pengobatan. Tinggal wizard, skill ini berbeda-beda muncul pada seorang Alpha." Mendengar penjelasannya barusan, kemungkinan skill  yang kumiliki adalah wizard. Tapi, aku akan diam seolah aku tidak memiliki keahlian apa pun. Aku tidak mau terjebak di tempat ini selamanya. "Kenapa kamu menanyakan itu? Apa kamu merasakan keanehan?" Tatapan Ludwig benar-benar hendak mengulitiku. Aku harus segera pergi dari sini. "Tidak! Hanya saja aku benar-benar penasaran dengan dunia ini. Ada skill lainkah selain yang kamu sebutkan?" Ludwig menggeleng. "Oke, Ludwig. Terima kasih. Maaf mengganggu waktumu." Setelah mengucapkan itu, aku segera berlalu dari hadapannya. Tak ingin mendapat beragam pertanyaan yang akan merugikanku. Aku diam-diam harus meningkatkan kemampuan sihirku ini, agar aku bisa menggunakan kedua benda itu untuk kembali ke bumi. "Arjuna!" Aku menoleh ke arah suara yang memanggil namaku. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini, Dave tengah berlari ke arahku. Dengan kedua kakinya terlumuri oleh Andrium.  "Dave! Kamu bisa berjalan?" pekikku saat melihatnya. Dia benar-benar bisa menggerakkan kedua kakinya. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi dirinya. "Iya, Jun! Aku benar-benar berhasil." Terdapat binar kebahagiaan dalam matanya.  Aku melihat ke bawah, ke arah kakinya. Andrium-nya menempel sempurna. Dave mengenakan celana kolor pendek bermotif kotak-kotak. Haruskah aku menjelaskan hingga motifnya juga? Kakinya terlihat berkilauan, mungkin jika dia memakai celana panjang tidak akan ada yang mengira bahwa kakinya tidak normal. "Aku keliling dulu, Jun." Sepertinya dia sangat bahagia karena akhirnya dapat berjalan lagi. Aku tersenyum menatap punggung Dave yang semakin menjauh. Memang benar, di sini adalah dunia Dave. Aku terus berjalan menuju tempatku berlatih tadi. Tak ada salahnya memiliki kemampuan yang tidak dimiliki orang lain. Jika aku kembali ke sekolah, aku bisa membela diriku sendiri dari bully-an Bobby cs. Tiba di tempatku berlatih tadi, aku segera memfokuskan pikiranku. Aku ingin segera menguasai kekuatan ini dan kembali ke duniaku. Suasana hutan ini begitu hening dan sunyi. Apakah tidak pernah ada yang masuk ke sini? Pohon yang tumbuh di sini begitu tinggi dan lebat. Aku tidak tahu pohon apa ini dan sepertinya nggak perlu tahu, karena aku tidak lama di sini. Aku harus benar-benar berusaha keras untuk membangkitkan kekuatan ini. Emak ... babe ... tunggu Juna. Ternyata semua tak segampang yang kuharapkan. Bahkan setelah satu jam di sini, aku sama sekali tidak bisa menggerakkan Andrium. Bukankah itu sebuah kemampuan paling mudah di aliansi ini? Aku menghela napas panjang, "Berusahalah lebih keras, Jun! Kamu pasti bisa!" Tentu saja aku menyemangati diriku sendiri, karena tidak ada satu pun yang bisa kupercaya untuk saat ini. Bahkan Dave sekali pun, aku tidak mempercayainya. Yah ... karena Dave merasa kerasan di sini, aku enggan mengajaknya pulang. Lagi pula kedua orang tuanya berada di sini. Aku sendiri bingung mengartikan hubungan kami. Apa kami harus bersikap seperti kakak beradik atau seperti biasanya saat sebelum kami mengetahui kenyataan ini? Hampir setengah hari aku di tempat ini dan tidak menunjukkan perkembangan apa pun. Apa aku tadi hanya berhalusinasi saja? Entahlah! Aku hampir menyerah dengan semua ini. Bayangan emak dan babe terus menari-nari di pelupuk mataku. Meski aku yakin mereka akan baik-baik saja. Seperti kata Gerard kemarin, bahwa babe sama sepertinya. Dia adalah penjaga, pastinya dia bisa membela dirinya jika terjadi apa-apa. Tapi, kemarin Federic sempat berbicara bahwa Xatano berusaha mengekspansi bumi. Aku harus mencari tahu masalah ini.  Siapa yang terlebih dahulu aku mintai informasi?  "Ludwig?"  "Tidak! Tidak!" Aku menggelengkan kepalaku, perasaanku tidak enak tentangnya. "Darius?" "Lebih tidak mungkin lagi." Aku belum mengenal banyak orang di sini. Kepalaku hampir meledak memikirkan cara untuk kabur dari sini, ditambah lagi kini memikirkan perkataan Federic kemarin tentang rencana Xatano. "Jadi, apa sebenarnya rencana mereka jika salah satu dari kami-aku dan Dave-menjadi Alpha selanjutnya?"  Bukankah pemerintahan saat ini dipimpin oleh Xatano? Apa artinya, mereka berencana menggulingkan Xatano? Bahkan kemarin, Alpha sebelumnya menghilang karena ulahnya. Apa mungkin saat ini bisa mengalahkan kekuatan militer yang kuyakin sangat hebat? "Sebenarnya ini bukan hal yang bisa dipikirkan oleh anak yang masih sekolah SMA," gumamku seorang diri. Aku baru saja mendapatkan usiaku yang ke-17 dan aku harus memikirkan masalah ini. Ini masalah besar, masalah aliansi. Bahkan aku yakin lebih besar dari negara yang aku tinggali di bumi. Kakiku terus berjalan masuk ke dalam hutan. Tanpa tahu arah yang harus aku tuju. Matahari telah berada tepat di atas kepala, tapi panasnya tak dapat kurasakan karena terhalang pepohonan yang tinggi menjulang. Aku terduduk di atas sebuah batu besar yang berada di sana. Meski sedikit gelap, tapi  kenapa aku tidak merasakan sebuah ketakutan. Rasanya begitu nyaman dan damai ketika di sini. Sayup-sayup, sepertinya aku mendengar sebuah nyanyian. Begitu indah dan menghanyutkan.  Hembusan angin melewatiku dan membuatku mengantuk. Hingga akhirnya aku pun tertidur di atas batu itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN