CHAPTER LIMA PULUH LIMA : Unpredictable Moments (7)

1888 Kata

                Masih terpateri dalam ingatan Marshanda tentang masa kecilnya di panti asuhan dulu. Kala itu, dia senantiasa rajin mengikuti Sekolah Bina Iman. Bertemu dengan kakak-kakak yang memperkenalkan dan mengajarinya sejumlah lagu rohani, mengajak bermain serta membawakan kisah-kisah dalam Alkitab dengan cara yang dapat diterima serta dipahami anak seumurnya.                 Marshanda juga ingat, dirinya selalu semangat, bangun paling pagi di antara semua teman di panti asuhan. Semata, supaya dia bisa mandi giliran pertama, memakai pakaian yang paling layak, berlari mendahului teman-teman menuju bangunan Kapel yang terletak sejauh tiga blok dari bangunan panti asuhan. Ya, supaya dia bisa mendapat tempat duduk di bagian depan untuk mengikuti misa pagi.                  Mengenangny

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN