MULAI HIDUP DI SOLO

1017 Kata
Tya membayar sewa kost untuk tiga bulan ke depan. Biasanya katanya sewa bulanan tapi Tya sengaja membayar tiga bulan ke depan agar lebih aman. Nanti dia tinggal cari alat dapur sederhana untuk dia hidup bersama ibunya. Dari situ Tya langsung kembali naik becak ke penginapan dan membawa ibunya langsung ke rumah kost yang dia sudah bayarkan. Tadi begitu di terminal Solo, Tya langsung membeli nomor telepon baru untuk dirinya dan Idah agar mereka berdua bisa berkomunikasi bila mereka terpisah. Dengan nomor itu pula Tya mulai mencari pekerjaan yang dekat daerah tempat tinggalnya. “Sebelum kamu cari kerja sebaiknya kamu cari motor dulu,” saran Idah. “Kalau kita beli motor, uang tabungan kita habis Bu,” Tya tak ingin mengeluarkan uang dalam jumlah besar sebelum mereka ada kepastian punya income untuk biaya hidup mereka sehari-hari. “Zaman sekarang mau kerja apa kalau nggak pakai motor? Naik angkot kita nggak ngerti angkotnya dan nanti malah sering telat. Lebih baik cari saja motor second yang nggak usah terlalu baru. Tahunnya tahun-tahun lama dulu saja. Yang penting kamu aman untuk bergerak.” “Pakai uang Ibu dulu saja. Pokoknya sekarang dari tahap awal ini kamu jangan keluarin uang kamu. Kamu tadi sudah keluarin uang untuk bayar kost ini tiga bulan. Selanjutnya semuanya pakai uang Ibu. Uang di kamu amankan dulu. Jangan pakai-pakai sama sekali,” Idah merasa kehidupan mereka adalah tangung jawabnya sebagai orang tua. Jadi dia ingin yang digunakan uangnya saja. Idah tahu Tya punya tabungan, tapi itu milik putrinya, taak sepantasnya dia gunakan untuk hidup mereka. “Oke,” jawab Tya. Mereka tidak mau berdebat karena memang harus seperti itu. Tya akhirnya langsung membeli motor second yang surat-suratnya lengkap dan dia lihat lumayan baguslah untuk dia tumpangi walau tentu lebih bagus motor di rumahnya, karena motor rumahnya dia beli baru gress walaupun masih mengangsur sisa dua bulan lagi. Dan besok akan dia tetap bayarkan angsurannya sesuai dengan jatuh temponya. “Apa motormu dilunasi saja yang di Cilacap sana? Habis itu kita bisa jual sebagaai pengganti uang motor itu dan sisanya bisa buat kembaali kita simpan?” Idah memberi usulan. “Oh iya Bu. Kayaknya begitu lebih baik Bu. Aku akan bayar dulu saja sekarang agar uang sudah masuk ke pembukuan lebih dulu. Nanti kalau sudah beberapa hari di sini kita diam-diam ke sana malam-malam lalu kita mulai pelan-pelan jual, biar pembeli yang langsung urus baalik nama dan ambil BPKB Bu.” “Oke kalau seperti itu. Nanti di Cilacap kita menginap lagi saja di hotel kemarin dan kita ketemu dengan calon pembeli di situ jadi kita nggak perlu ada di rumah untuk menjualnya,” kata Idah. “Iya Bu. Tunggu beberapa hari lagilah, aku yakin kalau sekarang-sekarang ini rumah kita masih diawasi oleh Nyonya Nazwa. Atau malam-malam saja Ibu ambil motor, pamit sama Mbokde nem. Aku menunggu di penginapan.” “Tapi aku harus bikin iklan dulu, aku bilang hanya hari itu dengan harga special. Jadi kalau sudah lewat ya harga normal. Benar-benar hanya hari itu buat orang yang serius. Begitu nanti bahasa iklannya Bu. Pokoknya hari itu harus laku,” Tya sudah membayangkan kalimat yang akan dia gunakan. “Manut. Yang penting kamu lunasi dulu saja. Toh nanti uang pelunasan itu bisa tercover dari uang jual.” “Iya Bu. Lebih baik seperti itu daripada motor itu nganggur di Cilacap sana. Enggak bisa kita gunakan. Aku yo nggak sanggup kalau harus Cilacap ke Solo bawa motor. Motornya sanggup tapi badanku bisa hancur.” “Iyalah jangan. Ngapain juga rekoso seperti itu. Lagi nanti malah kelacak dari nomornya, lebih baik dijual saja,” Idah juga tak ingin bila mereka kembali berhubungan dengannyonya Nazwa dan tuan Dera. Idah dan Tya benar-benar ingin menyongsong hidup baru di kota baru. Biarlah masa lalu ditutup oleh mereka di Cilacap. Mereka menyongsong hidup di Solo. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Bu, ini ada banyak lowongan dekat sini buat setrika Bu. Setrika di laundry. Ibu mau ambil apa nggak? Kalau aku ambil yang bagian antar jemput. Kalau Ibu bagian setrika. Bagian cucinya berbeda orang Bu. walau cuci pakai mesin tapi beda orang tiap pekerjaan. Nanti diajarin dulu, jadi kita berdua di situ. Aku yang bagian delivery dan memang harus ada motor,” kata Tya. “Ya sudah dafta saja. Jadi kita bisa berdua di satu tempat. Daripada kita beda tempat kerja,” Idah setuju dia didaftarkan Tya masuk ke bagian setrika baju. Mereka pun mencoba mendaftar ke laundry tersebut. Laundry tersebut ternyata laundry besar bukan laundry rumah tangga biasa. Ada beberapa cabang dan mereka ditempatkan di lokasi yang terdekat rumah kost mereka. Alhamdulillah hari keempat di Solo, Idah dan Tya sudah bisa mulai bekerja. Mereka diberi libur hari Senin, karena liburnya ternyata bergantian. Tya minta libur dia dan ibunya bersamaan. Hari apa pun terserah yang penting bersamaan agar bisa mengatur waktu. Kalau ibunya libur dia kerja tidk apa-apa dia masih bisa naik motor. Tapi kalau ibunya kerja dia libur kan dia tetap harus mengantar. Jadi lebih baik memang mereka satu paket. Kebetulan ownernya memberi kebijakan seperti itu, akhirnya Tya tetap satu paket dengan ibunya sehingga selalu bisa libur bareng. “Bu libur besok hari Senin kita ke Cilacap ya? Jadi hari Minggu sore kita langsung berangkat ke terminal saja. Kita menginap di terminal Cilacap sana.” “Hari Senin pagi kita mulai jual motor tersebut. Jadi Ibu malam mengambil motornya, sekalian pamit sama mbokde Nem juga. “Oke kamu jangan lupa bawa surat motornya, semua angsurannya, nanti percuma kita ngambil motornya tapi suratnya nggak kamu bawa ke Cilacap. Suratnya kan ada di sini semua.” ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Sesuai rencana, hari Minggu Tya dan Idah berangkat ke Cilacap. Dari laundry tempat mereka kerja, Idah dan Tya naik angkot ke terminal. Motor Tya dititipkan di laundry saja. Lebih aman. Tuntas sudah hari Senin jam 02.00 siang Tya berhasil menjual motornya di bawah harga standar, ada selisih 2 juta dari harga pasaran biasa. Yang penting dia tidak terganggu dengan barang yang ada di rumah Cilacap. Malamnya mereka langsung kembali ke Solo lagi karena besok hari Selasa mereka mulai bekerja. Tya dan Idah bahagia menerima nasib mereka yang terpaksa harus menjauh dari kota kelahiran. Daripada mereka terbelenggu bayangaan kelam malam itu. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN