Episode 6

1426 Kata
Mine melepaskan kacamatanya dan melemparkannya di atas meja kerjanya. Ia merogoh saku celananya dan kembali mengecek notifikasi yang masih kosong. “Pria dingin itu benar-benar!” seru Mine sangat kesal dan ingin kembali menangis. Ia mengambil duduk di kursi kebesarannya seraya menghela nafasnya. Ia mengusap wajahnya gusar dan kembali mengingat video yang ia terima dimana Sean bersama dengan seorang perempuan. Pikiran Mine berkecamuk dan batinnya terasa berperang. Antara ia percaya pada Sean dan tidak. Sungguh membuat kepala Mine mau pecah dan ia merasa ingin sekali berteriak mengeluarkan kekesalannya. Tringg… Mine mengambil handphone nya dan melihat chat siapa yang masuk. Sean Aku sedang melakukan penerbangan. Jadi aku belum bisa menghubungimu. Yang jelas perempuan itu bukan siapa-siapa aku. Aku hanya menolong wanita itu. Aku akan menjelaskan semuanya saat aku kembali. Jangan marah lagi, dan percayalah padaku. Jasmine merasa cukup lega mendengar penjelasan dari Sean. Ia berharap Sean tidak berbohong padanya. Besok lusa Sean akan kembali ke Negaranya dan bertemu dengan istrinya untuk merayakan anniversary mereka berdua. Saat ini Sean tengah mengurus tempat tinggal untuk Mia. Saat ini Sean tengah duduk berhadapan bersama dengan Mia. Saat ini mereka tak lagi beradai di hotel melainkan sebuah Villa mewah yang berada di pinggiran kota dan jauh dari keramaian kota. “Bagaimana Villa ini menurutmu, Mia?” tanya Sean. Mia melihat sekeliling ruangan itu, terlihat mewah dan nyaman. “Kalau kamu suka, kedepannya kamu bisa tinggal di sini. Kamu juga mengelola perkebunan strawberry yang ada di belakang Villa. Ini jauh dari keramaian juga kota. Margamu juga sudah di ganti. Kamu aman tinggal di sini. Aku juga menempatkan seorang bodyguard untuk menjagamu,” jelas Sean. “Tuan, saya sangat berterima kasih juga sangat bersyukur untuk semua yang sudah tuan berikan pada saya. Saya ucapkan terima kasih. Tapi Tuan Sean, saya tidak ingin tinggal di sini. Tolong, tolong ijinkan saya ikut dengan anda,” seru Mia dengan wajah memelasnya. “Ikut denganku? Bagaimana bisa begitu?” tanya Sean. “Saya tidak ingin berada di Negara ini lagi. Saya terlalu takut dan trauma tinggal seorang diri. Saya mohon bawa saya pergi. Saya akan bekerja dengan anda,” seru Mia membuat Sean kembali berpikir dan cukup bingung. “Saya tidak akan mengganggu kehidupan anda. Saya hanya butuh pekerjaan dan tempat tinggal yang sederhana, itu saja sudah cukup,” seru Mia terus saja berusaha memelas sudah tiga hari ini ia berusaha memohon pada Sean. “Baiklah kalau begitu. Aku akan pikirkan nanti pekerjaan apa yang cocok untukmu. Sekarang kita kembali dan mengurus paspormu,” seru Sean. Dan mereka pun memutuskan untuk kembali ke tempat mereka menginap. *** Mine sudah berbelanja dan menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan untuk merayakan anniversary pernikahannya. Tak lupa juga ia membeli hadiah special untuk suaminya. Mine membuka kotak persegi berukuran kecil, ia melihat isinya yang merupakan jepitan dasi yang begitu mewah dan indah. Mine yakin ini akan cocok kalau di pakai suaminya. Apalagi saat memakai seragam pilotnya yang membuatnya begitu gagah. Mine tersenyum membayangkan sosok suaminya yang begitu tampan dan akan terlihat mempesona saat memakai jepitan ini. “Aku udah gak sabar ingin segera ketemu dengannya, memeluknya, menciumnya. Ya Tuhan Mine, kau benar-benar sudah jadi gila karena terlalu lama berjauhan dengan Sean,” serunya diiringi senyuman lebar. Dering telpon menyadarkan Mine, ia pun segera mengambil handphonenya dan langsung menerima panggilan kala melihat nama suaminya yang tampak di layar handphone. “Ya,” seru Mine. “Kamu sedang apa?” “Hanya duduk saja. Kamu sedang apa?” “Aku baru kembali ke kamar hotel.” “Kamu sudah mengantarkan wanita itu ke Villa yang sudah di siapkan?” tanya Mine. “Ya, tapi dia menolaknya.” “Apa? Wanita macam apa dia. Sebenarnya apa sih maunya,” seru Mine mulai kesal. “Dengarkan dulu. Dia tidak ingin tinggal di Negara ini. Dia takut akan di temukan lagi oleh para penjahat itu. Dia memintaku membawanya ke Negara kita. Di sana dia hanya meminta pekerjaan.” “Benar-benar merepotkan. Banyak sekali maunya,” gerutu Mine. “Jangan begitu. Kalau niat membantu orang ya jangan tanggung-tanggung,” seru Sean. “Kamu itu terlalu baik hati. Semua wanita saja kamu bantu dan jangan memikirkan aku!” seru Mine kembali merajuk. “Aku tidak bisa diam saja saat ada kekerasan di hadapanku,” seru Sean. “Aku menjelaskan semuanya padamu karena aku memikirkanmu, Mine.” “Ya ya ya. Selalu saja ada alasan.” “Besok pagi mungkin aku akan melakukan penerbangan kembali ke sana,” seru Sean dan itu berhasil membuat senyuman Mine kembali. “Beneran? Sama wanita itu?” tanya Mine. “Ya. Kamu sudah tau jawabannya.” “Jangan duduk berdekatan, kalian harus pisah jok. Awas lho,” ancam Mine. “Baiklah.” “Besok mau aku jemput?” “Tidak perlu. Aku mungkin akan mengantarkan Mia dulu ke apartement lamaku, setelahnya aku akan pulang ke rumah. Kamu tunggu saja di rumah,” seru Sean. “Aku tidak mau!” Sean hanya bisa menghela nafas kala Mine mulai sewot. “Aku akan menjemputmu ke bandara. Dan jangan tempatkan wanita itu di apartement lamamu. Aku akan belikan dia apartement baru, dan juga aku akan beri dia pekerjaan di kantorku. Pokoknya saat kamu kembali, kamu tidak boleh ada urusan apapun dengan wanita itu!” “Baiklah,” jawab Sean akhirnya mengalah. Mine merasa senang dan puas mendengarnya. “Baiklah, besok setelah pulang dari kantor. Aku akan menjemputmu di bandara.” “Oke.” *** “Apa? Kenapa tidak bisa?” tanya Sean pada salah satu kenalannya yang ada di bandara. Saat ini Sean dan Mia sudah berada di bandara untuk kembali ke Negara Sean. Sebelumnya Sean meminta temannya untuk mengurus paspor juga visa untuk Mia. “Nama wanita itu masuk daftar blacklist dan tidak boleh keluar dari Negara ini,” jelas temannya yang bernama Andrew. Saat ini Sean berada di sebuah ruangan dan hanya berdua dengan Andrew, Mia menunggu di luar. Sean hanya bisa menghela nafasnya seraya mengusap wajahnya gusar. “Sebenarnya siapa wanita itu Sean? Kenapa kamu menolong orang yang bermasalah,” seru Andrew. “Sudah tinggalkan saja dia di sini. Nanti aku yang urus dia, kamu segera naiklah ke pesawat. Pesawat akan segera landing.” “Aku sudah menolongnya, dan bagaimana mungkin sekarang aku meninggalkannya begitu saja,” seru Sean. “Aku akan menjaganya di sini,” seru Andrew. “Lalu bagaimana dengan istrimu. Bukankah istrimu baru saja memberimu kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan. Kalau ketahuan menyembunyikan seorang wanita lagi, bisa-bisa rumah tanggamu hancur,” seru Sean membuat Andrew tersenyum kikuk seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ya memang sebelumnya Andrew ketahuan berselingkuh oleh istrinya. “Apa tidak ada cara lain?” tanya Sean. “Ada. Aku punya kenalan yang biasa membuat paspor palsu. Dia juga sering menyeludupkan seseorang. Aku bisa meminta bantuannya,” seru Andrew. “Kalau begitu tunggu apalagi.” “Sayangnya sekarang dia sedang pergi liburan. Katanya dia akan kembali minggu depan,” jelas Andrew. “Minggu depan?” “Ya. Kamu mau menunggunya?” tanya Andrew. “Entahlah. Tapi Mine pasti sudah menungguku,” seru Sean menjadi bingung dan dilemma. “Kamu tinggal memilih saja mana yang mau di korbankan,” kekeh Andrew dan dia langsung meminta maaf kala Sean memberikan tatapan tajamnya. “Hubungi aku saat kau sudah mendapat kabar kepulangannya,” seru Sean. “Oke baiklah.” Sean beranjak keluar ruangan, ia pun langsung menghubungi Mine. “Ya Sean? Kamu sudah naik pesawat?” tanya Mine terdengar bersemangat di sebrang sana membuat Sean merasa bersalah. “Mine, aku tidak jadi kembali hari ini.” “A-apa? Kenapa?” “Ada masalah dengan paspor Mia. Aku harus mengurusnya kembali, mungkin aku akan kembali minggu depan.” “Apa Mia sangat penting?” “Apa maksud kamu?” “Hari ini adalah hari anniversary kita. Sejak pagi bahkan tak ada ucapan apapun darimu. Aku pikir kamu akan mengatakannya nanti langsung di hadapanku. Aku bahkan menyiapkan untuk dinner romantic. Aku sudah menantikan hari ini, aku terus saja menunggumu. Dan sekarang demi wanita itu kamu batal pulang? Kamu jahat Sean!” “Mine, dengarkan aku dulu.” “Aku benci kamu!” Tuuut Mendengar kekecewaan dari Mine. Sean tidak bisa tinggal diam saja. Ia pun bergegas menuju pintu dimana pesawat berada. Mungkin kali ini ia harus egois. Selama ini Sean sudah cukup membantu Mia. Sean sedikit berlari menuju pintu itu dan matanya melebar kala pesawatnya sudah bergerak dan pintunya tertutup rapat. Ia bahkan tak mendengar pemberitahuan keberangkatan pesawatnya itu. Sudah tak bisa di kejar lagi. Sean kembali termenung dan menjatuhkan tas yang ia bawa. Mungkin Tuhan ingin ia menyelesaikan misi menolong seseorangnya. Sean berharap Mine baik-baik saja dan akan memaafkannya nanti. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN