Chapter 6

1330 Kata
Sequel Bastard My Boss ***** Langit gelap muncul secara mendadak. gemuruh kecil saling bersaut-sautan membuat beberapa pejalan kaki langsung mencari tempat berteduh jika seandainya hujan turun dengan derasnya. kebanyakan dari mereka mencari tempat tongkrongan. supaya nanti saat hujan turun, mereka tak kelaparan di tengah dinginnya udara sore itu. sama halnya dengan yang lain, Zahra, gadis tomboy yang sedari tadi mendumal di halte dengan pakaian prakteknyanya juga ikut mencari tempat berteduh sembari terus melihat layar ponselnya memanti panggilan dari seseorang. "Ih, Ni Aksa kemana sih..?" ucapnya kesal. ia mencoba kembali menghubungi pria tersebut, namun tetap sama. tak ada jawaban dari seberang sana. kekesalan Zahra semakin meningkat saat secara tiba-tiba hujan deras turun mengguyur sekitaran tempat ia berdiri. halte yang ia pikir akan cukup menghindarkannya dari hujan ternyata tak mampu menutupinya, karena selain hujan, angin kencang juga ikut menemani hujan yang turun. Zahra melirik sebuah cafe yang berda tak jauh dari halte, namun berada di seberang jalan. melihat kanan kiri, ia langsung berlari sembari menutupi kepalanya dengan tas slempang yang ia kenakan. saat ia sudah tiba di depan cafe dan hendak masuk, Zahra langsung mendapat tatapan aneh dari para pengunjung wanita. mereka berbisik sembari melirik Zahra. ini bukan kali pertamanya Zahra diperhatikan seperti itu. alasan utamanya adalah karena dia mengenakan pakaian prakteknya yang dipenuhi oli. "Apa lo lihat-lihat?" bentak Zahra membuat para gadis yang tengah berbisik langsung menghentikan bisikannya. Zahra melangkah masuk dan mencari tempat duduk di sudut cafe namun masih bisa melihat pemandangan jalan di depan cafe. ia kembali melihat ponselnya dan ternyata ada satu panggilan dari Aksa, pria yang sedari tadi ia tunggu-tunggu kehadirannya. dengan cepat, Zahra menekan tombol hijau untuk memanggil. tak cukup lama panggilan itu berdering, karena si pemilik ponsel segera mengangkatnya. "Kamu dimana?" ucap suara yang terdengar dari sana. Zahra mendelik kesal. kenapa justru dia yang ditanya, harusnya ia yang bertanya. dimana Aksa sedari tadi. "Di cafe.." Jawab Zahra ketus. tak ada jawaban dari Aksa membuat Zahra mengerutkan keningnya. ia menatap layar ponselnya dan ternyata masih terhubung. "Hallo.." Zahra mencoba memanggil, namun panggilan justru terputus. "Ih, Apa-apaan sih ni cowok dingin. kalau nggak niat jemput gue, bilang.. gue bisa panggil taksi online.." dumalnya. Ia meletakkan ponselnya kasar ke atas meja. lalu menarik menu yang ada di depan dan mulai memilih makanan serta minuman yang ia rasa akan mampu menghilangkan mood jeleknya. Gimana nggak bete, hari ini ia cukup sial. mulai dari nilai prakteknya C karena sedikit kesalahan yang ia lakukan, mobilnya rusak dan harus nangkring di bengkel karena desakan papanya, ia lupa menurunkan pakaiannya dari atas mobil dan harus mengenakan pakaian praktek yang kotor dan dipenuhi oli. yang paling parahnya, Aksa yang katanya mau jemput, tapi tak kunjung datang. suara gerincing bell yang sengaja pemilik cafe pasang dipintu berbunyi, namun itu tak membuat Zahra terusik. Taakkk!! Zarha langsung mengaduh saat seseorang menjitak kepalanya. ia menengadah ke atas dan ingin menyumpahi orang yang melakukan hal tersebut. tapi saat melihat siapa yang berdiri di depannya, membuat Zahra langsung tak peduli. "Marah ya?" ucap Aksa si pemilik suara bass. "Pikir aja sendiri.." jawabnya ketus. Aksa hanya tersenyum. ia menarik kursi di depan Zahra dan duduk di sana. ia melirik Zahra yang masih setia menatap menu. bukannya kesal didiami, Aksa justru dibuat gemas. ia mengacak rambut depan Zahra yang langsung membuat gadis itu melotot kesal. "Apaan sih pegang-pegang.." kesalnya. "Kenapa marah?" "Kenapa? kamu masih nanya kenapa? aku udah nyaris se jam nunggu di halte itu, tapi sekarang kamu masih nanya aku kenapa marah? dasar kodok.." Zahra mencerocos tanpa henti. namun celotehan Zahra tak dihiraukan sama sekali oleh Aksa. Ia melambaikan tangannya pada seorang pelayan cafe. dengan sigap pelayan tersebut segera menghampiri Aksa. "Kamu mau pesan apa?" tanya Aksa pada Zahra yang masih nampak cemberut. Zahra menatap Aksa dengan tatapan kesalnya, lalu menatap pelayan cafe yang sudah menunggu, "Mas, aku mau pesan Seblak level lima dengan minumnya jus jeruk dan teh es." Aksa menatap Zahra horor. "Kamu nggak apa pesan makanan sepedas itu..?" tanya Aksa khawatir. "Buat apa di sini ada dokter kalau mengatasi pasien sakit perut karena pedas saja ia tak bisa.." sindir Zahra yang lagi-lagi membuat Aksa gemas. tersenyum sekilas pada Zahra, Aksa langsung menatap pelayan cafe yang masih setia menunggu, "Saya pesan nasi goreng cumi ya mas, minumannya jus mangga sama teh es." Pelayan tersebut mencatat pesanan Aksa dan kembali mengulangnya, setelah diiyakan oleh Aksa barulah pelayan tersebut pergi. Aksa masih sibuk menatap Zahra yang tengah asik dengan ponselnya. "Hai.." Baik Aksa maupun Zahra langsung melirik ke samping. mereka melihat seorang gadis dengan pakaian feminimnya. rok mini kembang sejengkal di atas lutur, baju kaos yang dimasukkan ke dalam rok serta sepatu hels putih yang menjadikan kaki jenjang gadis itu semakin terlihat. Zahra memicing melihat gadis tersebut. dia mengakui jika gadis di depannya ini cantik pake banget. "Ya? Ada apa?" ucap Aksa merespon. Zahra mencoba fokus melihat. kejadian seperti ini sering ia alami, jika ia jalan dengan Aksa. pesona anak Papa Dave ini berhasil membuat para gadis bertekuk lutut. banyak gadis yang rela melakukan apapun demi bisa mendapatkan anak semata wayang Mama Nania ini. "Hmm, Aku boleh minta nomor ponsel kamu?" tanya gadis tersebut dengan wajah malu-malunya. "Buat apa?" Aksa kembali bertanya namun dengan nada lembutnya. "Aku boleh ngenal kamu lebih detak lagi? Aku juga kuliah di Kampus Arion." Zahra dibuat jengah. "Ta.." "Nggak bisa.!" Suara Zahra mengintruksi kedua makhluk Tuhan tersebut. Aksa menatap Zahra geli. inilah yang akan Zahra lakukan jika ada gadis mendekati dirinya. gadis di depannya ini akan langsung pasang badan dan mengatakan jika Aksa tak bisa didekati, atau Zahra akan mengatakan jika Aksa ada pengawal dari bangsa Jin yang akan menghantui gadis yang selalu mengganggu Aksa. "Gue nggak nanya lo. gue nanya Aksa.." ucap gadis tersebut membuat Zahra mendelik jengah. "Lo tahu, Aksa itu ada penjaga dari bangsa Jin." Bisik Zahra ke arah gadis tersebut. "Ck! lo pikir gue percaya.? setiap gadis yang mendekati Aksa selalu lo bilang begitu kan? Aksa sendiri tak pernah mengiyakan.." Zahra langsung menatap gadis tersebut dengan tatapan sangar namun tak ditanggapi oleh gadis tersebut. "Aksa, boleh kan?" Gadis itu langsung memberikan ponselnya pada Aksa. Aksa melirik Zahra yang masih nampak cemberut. Zahra menatap Aksa dan gadis tersebut bergantian. satu helaan nafas berat dari Aksa terdengar. dengan memasang wajah senyum, Aksa menatap gadis yang ada di sampingnya, "Maaf ya. bukannya nggak mau ngasih, tapi nomor ponsel itu adalah hal pribadi. kita kenalan saja.. Aku Aksa, kamu?" Aksa mencoba untuk tak membuat gadis di sampingnya itu kecewa dan juga tak membuat Zahra marah. "Kenapa? apa karena cewek jadi-jadian di depan kamu ini? kamu nolak gadis-gadis cantik yang deketin kamu?" ucapan gadis tersebut berhasil menyulut emosi Zahra. dengan kesal Zahra langsung berdiri dan menjambak rambut panjang gadis tersebut membuat si gadis berteriak kesakitan. membuat mereka menjadi bahan perhatian di cafe. "Zahra..!" Aksa mencoba melepaskan namun sulit. "Lo gadis centil yang menggoda banyak pria. lo pikir lo cantik!" teriak Zahra kesal. Aksa melirik kesekeliling, dan kembali menegur Zahra. walaupun sulit, akhirnya Aksa berhasil, ia berhasil membuat Zahra melepaskan cengkramannya pada gadis tersebut. "Lo pergi atau gue jambak lagi!" Ancam Zahra tak main-main. "Awas lo ya.. dasar cewek bau oli.." "Biarin. bau oli gini di samping gue Aksa, cowok kece dikampus. emang lo? cantik tapi jomblo.." Balas Zahra membuat para pengunjung langsung tertawa membuat gadis yang masih menahan sakit dikepalanya itu malu setengah mati. dengan cepat gadis tersebut langsung keluar cafe dan disusul teman-temannya yang tadi bersamanya. "Kamu kenapa sih?" tanya Aksa sedikit kesal. "Dia bilang aku cewek jadi-jadian.. siapa yang nggak kesal. kalau aku dandan ke salon juga bakalan ngalahin dia.." ucap Zahra penuh emosi membuat Aksa tertawa. "Ngapain ketawa?" ketus Zahra. "Hahaha. Anak Ayah Damian kalau kesal berbahaya ya.." "Eh iya dong. harga diri itu mah." jawab Zahra dengan sombongnya membuat Aksa lagi-lagi tertawa. Suasana panas kembali mereda setelah pelayan datang membawakan pesanan mereka dan dinginnya jus dan teh es membuat hati Zahra ikut adem. ****** BERSAMBUNG!! hAAIIII SEMUAAAA.. JANGAN LUPA KLIK LAMBANG LOVE NYA YA SEBELUM MULAI MEMBACA..^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN