Chapter 9

1172 Kata
Sepulang dari Mall, Aksa dan Zahra langsung pulang ke rumah Aksa. Aksa ingin Zahra ikut serta membantunya membereskan semua yang akan ia bawa besok. Jika ditelusuri sosok Aksa, cowok itu punya sifat yang dingin namun manja pada Zahra. Entah kenapa sifat manja dan lembutnya tak bisa ia hilangkan jika sudah bersama Zahra, namun jika bersama orang lain, Aksa bagai lelaki tak tersentuh apalagi dengan perempuan. Untuk awal-awal mungkin ia akan meladeni perempuan tersebut dengan baik, namun jika sudah menurutnya sikap perempuan itu mengganggu, barulah ia mengeluarkan sifat aslinya. Tapi gilanya, para kaum hawa tersebut tak juga jera mengejar Aksa. Beruntung Zahra ada sebagai penyelamat. Jadilah Aksa aman dibuatnya. “Assalamu’alaikum Mama Nania..” Seru Zahra dari luar saat ia sudah turun dari mobil Aksa. Nania yang sedang membuat kue di dapur langsung menyahuti dari dalam. Ia tak bisa meninggalkan pekerjaannya di dapur untuk menyambut Zahra. “Mama Nania lagi apa? Waaahh bikin kueee..” Zahra berlari mendekati Nania, menyalami wanita tersebut dengan antusias. Ia melihat beberapa kue kering yang sudah selesai Nania panggang. “Iya sayang. Kamu mau coba?” “Pasti Mama Nania..” Zahra mengambil satu keping dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Lalu ia terlihat berpikir, seperti orang yang tengah ingin mengomentari. “Waahh.. seperti biasanya, Mama Nania paling pintar bikin kue..” Sanjung Zahra takjub membuat Nania geleng-geleng kepala. Assalamu’alaikum..” Kali ini suara Aksa yang terdengar dan langsung mendapat sambutan dari kedua perempuan yang ada di dapur. “Wa’alaikumsalam. Aksa, Hari ini kamu sibuk nak?” tanya Nania sambil memindahkan kue yang sudah dingin ke dalam toples. “Nggak Ma. Hari ini Aksa Cuma mau persiapan barang. Makanya ngajak ni anak ke sini. Kenapa ma?” Nania berjalan menuju meja Bar di dapurnya, “Gini, kalau kamu nggak sibuk, kamu mau kan jemput nenek Ayu dan Oma Dewi di bandara. Kedua nenek kamu itu pulang dari Jepang hari ini dan kira-kira dua jam lagi sampai di bandara, gimana?” Nania melirik anak lelakinya itu. Aksa melirik jam, “Kekejar nggak Ma sama Aksa yang beres-beres?” “iya juga sih. Kamu bisa beres-beresnya pulang dari jemput nenek sama oma kamu aja gimana? mama lagi masak kue, papa kamu tahu sendiri lagi sibuk proyek..” Aksa ingin menyahut sekali lagi, namun langsung diputus oleh Zahra. “Tenang mama Nania, soal itu biar Zahra yang atur. Aksa bisa kok jemput Nenek sama Oma. Iya kan Sa..?” Aksa menatap gadis itu lama. “Gini, kita jemput Oma sama nenek, setelah itu aku bantuin kamu beres-beres.. nanti soal aku pulang, aku akan telpon ayah buat ke sini dulu. Jadi nanti aku pulangnya sama ayah, gimana?” Nania melirik Zahra kagum. Zahra memang paling da bes jika urusan membujuk Aksa. Nania langsung menatap Aksa, dan wanita itu langsung bersorak Alhamdulillah saat Aksa akhirnya mengangguk. “Ya udah, kalian buruan ke bandara, takut nanti macet. Oya bawa ini sekalian buat bekal di jalan..” Nania menyerahkan dua toples kue kering yang tadi ia buat pada Zahra. “Ya udah, Aksa pergi ya ma..” “Iya sayang..” “Zahra pergi ya Mama Nania..” “Iya Zahra, hati-hati ya..” Setelah berpamitan, Aksa langsung berjalan menuju mobilnya begitupun Zahra. Sembari memeluk toples, gadis itu duduk menyamping menghadap Aksa. “Nanti aku hubungi ayah..” ucap Zahra “Iya..” jawab Aksa singkat. “Kenapa itu toples dipelukin terus?” tanya Aksa heran. “Nggak kenapa-napa. Ini buatan Mama Nania. Jadi harus dijaga baik-baik..” ucap Zahra santai membuat Aksa tersenyum gemas. Selama diperjalanan, mereka lebih sering menghabiskan waktu dengan bernyanyi. Sesekali Zahra menunjuk gadis-gadis di jalan yang berpakaian feminim dan menggoda Aksa untuk melirik. “Sa, satu lagi tuh! Wah cantik banget dia..” seru Zahra. Gadis itu melirik ke luar jendela. Di dekat mobil mereka, berdiri seorang gadis manis. Gadis itu mengenakan dress selutut dan sepatu sneakers hitam. Aksa tak memperhatikan apa yang Zahra serukan, malahan cowok itu melirik Zahra yang sedar tadi selalu memuji gadis-gadis feminim yang berpas-pasan dengan mobil mereka. “Sa!” Zahra memanggil Aksa namun pandangannya tetap menuju ke luar jendela. “Kenapa?” tanya Aksa. “Jika aku berpakaian seperti itu, pasti banyak yang suka kan?” Aksa yang awalnya fokus melihat ke depan, langsung melirik ke samping tepat di mata Zahra yang saat itu juga melihatnya. Ditatap seperti itu membuat Zahra malu dan langsung memalingkan wajahnya dari Aksa. Ia tahu kenapa Aksa melihatnya seperti itu. “Kenapa ingin berpenampilan seperti itu? Tadi kan udah di mall..” ucap Aksa sedikit dingin. “Nggak. Aku Cuma mau tes tes aja. Siapa tahu kalau penampilan aku, aku ubah total seperti itu, bisa jadi aku punya pacar...” Aksa diam tak membalas ucapan Zahra. Membuat Zahra yang tadinya melirik jendela langsung menatap Aksa. “Jiiaahh. Diajak ngomong malah diam. Giliran nanti didiemin marah.” Rutuk Zahra kesal. Aksa tetap tak membalas ucapan Zahra. Cowok itu memilih diam dan fokus pada jalanan menuju bandara. Sebentar lagi mereka akan sampai. Butuh sekitar lima menit lagi untuk bisa memarkirkan mobil. ***** “Aku kangen sama Oma dan Nenek. Udah sebulan mereka di luar negeri. Masa nggak ngubungin aku sedikit pun.” Zahra memulai percakapan. Mereka kini sedang di pintu keluar menunggu sang nenek datang. “kamu tahu sendiri nenek gimana. kalau udah seru, nggak bakal ingat kita.” “Tapi kan..” “Aksa?” Ucapan Zahra terputus karena suara seseorang memanggil Aksa. Seorang cowok yang kira-kira seumuran dengan mereka. Zahra melirik Aksa yang tanpak masih bingung. “Lo pura-pura lupa gue? Gue Adnan. Yang di Trial? Masa lo lupa?” Aksa yang awalnya bingung, langsung mendapat pencerahan saat nama Trial di sebut. Dulu Aksa pernah belajar bela diri di Trial. Tempat pelatihan karate dan Adnan adalah salah satu rekannya sesama Karateka. “Adnan? Yang kurus itu?” “Waahh.. berani-beraninya bilang gue kurus.” “Ya iyakan lo kurusan dulu. Kenapa badannya jadi atletis gini? Makan unta lo?” Zahra langsung tertawa tertahan saat Aksa mengatakan makan unta membuat Adnan langsung melirik ke arah Zahra. “Siapa? Cewek lo ya?” bisik Adnan pada Aksa sembari melirik Zahra. Aksa seketika melirik gadis yang ada di sampingnya itu, “Bukan. Ini sahabat gue dari kecil. Kenalin namanya Zahra..” Zahra tersenyum malu-malu lalu menjulurkan tangannya pada Adnan, “Panggil aja Zahra. Kalau mau minta nomor WA sekalian juga bisa kok..” candanya membuat Aksa membelalakkan matanya sedangkan Adnan, cowok itu langsung tertawa mendengar candaan Zahra padanya. “Boleh. Tapi apa nggak masalah nih?” tanya Adnan sembari melirik Aksa yang sudah memasang sedikit wajah kesalnya. “Masalah kenapa?” “tuh..” Andan menunjuk Aksa dengan bibirnya. Dengan cepat Zahra melirik, “Oooh! Aksa mah aman. Dia jinak kok..heheh” celoteh Zahra santai namun seketika ia mengaduh. Zahra mengusap lengannya yang mendapat sedikit cubitan dari Aksa namun sakitnya sampai ke tulang. “Apaan sih..” “Bisa diem dan nggak genit?” rutuk Aksa. “Biarin. Kan mulut-mulut aku..” Zahra menjulurkan lidahnya pada Aksa lalu kembali tersenyum pada Adnan yang berhasil membuat Aksa mendelik jengah. Jika sudah begini bisa dipastikan akan ada aksi bujuk-bujukan dari Zahra nanti karena Aksa merajuk. Seperti itulah Aksa, walaupun dingin, tapi jika bersama Zahra dia bisa menjadi cowok yang manja dan ingin selalu diperhatikan. “Terserah kamu. Mending aku nungguin nenek sama oma..” ucap Aksa kesal. “Ya terserah..” Zahra langsung beralih pada Adnan dan mendiami Aksa. Sebenarnya ia sengaja karena tadi di Mall Aksa begitu jahat padanya. Apa salahnya ia mengenakan pakaian feminim. Toh tak ada yang larang. Benar kan? ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN