Bab 11. Sahabat Atau Kekasih? 2

1534 Kata
# Dania tampak termenung sendirian ketika Arga akhirnya datang menghampirinya dengan membawa minuman untuk mereka berdua. "Aku sudah mengorbankan waktu makan siangku yang berharga hanya untuk menemanimu minum kopi murah di tempat seperti ini dan sekarang kau malah asyik melamun seorang diri sementara aku antri di sana," keluh Arga saat mendapati sepupunya yang sedang asyik melamun sendiri. Arga mengulurkan minuman yang dia beli untuk Dania dan Dania menerima minuman yang dibelikan oleh sepupunya itu kemudian meletakkannya di sampingnya. Dania tertawa. "Gentleman service right. Kau harus bisa memperlakukan seorang wanita dengan baik agar kau bisa mendapatkan wanita yang baik juga," balas Dania. Arga menggeleng. "Tidak berlaku untukku karena aku sudah menikah," sanggahnya. Dania hanya tersenyum mendengar ucapan Arga. "Yah pantas saja kau malah menikah dengan wanita seperti Cleo," ejek Dania. Dia tentu saja tahu tentang sifat asli Cleo. Namun Arga malah tertawa mendengar ejekkan sepupunya. "Dia sudah yang paling cocok untuk menjadi istri dari anggota keluarga Pangestu. Kalau dia tipe wanita yang baik dan munafik seperti almarhum Mamaku, dia hanya akan berakhir tersingkir atau tertekan." Sekilas Arga terdengar seperti sedang membela istrinya. Dania mengangguk mendengar ucapan Arga. Memang benar di keluarga Pangestu, kalau tidak bisa menjadi kejam maka setidaknya kau harus bisa menjadi munafik atau licik. Karena hal ini jugalah keluarganya memutuskan untuk tidak terlibat dalam lingkup perebutan kekuasaan maupun persaingan dalam keluarga, meski di sisi lain mereka tidak benar-benar memutus hubungan dengan keluarga Pangestu. "Arga, aku ingin bertanya tentang sesuatu secara serius kepadamu." Dania akhirnya mengemukakan niatnya. Sorot matanya menunjukkan kalau dia bersungguh-sungguh. "Tanya apa? Tumben kau seserius ini." Arga menyeruput minuman dingin di tangannya. Dania sudah seperti adik kandungnya sendiri karena selama ini hanya Danialah yang paling sering ada bersamanya, terutama semenjak hubungannya dengan anggota keluarga Pangestu yang lain tidak begitu bagus dan dia malah terkucil dari kedua sahabatnya, Cakra dan Maura. "Apa sebenarnya yang terjadi lima tahun lalu sampai-sampai kau bahkan tidak bisa mengingat apa-apa saat mabuk?" tanya Dania akhirnya. Dia tahu ini topik yang sensitif untuk Arga sehingga selama ini dia selalu menahan dirinya untuk tidka bertanya. Tapi sekarang dia memiliki alasan yang lebih kuat untuk mencari tahu dibanding berdiam diri. Raut wajah Arga tampak menggelap setelah mendengar pertanyaan adik sepupunya itu. "Bukankah kau dekat dengan Rayan? Apa dia sendiri tidak pernah menceritakan apa-apa kepadamu tentang kejadian malam itu?" Arga balik bertanya. Kali ini tidak ada lagi senyum di wajahnya. Dania menggeleng. "Rayan tidak sedekat itu denganku. Meski dia bersikap ramah dan baik kepadaku, itu hanya karena aku dan keluargaku memutuskan untuk tidak pernah terlibat pada persaingan di dalam keluarga serta tidak pernah mengulurkan tangan kami untuk menyentuh satupun harta keluarga Pangestu. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, aku yakin kalau dia akan langsung berubah pikiran dan menjadi orang yang paling kejam dalam memperlakukanku dibandingkan seluruh anggota keluarga Pangestu yang lainnya," balas Dania. Arga terdiam sejenak mendengar ucapan Dania. Dia tahu dengan pasti kalau apa yang dikatakan Dania itu memang benar karena dia sendiri pernah tertipu dengan sikap baik yang ditunjukkan oleh Rayan dulu dan itu hampir saja menghancurkannya. Pada akhirnya Arga hanya menarik nafas panjang. "Dulu aku sedang mengalami sangat banyak masalah yang membuatku tertekan. Kau sudah tahu salah satunya adalah karena mantan kekasihku yang memilih untuk menikah dengan sahabatku sendiri. Di saat yang sama aku dan Rayan sempat menjadi dekat dan itu juga awalnya aku mulai menggunakan obat penenang dan obat-obatan lainnya yang ditawarkan oleh Rayan," akunya. Arga memang pernah ada di titik itu setelah kehilangan wanita yang dia cintai sekaligus kehilangan kemampuannya untuk bermain piano dengan baik. Dania menutup mulutnya dengan tangan. Dia sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini dan itu membuatnya sangat terkejut. Sebenarnya Dania juga tahu tentang perjuangan Arga untuk melepaskan diri dari obat-obatan, tapi dia tidak pernah tahu kalau Rayan adalah orang yang memperkenalkan semua itu pada Arga. "Kau seharusnya tahu kalau di dalam keluarga Pangestu tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya. Seharusnya kau waspada saat memutuskan masuk ke dalam bisnis keluarga. Semua akan saling menjatuhkan dan mendorong satu sama lain agar terjerumus untuk bisa saling menyingkirkan. Betapa bodohnya dirimu yang dengan polosnya merusak diri sendiri dengan dibantu oleh Rayan," timpal Dania. Arga melirik Dania kesal. Tanpa diberitahu sekalipun, dia juga sudah paham kalau Rayan memang licik dan dirinya saat itu memang bodoh. "Aku juga tahu itu tanpa harus diceramahi olehmu. Bagaimanapun, aku akhirnya berhasil dengan susah payah untuk berhenti dari kecanduan obat-obatan tersebut dan beruntungnya juga masa kecanduanku tidak seberapa lama sehingga untuk melepaskan diri tidaklah sesulit yang aku kira." Arga terlihat menyesal mengingat betapa beratnya masa-masa yang dilewatinya dulu. Kakeknya mengancam akan menyingkirkannya dari daftar pewaris kalau dia gagal melepaskan diri dari obat-obatan. "Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Dania penasaran. Cerita Arga bahkan belum sampai pada bagian yang dia tanyakan di awal tadi. "Lima tahun lalu ketika aku hampir berhasil menjalani pengobatan untuk lepas dari ketergantungan obat-obatan tersebut, aku datang ke Maroko karena Kakek memintaku untuk mengurus beberapa hotel yang baru saja dibuka Dan saat itu aku bertemu lagi dengan Rayan." Arga meneguk minuman sekali lagi. Wajahnya menunjukkan perubahan ekspresi yang kentara dari marah menjadi penyesalan dan kemudian menjadi kecewa serta kesal. Meskipun Arga adalah pewaris yang resmi ditunjuk oleh kakeknya sendiri, akan tetapi di sisi lain Rayan adalah sepupunya yang sudah lebih dulu bergabung di dalam perusahaan utama milik keluarga Pangestu. Selain itu Rayan juga berhasil membuat lini usaha yang dia pegang menjadi yang paling banyak menghasilkan keuntungan untuk perusahaan keluarga mereka. Arga mungkin memiliki hak dan kuasa sebagai ahli waris satu-satunya yang ditunjuk oleh kepala keluarga Pangestu namun Rayan adalah saingan terkuat Arga karena Rayan memiliki pengaruh yang lebih besar di dalam keluarga Pangestu dibandingkan Arga sendiri yang belum lama bergabung ke dalam perusahaan dan keluarga tersebut. "Lima tahun lalu Rayan mengajak bertemu untuk membicarakan tentang beberapa hal terkait bisnis baru yang akan dibuka di Moroko. Kau tahu kan kalau Maura berhasil membantu Rayan dengan semua hotel dan restoran milik perusahaan keluarga Pangestu." Arga berhenti sejenak menyadari betapa kesalnya dia saat melihat hubungan dekat Rayan dan Maura. Meski Maura pernah berkata kalau itu hanyalah keakraban sebatas rekan kerja tapi buktinya Maura bahkan sampai mempunyai anak dari Rayan meski Rayan tidak pernah menikahi Maura. Dania diam-diam memperhatikan ekspresi Arga saat ini. "Aku sama sekali tidak tahu kalau dia mencampur obat di dalam minumanku dan bermaksud menjebakku untuk menikahi wanita yang sengaja dia sewa malam itu. Untung saja ada seorang wanita yang membantuku untuk menyelinap dan melarikan diri waktu itu. Seorang yang aku bahkan tidak bisa aku ingat wajahnya. Setelahnya seperti yang kau tahu, entah bagaimana caranya aku sudah berada di apartemen Maura." Arga menjelaskan. Dania menarik nafas panjang mendengar cerita Arga. Sejujurnya alasan dan dia menjadi dekat dengan Arga dibandingkan dengan sepupunya yang lain justru adalah sikap Arga yang memang terkadang termasuk naif dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya. Kalaupun Arga sedikit egois dan gampang merajuk saat dia merasa kesal, itu tidak bisa dibandingkan dengan sikap anggota keluarga lainnya yang benar-benar bisa saling menusuk sesama saudara sendiri dengan wajah tersenyum tanpa dosa. Seperti yang terjadi yang dilakukan Rayan pada Arga. Hanya saja saat ini yang menjadi fokus dari Dania bukanlah apa yang dilakukan oleh Rayan pada Arga. Hal seperti yang dialami Arga adalah sesuatu yang biasa di antara anggota keluarga Pangestu. Yang membuat Dania penasaran sekarang malah hal lain dan ini lebih penting menurutnya. "Arga, saat kau datang ke apartemen Maura dulu, apa kau benar-benar tidak mengingat apapun? Kau tahu saat itu kan Maura sedang sakit dan jika kau melakukan sesuatu yang mungkin Di luar batas ... Ya siapa tahu kau tidak mengingatnya juga," ucap Dania. Dia hanya ingin memastikan sesuatu. Lima tahun lalu dia menemukan banyak hal janggal saat dirinya ditelepon oleh Arga dan diminta datang ke apartemen Maura. Saat itu dia menemukan Maura yang terbaring sakit tidak berdaya di atas sofa sementara Arga malah menggunakan kamar pribadi Maura. Orang sakit mana yang sempat-sempatnya merapikan serta membersihkan apartemen lalu membiarkan orang lain menggunakan kamarnya sementara dia malah meringkuk di sofa sampai hampir kehilangan kesadaran karena sakit. Sebenarnya saat itu Dania menemukan beberapa hal yang mencurigakan terutama saat dia menggunakan kamar mandi Maura. Hanya saja waktu itu dia menepis semua kecurigaannya mengingat Arga dan Maura memang sudah lama berteman dekat. Seperti yang dikatakan oleh Arga, hal seperti itu sepertinya mustahil terjadi di antara keduanya mengingat mereka bahkan mati-matian menolak perjodohan dengan kompak. Namun ketika Dania kembali bertemu dengan Max, anak Maura baru-baru ini. Sekali lagi kecurigaannya muncul setelah menemukan kesamaan sikap dan gerak gerik antara Max dengan harga. Dia hanya tidak memiliki bukti meski rasa penasarannya sebenarnya sudah sampai di tahap yang sangat kritis. "Kau sudah gila ya. Orang-orang memang sejak lama selalu menjodohkan aku dengan Maura. tapi asal kau tahu aku bahkan Bukan Cinta pertama Maura melainkan Cakra. Jadi sekalipun aku dalam pengaruh obat tidak mungkin aku akan menyentuh sahabatku sendiri. Lagi pula itu akan menjadi bencana yang sangat besar Kalau sampai ada kisah romantis di antara kami berdua," balas Arga. Dania terdiam sejenak mendengar ucapan Arga. Entah kenapa dia merasa kalau Arga terlihat menyesal sekarang saat namanya menyebut nama Maura. Sebenarnya Dania masih ingin bertanya pada Arga tapi dia menahan dirinya. "Kalau kau sampai tidak ingat tentu saja itu akan menjadi bencana besar," ujar Dania penuh makna. Arga kembali tertawa menanggapi kata-kata Dania. "Tentu saja. Entahlah. Mungkin juga," ujarnya asal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN