Extra Part Bastard My Boss( Dave & Nania #3)

1377 Kata
Sesuai janji Nia dua hari yang lalu, Dave kini bersama dengan Nia dan Ayahnya ikut menemani pria itu untuk menemui Bundanya. Sedangkan Aksa tak dibawa ikut. Dave menolak membawa Aksa ikut walaupun sang ayah sudah meminta Dave untuk sekalian memperkenalkan Aksa pada neneknya, tapi Dave menolak permintaan sang ayah. Dia mengancam tak akan mau menemui bundanya jika Aksa dibawa ikut serta. Jadilah Aksa akhirnya ditinggal di rumah bersama Ayu, Reni dan Velly. Selama di atas mobil, Dave selalu menggenggam tangan Nia kuat. Nia pun merasa kasihan dengan Dave. Tangan Dave bahkan sampai berkeringat dingin saking gugupnya. Hari ini Tio yang menyupiri mereka dengan ayah Dave duduk di sebelah Tio dan Nia yang duduk di kursi belakang bersama Dave. “Nggak apa-apa sayang, semuanya pasti akan baik-baik saja.” Ucap Nia sambil terus menenangkan suaminya. “Aku hanya takut jadi semakin emosi sayang. Kepergian Devi masih membekas di otakku. Adik kecilku itu tak salah apa-apa tapi kenapa Bunda membunuhnya.!?” “Sssttt. Udah Mas! Udah jangan diingat lagi ya. Nanti kamu sakit Mas. Aksa pasti sedih jika dia lihat Papanya sedih. Kita punya Aksa Mas.” Ucap Nia. Dave menatap istri di sampinya itu penuh cinta. “Maafin Mas sayang.” Nia mengangguk “iya Mas. Sekarang Mas tenang aja ya.!” Dave mengangguk lalu menarik tubuh Nia untuk bersidekap di tubuhnya. Dave menyandarkan kepala Nia di d**a bidangnya dan mengusap rambut Nia lembut. “terima kasih sayang.” Bisik Dave. Nia menangguk sambil tersenyum walaupun senyumannya tak akan terlihat oleh Dave. Tapi setidaknya ia bersyukur kehadirannya dalam hidup Dave membawa suaminya itu pada zona nyaman dan aman. Satu jam mobil yang membawa Dave, Nia dan Herman akhirnya sampai di lapas yang menahan Bundanya tersebut. Dave mendadak ketakutan. Bukan takut karena benar-benar takut. Tapi ia takut nanti akan mengasari bundanya. Nia segera menyentuh pipi Dave menenangkan suaminya itu dan meyakinkan tak akan terjadi apa-apa. Merekapun akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam. Pertama Herman yang masuk dan berakhir dengan pria itu yang keluar dalam keadaan mata sembab dan sesegukan. Melihat itu Dave semakin dibuat takut. “Nggak apa-apa Mas. Yuk!” ajak Nia. Dave mengangguk dan masuk dalam ruangan tempat bundanya berada. Tangis Dave pecah saat melihat sang Bunda yang kurus tak terurus duduk di balik kaca. Padahal dulu ibunya itu sangat cantik dan rapi. Tapi kini? Bundanya tampak kurus, tatapan matanya juga kosong. Dave bahkan tak sanggup melihat mata Bundanya. Kini ia tahu kenapa ayahnya tadi keluar dalam keadaan menangis. Nia memeluk Dave erat. Wanita itu juga lemah, namun ia tak mungkin meratap di depan Dave. Suaminya itu butuh dukungannya. “ayo Mas, kita duduk di sana.” Ucap Nia sambil membawa Dave mendekat pada Bundanya. “Assalamu’alaikum Bunda.” Sapa Nia. Dewi menatap mata Nia dengan tatapan kosong. Lalu menatap Dave dengan tatapan yang sama. “Bunda?” panggil Dave sambil terisak. “Dave? Anakku Dave?” Dewi menangis saat ia sadar jika Dave ada didepannya. “Sayang.” Dewi menempelkan tangannya pada kaca pembatas berharap bisa menyentuh wajah anaknya. “Iya Bunda. Hikkss—hiikkss.! Ini Dave Bunda.” Isak Dave. Nia masih setia memeluknya. Namun kali ini Nia juga ikut menangis. “Anakku. Dave anakku.” “Ya Allah Buuuun. Bunda kenapa jadi seperti iniii. Hikkss—hiksss—sayang, Bunda kenapa sayang.?” “Sssstt. Mas kamu harus kuat. Bunda nggak kenapa-napa Mas.” “Bunda nggak pernah kayak gini. Bunda—“ “Nia? Nia maafin Bunda Nak. Bunda salah sama kamu.” Ucapan Dave terhenti saat Bundanya berbicara pada Nia. Tak hanya Dave yang terdiam. Nia juga ikut terdiam. Tak pernah mertuanya ini memanggil namanya dengan baik. Dewi lagi-lagi menempelkan tangannya pada kaca pembatas. Namun Nia segera mengikuti gerak tangan Dewi. Nia menyentuh kaca dimana tangan Dewi berada. “Bunda.” Nia sudah menangis. Hatinya bahagia saat mertuanya itu memanggil namanya. “iya ini Nia Bunda.” “Sayang. Maafin bunda Nak. Bunda sudah jahat sama kamu.” “Nggak bunda. Nggak. Semua sudah masa lalu. Nia maafin bunda. Bunda juga jangan salahin diri bunda sendiri.” Nia meraih ponselnya yang ada di kantong celananya. Mencari foto Aksa dan mengarahkannya pada Dewi. “Ini?” “Ini Aksa Bun. Cucu Bunda. Anak Nia sama Mas Dave.” Ucap Nia dengan senyum tulus di wajahnya. “Aksa? Dave ini—“ “Iya bunda. Ini Aksa. Anak Dave sama Nia.” Dewi tertegun tak percaya. Setelahnya Dewi tersenyum bahagia. Bahkan senyum Dewi menular pada Dave dan Nia. “Dia cucu Bunda Nak?” baik Dave maupun Nia sama-sama mengangguk mengiyakan. “Ya Allah tampannya cucuku.” Dave menatap Dewi yang mengusap kaya tempat layar ponsel Nia menempel. Dimata bundanya itu kini terpancar kasih sayang tulus. Seketika Dave menyesal meninggalkan Aksa di rumah. Seharusnya ia membawa Aksa ikut serta. Dave melirik Nia yang menurunkan ponsel tersebut dan kembali mengacak ponsel itu lalu meletakkannya kembali pada layar. Di sana kini sedang diputar Video Nia yang berbicara dengan Aksa. “Aksa, sapa Nenek nak. Nenek, ini Aksa. Nenek harus sehat ya biar nanti bisa ketemu sama Aksa. Aksa akan tunggu nenek di sini. Aksa mau dipeluk nenek. Jaga kesehatan nenekku sayang. Aksa rindu nenek.” Video di ponsel itupun berhenti. Menyisakan tampilan Aksa yang sedang tersenyum seolah sedang menatap kearah Dewi. Dave menatap Nia tak percaya. Kapan Nia membuat Video itu.? Kenapa dia tak mengetahuinya. “Sayang?” “iya Mas. Nggak apa-apa kan aku bikin video ini untuk Bunda? Bunda pasti ingin tahu tentang Aksa Mas.” Bukannya menjawab, Dave justru menarik Nia dalam pelukannya. Mengucap syukur yang teramat dalam karena sudah memiliki istri seperti Nia. Dewi menangis melihat semua itu. Melihat kebahagiaan Dave yang begitu besar karena adanya Nia disisi anaknya itu. Bunda akan berubah nak. Bunda akan perbaiki semuanya. Beri bunda kesempatan sayang. Bisik Dewi dalam hatinya. ***** Setelah dari melihat Bundanya, ada perasaan lega yang sangat lega Dave rasakan dalam hatinya. Seolah semua masalah yang menghimpit otaknya selama ini lenyap tak bersisa. Hatinya sudah bisa memaafkan sang Bunda. Bahkan Ayu dan Herman juga sudah memaafkan Dewi dan berjanji akan menerima Dewi jika wanita itu mau berubah. Dave keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan mandinya. Dave sudah lengkap dengan pakaian tidur dan hendak tidur namun niatnya terhenti saat ia melihat sang istri tengah asik bercanda dengan Aksa. Aksa masih belum mau tidur. Bahkan bayi kecil itu terus menanggapi candaan Nia dengan tawa renyah. “sayang?” sapa Dave. “Mas.” “Kenapa belum tidur?” “bentar lagi Mas. Ini Aksa juga belum mau tidur. Udah coba disusuin dari tadi tapi nggak mau tidur juga. Jadi bawa main dulu sampai kelelahan. Nanti juga capek sendiri dan tidur.” Dave duduk di sebelah Nia. Menatap istrinya itu penuh cinta. Nia tak sadar ditatap oleh Dave dengan tatapan sayang. Ia masih sibuk dengan Aksa. Untuk kesekian kalinya Dave bersyukur dulu berusaha memperjuangkan Nia untuk jadi teman hidupnya. Dia bersyukur berhasil meyakinkan Nia kalau dia sungguh mencintai wanita yang kini sudah melahirkan anaknya ini. Untuk kesekian kalinya Dave bersyukur pada Tuhan karena sudah mempertemukan dirinya dengan Nia. Walaupun caranya salah, tapi Dave yakin dari sebuah kesalahan, akan ada ribuan hal baik yang akan terjadi jika kita selalu berlaku positif. Dan Nia mengajarkannya tentang hal itu. Selalu berpikir positif dan tak boleh bermain hakim sendiri karena setiap manusia punya haknya masing-masing. Hal ini jualah yang membuat Dave mau memaafkan Bundanya. Hubungannya dengan sang Bunda sudah membaik. Bahkan Nia juga sudah diakui sebagai menantu oleh sang Bunda. Dave kembali menatap Nia. Istri cantiknya itu masih asik tertawa bersama Aksa. Dave semakin mendekat dan memeluk Nia dari belakang. “I love you” bisik Dave di pangkal telinga Nia. Nia tersenyum manis. Ia menyentuh wajah Dave dengan tangan kanannya. “I love you too Hubby.” Balas Nia dengan nada yang sangat lembut. “love you sooo much.” “Love you More Hubby.” “My Lovely Pretty Wife.” “My husband my guardian Angel.” Dave tersenyum manis. Ia semakin memeluk Nia erat. Sedangkan Aksa hanya menatap tingkah kedua orang tuanya dengan tatapan polos membuat Dave dan Nia gemas. Dave segera melepaskan pelukannya pada Nia dan menarik Aksa dalam gendongannya dan meletakkan kembali di atas kasur lalu menggelitiki putranya itu membuat Aksa tertawa keras karena kegelian. Saat aku melangkah tanpa arah, kau datang menggenggam tanganku dan menuntunku untuk berjalan menuju cinta sejatimu. Pertemuanku denganmu yang awalnya kurasa salah, ternyata itu menjadi cara Tuhan mempertemukanku dengan cinta sejatiku. – Dave Aku mencintaimu bukan karena kau yang tampak begitu sempurna sebagai ciptaan Tuhan. Tapi, karena hadirmu dalam hidupku, membuatku merasa sempurna sebagai seorang manusia. Kau membuatku berharga telah lahir ke dunia ini. Cinta dan kasih sayangmu membuatku sadar bahwa sebenarnya aku pantas untuk dicinta dan semua itu berkat dirimu – Nia End ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN