Chapter 8

1309 Kata
Mobil yang dikendarai Aksa tiba di rumah Zahra. Dan seperti dugaan Aksa, Zahra sudah menunggu di teras rumahnya namun ada yang beda kali ini dengan Zahra. Gadis yang biasanya pergi dengan Aksa mengenakan pakaian santainya yang benar-benar santai seperti cewek tomboinya, namun kali ini Zahra tampak begitu manis dan feminim. Ia mengenakan pakaian dress putuh selututnya dengan pinggang rampingnya yang dililit Belt berwana pink dengan motif bunga, jangan lupakan rambutnya yang ia gerai. Aksa melongo tak percaya melihat perubahan penampilan Zahra. Jujur ia takjub namun entah kenapa ada rasa tak suka di hatinya saat Zahra mengenakan pakaian seperti itu. Aksa berjalan mendekati Zahra, “Sudah selesai?” tanya Aksa santai tanpa memberikan komentar apa-apa. Membuat Zahra yang sedari tadi menantikan pujian Aksa harus menelan pil pahit saat tahu Aksa tak tertarik sama sekali. “Oh iya. Udah kok..” Jawab Zahra senormal mungkin. Moodnya untuk terlihat cantik di depan Aksa mendadak lenyap. Beruntung ia membawa baju ganti yang ia letakkan di dalam tas sandang kecil yang ia kenakan. Dan beruntung juga ia sudah mengenakan sepatu sneakers berwarna putih. Jadilah nanti ia hanya akan mengganti pakaiannya saja. “Ya udah yuk jalan..!” Zahra mengangguk. Sebelum pergi, Aksa masuk dulu ke dalam untuk pamit dengan Damian dan Kiara. Setelah pamit, Aksa jalan lebih dulu dan masuk ke dalam mobil disusul oleh Zahra yang masuk sesudahnya. “Udah sarapan kan?” tanya Aksa saat ia menstater mobilnya. Zahra mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya ia berbohong. Sejak bangun tidur tadi Zahra sibuk mempesiapkan diri memoles dirinya dan berdandan cantik untuk memperlihatkan pada Aksa jika diriny juga bisa cantik seperti gadis yang mengejar-ngejar Aksa selama ini. “Ya udah, berarti langsung ke Mall ya. Nanti kalau lapar lagi, kita makan di sana saja..” “Oke.. Berangkaaattt!!” Zahra berteriak dengan nada yang dibuat-buat bahagia walaupun moodnya sebenarnya sudah lenyap. Di perjalanan, Aksa tak henti melirik Zahra yang ada di sampingnya. Gadis itu berusaha menutupi pahanya yang terbuka dengan tas kecil miliknya. “Haaaahh. Kalau nggak nyaman kenapa di pake?” tanya Aksa pada gadis yang masih sibuk memperbaiki duduknya itu. Aksa meraih jaketnya yang ada di bangku belakang dan menyerahkannya pada Zahra. “Nih pake buat nutupin pahanya..” Zahra meraih jaket tersebut dan menutupkan pada pahanya yang terbuka. Jujur saat ini ia sangat malu. Berpikir bisa terlihat cantik di depan Aksa yang ada malah ia malu dengan kelakuannya sendiri. Setelah menutup pahanya, barulah Zahra bisa bernafas lega. Saat di Mall nanti ia akan langsung mencari toilet untuk mengganti pakaiannya. “Kenapa pakai baju seperti itu?” tanya Aksa lagi. “Hehehe. Cuma mau coba-coba aja. Ternyata emang nggak cocok ya..” Zahra mencoba tertawa untuk menutupi rasa malunya. Aksa tahu jika gadis disampingnya ini sedang menahan sesuatu di hatinya. Aksa mengenal Zahra bukan sehari dua hari, tapi mereka bersama sejak lahir, dan satu kelemahan Zahra yang tak bisa ia hindari dari Aksa adalah, Aksa bisa tahu apapun situasi dan kondisi Zahra. Aksa selalu paham suasana hati gadis itu. Aksa tak menjawab, ia memilih diam dan fokus pada mobil yang ia kendarai. Setengah jam perjalanan, mobil mereka memasuki sebuah arena parkir Mall yang cukup terkenal di Jakarta. Setelah memarkirkan dengan rapi, Aksa pun turun begitu pun dengan Zahra. Gadis itu langsung mengikuti Aksa. Namun tiba-tiba Zahra menahan lengan Aksa saat mereka hendak memasuki bagian perbelanjaan. “Kenapa?” tanya Aksa bingung. “Aku ke toilet bentar ya..” jawab Zahra yang meminta izin. “Ya udah. Aku temenin, sekalian juga mauke toilet..” Mereka memutuskan ke toilet lebih dulu. Sesampainya di sana, Aksa memasuki bagian laki-laki dan dan Zahra dibagian perempuan. Aksa selesai lebih dulu. Ia menunggu Zahra di depan lorong, namun sudah nyaris lima menit Zahra tak kunjung keluar. Khawatir dengan gadis itu, Aksa memutuskan bertanya pada seorang ibu-ibu paruh baya yang baru saja keluar dari toilet. “Maaf Ibuk. Apa di dalam antri?” tanya Aksa dengan nada sopan. “Nggak nak. Di dalam sepi..” jawabnya. “Oh gitu. Makasi ya buk..” “Iya sama-sama..” Aksa langsung meraih ponselnya dan mencari kontak Zahra. Namun belum juga terhubung, Zahra sudah memunculkan dirinya di depan Aksa. Yang membuat Aksa kaget adalah penampilan Zahra yang kembali ke style semula. Baju kaos longgar dengan lengan yang digulung ke atas, celana jeans yang sobek-sobek dibagian lututnya dan sedikit dibagian paha, serta topi levis berwarna hitam dengan motif tengkorak di tengahnya. “Maaf ya nunggu lama..” ucapnya santai. Ia sudah kembali ke penampilannya yang semula. Dan jujur, di sini Zahra berjanji tak akan mengenakan pakaian seperti tadi lagi. Ia sama sekali tak menarik dengan pakaian seperti itu. Buktinya, Aksa tak merespon sedikit pun. Biarlah ia seperti ini. ia dirinya dan dia nyaman di seperti ini. di cap sebagai gadis bau oli yang tak akan pernah bisa berubah menjadi feminim. “Kamu..” “Hehehe. Nggak nyaman kayak tadi. Mending begini. Untung bawa persiapan baju ganti..” jawab Zahra santai dengan senyum lebarnya. “Yuk buruan..” Zahra menepuk pundak Aksa dan berjalan lebih dulu. Tak hanya pakaiannya yang berubah, tasnya juga berubah. Tas Zahra memang bisa dilipat sekecil mungkin dan diselipkan di ruang-ruang tas sandang yang ia bawa tadi. Zahra meremas kuat tali tasnya sembari menggigit bibir bawahnya mencoba menenangkan diri. “Lo udah nyaman begini Zahra, jangan mikir yang macam-macam..” bisiknya untuk dirinya sendiri. Zahra melirik ke belakang, ia masih melihat Aksa yang setia berdiri di tempatnya, “Aksa ayuk buruan! Katanya mau belanja buat besok..” Aksa menghembuskan nafasnya kuat, ia berjalan mendekati Zahra dan mereka memutuskan untuk masuk ke bagian makanan ringan, mencari yang bisa Aksa konsumsi selama di sana. “Ya Ampun, ganteng banget sih tu cowok.” Zahra menghentikan langkahnya, mendengar dengan seksama para gadis itu berbisik. Ia yakin mereka berbisik membicarakan Aksa. “Tapi kok dia sama cewek kayak gitu ya..” Zahra menghembuskan nafasnya kasar, ia ingin berbalik arah melabrak namun pergelangan tangannya langsung ditahan oleh Aksa. Zahra melirik cowok tersebut dan mendapati Aksa menggeleng, “ Udah..” ucap Aksa dengan gerak bibirnya. Aksa menarik Zahra menjauh, “Kenapa di tahan sih?” tanya Zahra kesal. “Kamu bisa diusir satpam jika terjadi keributan..” “Trus? Aku diam aja gitu?” “Zahra, udahlah. Kita ke sini buat belanja bukan buat ladenin cewek-cewek kayak gitu..” Zahra mencoba bersabar. Ia mengangguk dan kembali melanjutkan pencarian mereka. Banyak makanan yang sudah terkumpul dan mereka memutuskan untuk membayar. Lagi-lagi kejadian yang sama terjadi. Di bagian kasir, Zahra kembali harus menerima bisikan cewek-cewek yang membuat hatinya panas. Kali ini ia tak bisa terima. ia akan menyelesaikannya namun bukan dengan cara keributan. Zahra menghembuskan nafas kuat, lalu merangkul lengan Aksa membuat Aksa kaget. Dengan cepat Zahra menarik Aksa untuk melihat kebelakang. “Hai.. iri ya gue punya gandengan cakep? Kasiaan yang jomblo..” Ucap Zahra ketus dengan nada mengejeknya membuat tiga gadis di belakangnya kesal. “Cih! Palingan cuma sewaan lo kan? Mana ada cowok ganteng begitu mau sama lo yang urakan kayak gini..” Zahra sedikit terpancing namun dengan cepat ia meredakannya. “Iri bilang boss. Sewaan? Kalau iya, berarti gue masih menang dari lo. Karena gue punya sewaan gantengnya ampe kebangetan begini. Lo aja sampe pangling gitu lihat cowok sewaat gue. Sedangkan Lo? Cih.. lesbian lo ya?” Ketiga gadis tersebut dibuat kaget tak percaya mendengar ucapan Zahra. Sedangkan Aksa, cowok itu hanya tersenyum geli melihat Zahra yang sudah kembali. Ini dia. Baginya seperti inilah Zahranya. Bukan Zahra yang sebelum ini dengan pakaian dress di atas lutut dan rambut gerai. Aksa melepaskan genggaman Zahra membuat Zahra terkejut, namun setelah itu Aksa langsung merangkul pundak Zahra dan mengecup pipi gadis itu di depan orang banyak membuat Zahra melotot tak percaya. “Asal kalian tahu, dia ini pacar saya dan saya yang ngejar-ngejar dia. Kalian tahu? Saya nggak bisa hidup tanpa dia. Dia ini hidup dan mati saya setelah kedua orangtua saya.” Pengunjung yang ada di sekitar mereka langsung berteriak histeris dan ‘uwuu uwwu’ melihat sikap Aksa pada Zahra. Sedangkan Zahra? Jangan tanyakan bagaimana kagetnya gadis itu. Entah harus berkata apalagi, yang jelas Zahra nyaris membeku ditempat jika mbak mbak kasir tak memanggil mereka untuk menyelesaikan p********n. ***** BERSAMBUNG! JANGAN LUPA KLIK LAMBANG LOVE BAGI YANG BELUM YA TEMAN2..^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN