Memang benar apa kata orang-orang. Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Dan istilah seperti itu benar-benar bisa Zahra lihat dari Aksa, sahabat kecilnya yang masih bersama dengannya sampai saat ini. Aksa, seorang mahasiswa kedokteran yang begitu terkenal di kampus. Salah satu penunjang selain jurusan yang dia ambil dan kekayaan melimpah Papa Dave, Aksa mempunyai wajah yang sangat tampan bahkan begitu tampan. Sampai-sampai gadis-gadis yang ada di kampus rela bertekuk lutut pada Aksa.
Namun berbeda dengan cowok lainnya yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, Aksa justru lebih berusaha menghindari kegilaan gadis-gadis di kampusya, khususnya di jurusan kedokteran.
Dan yang membuat Aksa paling beruntung adalah, ia seperti memiliki bodyguard yang lelalu siap sedia menjauhkannya dari gadis-gadis yang mengganggu yang merusak konsentrasinya dalam belajar, siapa lagi kalau bukan Zahra.
Anak dari Damian dan Kiara yang tumbuh sebagai gadis tomboy. Zahra mengmbil jurusan yang berbeda dengan Aksa. Disaat Aksa memilih menjadi dokter, Zahra memilih menjadi mekanik dengan mengambil jurusan teknik mesin dan harus bertabrakan dengan oli serta mesin-mesin. Baik mesin kecil seperti mesin motor, maupun yang besar seperti kontraktor dan mobil-mobil besar lainnya.
Beruntung pilihan Zahra tak pernah dipatahkan orang tuanya, karena Damian tahu, Zahra memang memiliki bakat di bidang tersebut. Kesenangan Zahra dibidang otomotif sudah lama Damian lihat dan setelah merundingkan dengan sang istri, mereka setuju untuk tak melarang Kiara bergelut dengan dunia seperti itu. Sebagai pendukung untuk sang anak, Damian sedang menyiapkan sebuah showroom mobil untuk Zahra dan akan menyerahkannya pada Zahra saat nanti Zahra lulus kuliah dan siap dengan dunia mekanik.
“Kamu jadi ke rumah Zahra?” tanya Nania yang muncul dari dapur sambil membawa semangkuk sayur bayam kesukaan Aksa.
“Jadi Ma, Bisa ngamuk itu anak gadisnya Bapak Damian jika Aksa gagal lagi ke sana.” Ucap Aksa dengan wajah yang dibuat-buat horror membuat Nania tertawa meliht tingkah anaknya.”Papa mana ma?” lanjut Aksa saat ia tak menemui keberadaan Dave di ruang makan.
“Papa kamu di kamar. Maklum, semalam lembur lagi di kantor karena proyek besar yang digadang-gadang akan berhasil itu. Sampai lupa keluarga..” Jawab Nania dengan nada yang sedikit kesal. Melihat respon mamanya membuat Aksa langsung tersenyum geli.
Seperti itulah keluarga mereka. Saat Pak Dave itu sibuk, jadilah Ibuk Nania ini yang kehilangan Mood nya sedangkan dirinya sebagai anak hanya bisa geleng-geleng kepala saat melihat Papanya membujuk sang bidadari surganya ini untuk tak marah lagi.
“Pagi semuaaa..” Seruan dari lantai atas terdengar membuat Aksa dan Nania langsung melirik ke sumber suara.
“Pagi Pa..” balas Aksa namun tidak dengan Nania. Wanita itu masih kesal dengan suaminya yang selalu pulang terlambat karena proyek yang tak Nania pahami sama sekali.
“Pagi sayang..” Dave langsung mengecup pipi istrinya saat ia sampai di meja makan.
“Mama lagi ngambek Pa.”
Dave langsung melirik Nania, “Kok marah lagi? Bukannya semalam udah bicara baik-baik..”
“Kata mama, papa telalu sibuk selingkuh diluar sana..” mendengar ucapan sang anak, Dave langsung melotot dan dengan cepat menatap Nania.
“Nggak sayang. Mas nggak selingkuh sama sekali. Kamu salah sangka..”
Aksa terkikik geli melihat papanya panik. Padahal itu hanya akal-akalannya saja memberi ucapan.
“Sayang.. jangan marah..” bujuk Dave. Jika soal membujuk sang istri, Dave tak akan pernah lelah. Bahkan sampai membuat Aksa mual jika melihat kelebaian Papanya.
“Mas itu terlalu sibuk sampai lupa keluarga. Mas nggak tahu kan? Besok Aksa ke Bandung?” Dave melirik Aksa meminta jawaban. Aksa mengangguk tegas.
“Kenapa nggak beritahu papa..” ucap Dave.
“Kamu mana sadar itu Mas. Kamu mikirnya kerja kerja dan kerja..”
“Ya Tuhan sayang. Aku kerja juga buat kalian..”
“Pokoknya Mas udah nggak sayang keluarga lagi..”
“Siapa bilang? Mas sayang banget sama kamu, sama Aksa juga..”
“Mas bohong..”
“Mas serius.” Ucap Dave kelabakan. Ia langsung melirik Aksa yang masih sibuk menonton pertengkaran lucu kedua orangtuanya. “Kamu nggak berpikir papa nggak sayang sama kamu kan?” ucap Dave pada sang anak.
Aksa langsung menggeleng. “Nggak. Sama sekali. Mama hanya lagi sensitif pa. Mama datang bulan ya?” tebak Aksa yang langsung mendapat tatapan haru dari Nania.
“Kok kamu tahu sayang? Papa kamu aja nggak ngeh..” ucap Nania takjub. Lagi-lagi Dave mencelos. Salah lagi salah lagi, batin Dave. Aksa lagi-lagi tertawa melihat kedua orangtuanya.
“Udah Ma. Papa juga kan kayak gitu buat kita. Itupun sekali-sekali. Saat papa dapat proyek besar.” Ucap Aksa mencoba membela papanya yang sudah pasrah dengan kemarahan mamanya.
Melihat Aksa membelanya, Dave langsung terharu dan mengacungkan jempol pada anaknya.
“Ia sayang, lagian aku kerja juga sama Damian. Kan kamu nggak izinin aku punya sekretaris perempuan, jadilah Damian yang selalu kerja sama Mas.” Ucap Dave yang membuat Nania sedikit melunak.
Aksa geleng-geleng kepala, Ia kembali melanjutkan sarapannya sembari sesekali melirik jam untuk memastikan ia tak terlambat. Ia hanya tak ingin nanti Zahra marah lagi padanya. Karena setiap mereka akan bertemu, selalu saja Aksa yang terlambat. Bukan karena tak mau bertemu Zahra, hanya saja pasti selalu ada halangan seperti saat Aksa sudah siap, ia mendadak sakit perut, atau ban mobilnya mendadak kempes.
Tapi beruntungnya bagi dirinya, sesering apapun Aksa terlambat, Zahra tak pernah marah yang benar-benar marah karena gadis itu pasti akan menghubungi Mamanya dan mencari tahu apakah dirinya ada dirumah atau tidak. Dan setelah mendengar penjelasan dari mamanya, Zahra tak akan jadi marah dan memilih menunggu Aksa sampai Aksa datang kerumah Zahra.
Suasana sudah mereda, Dave sudah duduk di meja makan dan Nania tengah menyendokkan nasi goreng kepiring Dave.
“Ini Mas..” Ucap Nania sembari menyerahkan sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi dan sayurannya.
“Makasi sayang..” Dave tersenyum pada istriya yang dibalas dengan tulus oleh Nania. “Oya Nak, kamu bener ke Bandung besok?” Dave kembali teringat ucapan istrinya tadi yang mengatakan Aksa akan ke Bandung.
“Iya Pa. Ada kunjungan ke sana. Angkatan Aksa melakukan kunjungan ke Bandung untuk mendatangi tempat-tempat kesehatan seperti puskesmas yang ada di pelosok-pelosok desa.”
Dave mengangguk paham. “Bawa mobil?” tanya Dave lagi.
Aksa langsung menggeleng, “Aksa bareng teman-teman pake Bus yang disediakan pihak kampus. Mungkin di sana akan makan waktu seminggu. Karena banyaknya daerah yang terisolir yang harus dijelajahi dan dijangkau.” Terang Aksa. Lagi-lagi Dave mengangguk.
Ia paham jika anaknya lambat laun akan sibuk karena memang Aksa mengambil jurusan kedokteran. Dan lambat laun akan banyak praktek yang harus Aksa lakukan untuk bisa meraih gelar sarjana dan juga sertivikat dokternya.
“Jika butuh uang, bilang papa ya. Nanti papa transfer aja atau kamu bawa uang cash aja biar nggak keteteran jika nanti nggak bisa nemuin ATM.” Ucap Dave yang langsung dianggukki oleh anaknya.
Aksa sudah selesai makan, “Aksa berangkat ya ma, pa. Jika telat lagi pasti pricessnya Ayah Damian bakalan ngamuk lagi..” Aksa menyalami kedua orangtuanya lalu berjalan keluar menuju mobilnya.
“Mau kemana sama Zahra nak?” tanya Nania.
“Sebenarnya Aksa minta temenin ma nyari cemilan buat besok. Hehhhe..” jawab Aksa sedikit malu-malu.
“Ooooh, Mama kira kemana.. ya udah hati-hati ya..”
“Iya ma.. Aksa pergi ya Ma, Pa. Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumussalam..” Jawab Dave dan Nania serentak.
“Menurut Mas, Aksa itu naksir Zahra nggak mas?” Dave melirik Nania yang tiba-tiba menanyakan tentang perasaan anaknya.
Dave berpikir sejenak, “Menurut Mas itu hanya sekedar sahabat dari kecil. Tapi jika pun iya, Mas nggak keberatan sayang. Zahra anaknya baik dan Aksa sepertinya nyaman dengan Zahra.”
“Bukan itu mas, aku takut aja nanti kalau diluar dugaan mereka menyukai orang lain dan terjadi kerengganggan, apa hubungan kita dengan Damian dan Kiara tetap akan baik?”
Dave melirik istrinya, ia tahu keresahan Nania. Dave tersenyum, “Nggak akan kenapa-napa sayang. Damian dan aku sudah lama bersama, kamu dan Kia juga sudah seperti saudara. Lagian itu hak anak-anak mau milih yang mana..”
Mendengar penjelasan sang suami, Nania mengangguk paham.
Kedekatan Aksa dan Zahra tak bisa diragukan lagi. Bahkan mereka terlihat seperti orang pacaran yang kemana-mana harus bersama dan mau kemana aja harus lapor.
Kadang Dave sebagai orang tua hanya bisa geleng-geleng kepala melihat cara anaknya dan anak Damian bersama. Tapi sebagai orang tua juga mereka tak bisa memaksa Aksa dekat dengan siapa saja, yang penting anaknya itu tak terjerumus pada pergaulan bebas. Dan syukurlah Aksa menepati itu semua. Apalagi ia tahu anaknya Aksa punya bodyguard cantik selevel Zahra. Setidaknya Dave sedikit aman jika ada gadis-gadis kurang kerjaan yang ingin mendekati anaknya.
******
BERSAMBUNG!
JANGAN LUPA KLIK LAMBANG LOVENYA YA..^^