Naura tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan dari Bram. Bagaimana bisa dia percaya dengan seorang laki-laki yang selama menikah dengannya beberapa minggu itu mengatakan soal cinta. Selama ini, Bram bahkan tidak memperlakukan dirinya dengan layak. Daripada sebagai seorang istri, Naura lebih merasa kalau Bram menganggapnya hanya sebagai pengasuh neneknya. “Perasaan? Haha, sudahlah, Mas. Tidak perlu mengatakan soal perasaan. Memangnya selama ini Mas memperlakukan aku dengan melibatkan perasaan? Nggak, kan?” Seperti biasa, Naura selalu menangkis kalimat Bram dengan begitu tepat. “Saya serius, Naura.” Tiga kata dalam rangkaian kalimat yang disampaikan oleh Bram membuat Naura terdiam. Kemudian wanita itu kembali tertawa. Dia bisa menebak, kalau Bram melakukan ini karena terpicu rasa ce