Episode 7

4882 Kata
Sean beranjak keluar ruangan, ia pun langsung menghubungi Mine. “Ya Sean? Kamu sudah naik pesawat?” tanya Mine terdengar bersemangat di sebrang sana membuat Sean merasa bersalah. “Mine, aku tidak jadi kembali hari ini.” “A-apa? Kenapa?” “Ada masalah dengan paspor Mia. Aku harus mengurusnya kembali, mungkin aku akan kembali minggu depan.” “Apa Mia sangat penting?” “Apa maksud kamu?” “Hari ini adalah hari anniversary kita. Sejak pagi bahkan tak ada ucapan apapun darimu. Aku pikir kamu akan mengatakannya nanti langsung di hadapanku. Aku bahkan menyiapkan untuk dinner romantic. Aku sudah menantikan hari ini, aku terus saja menunggumu. Dan sekarang demi wanita itu kamu batal pulang? Kamu jahat Sean!” “Mine, dengarkan aku dulu.” “Aku benci kamu!” Tuuut Mendengar kekecewaan dari Mine. Sean tidak bisa tinggal diam saja. Ia pun bergegas menuju pintu dimana pesawat berada. Mungkin kali ini ia harus egois. Selama ini Sean sudah cukup membantu Mia. Sean sedikit berlari menuju pintu itu dan matanya melebar kala pesawatnya sudah bergerak dan pintunya tertutup rapat. Ia bahkan tak mendengar pemberitahuan keberangkatan pesawatnya itu. Sudah tak bisa di kejar lagi. Sean kembali termenung dan menjatuhkan tas yang ia bawa. Mungkin Tuhan ingin ia menyelesaikan misi menolong seseorangnya. Sean berharap Mine baik-baik saja dan akan memaafkannya nanti. *** Sepulang dari kantor, Mine pergi ke sebuah club malam. Ia butuh menenangkan dirinya. Ia pun memesan minuman beralkohol. Malam ini ia ingin mabuk semabuk-mabuknya sampai ia lupa malam ini malam apa. Salah satu temannya datang karena tadi Mine menelponnya. Dia bernama Michel, teman Mine dari sejak kecil. Michel juga mengenal Sean. “Ada apa sih?” tanya Michel yang baru sampai di sana. “Aku ingin mabuk dan menari sepuasnya,” seru Mine meneguk minumannya. Mereka memesan ruang pribadi yang juga terdapat layar untuk bernyanyi karaoke dan menari. “Ada apa lagi sih dengan Sean? Dia batal pulang karena ada pekerjaan?” tanya Michel. “Aku bisa maklum kalau ada pekerjaan mendadak. Dia tidak jadi pulang karena seorang perempuan. Benar-benar menyebalkan! Pria sialan itu benar-benar tak tau diri!” amuk Jasmine mulai mengeluarkan umpatannya dan terus meneguk minumannya. Bahkan kali ini tak menggunakan gelas, ia langsung meneguknya dari botolnya. “Astaga Mine,” keluh Michel tapi dia juga tak bisa melarang Mine. Mungkin inilah yang Mine butuhkan, di malam yang dia pikir akan sangat indah dan romantic malah berakhir seperti ini. Michel hanya menonton Mine yang menari, bernyanyi berteriak sambil menangis, marah-marah dan kembali mengumpat Sean. Bahkan sosok elegant juga anggun dari seorang CEO perusahaan lenyap seketika. Mine melemparkan sepatunya dan menari segila-gilanya dan itu malah terlihat lucu hingga membuat Michel tertawa. ---- Di sisi lain Sean berusaha mencoba menghubungi Mine, panggilan suara juga panggilan video sudah ia lakukan tetapi tetap saja Mine tak menerima panggilannya. Ia pun membuat sebuah video dirinya yang menyampaikan semua yang ingin dia sampaikan pada Mine. “Semoga kamu baik-baik saja,” gumam Sean mengirim pesan video itu pada Mine. Sebelum mematikan handphone nya, Sean menerima pesan masuk dari Michel. Ia membuka pesan itu dan menunjukkan sebuah foto. Michel mengirim foto Mine yang tertidur di atas sofa dengan berantakan. Terlihat jelas matanya memerah dan sembab habis menangis. “Lihat ulahmu ini Sean. Gadis ini benar-benar kacau sekarang. Cepatlah selesaikan urusanmu dan kembalilah. Bujuk dia dan meminta maaflah.” Sean hanya tersenyum melihat foto itu. ia menzoom foto itu di bagian wajah Mine. Sean membelai wajah itu penuh kerinduan. “Aku sangat merindukanmu, Mine. Tunggulah sebentar lagi,” gumamnya seraya mengecup foto itu. *** Mine di antarkan pulang oleh Michel. Awalnya Michel ingin mengantarkan Mine ke dalam rumah tapi Mine menolak. Ia bisa berjalan sendirian. Akhirnya Michel pun menurutinya. Mine berjalan dengan menenteng tasnya, ia berjalan dengan sempoyongan dan hampir jatuh berkali-kali. Ia masuk ke dalam rumah dan ingin menjerit keras kala melihat rumahnya yang sudah di sulap dengan begitu romantic. Tadi pagi Mine memang meminta untuk menyulap rumahnya menjadi sangat romantic, hangat. Dan benar saja, semua itu sudah di lakukan dan kini di hadapannya adalah rumah yang penuh dengan suasana romantic. Mine kesal, ia melemparkan tasnya dan mulai menarik hiasan bunga, lilin, hiasan di langit-langit ruangan. Ia berjalan menuju balkon dimana sudah di sulap menjadi sangat indah. Ada ranjang di sana dengan tirai tipis sekelilingnya, meja untuk dinner. Dan juga pemutar lagu untuk mereka melakukan dansa. Mine pun menghancurkan dan menjatuhkan semua itu hingga berantakan. “Sean sialan!” isaknya. Ia menarik paksa tirai ranjang itu hingga robek dan koyak. Setelahnya saat ia sudah benar-benar kelelahan, tubuhnya ambruk di atas ranjang itu dan terlelap dengan air mata yang masih mengalir di sudut matanya. *** Mine terbangun dari tidurnya kala sinar matahari menyorot wajahnya. Ia memegang kepalanya yang terasa pening dan sedikit berputar. Mine melihat sekeliling dimana barang-barang berserakan dan berantakan di lantai. Ia sudah tak ada tenaga untuk mengamuk lagi. Akhirnya ia memilih duduk bersandar ke kepala ranjang, menatap ke arah pohon-pohon di depannya. Semalaman ia tertidur di balkon seorang diri. Ia pikir mala mini dirinya bisa menghabiskan malam yang panas dan erotic bersama Sean. Tetapi semua itu hanya khayalan dan angan-angannya saja. “Astaga!” pekik seseorang membuat Mine menoleh ke sumber suara. Dia melihat Michel di sana yang syok melihat keadaan rumah. “Kamu apakan rumahmu ini, Mine?” Mine tak menggubrisnya dan tetap diam dengan posisinya. “Lihat dirimu sekarang, benar-benar kacau,” seru Michel. “Sean tidak jadi pulang saja kamu sudah sekacau ini. Bagaimana kalau sampai kamu kehilangan Sean. Habis sudah,” keluhnya. “Jaga ucapanmu Michel. Aku tidak akan pernah kehilangan Sean!” seru Mine dengan kesal. “Sudah pergi mandi sana. Biarkan asisten rumah tangga membereskan semua kekacauan ini,” seru Michel. “Aku tidak mau,” jawab Mine. “Kalau kamu begini, akan sangat mudah wanita itu menarik perhatian Sean,” seru Michel. “Ya aku mandi sekarang,” seru Mine dengan kesal dan beranjak dari duduknya. Michel hanya terkekeh saja melihat tingkah Mine. “Wanita itu benar-benar cinta mati pada Sean,” keluh Michel. *** Saat ini Mine dan Michel tengah menikmati sarapannya dalam diam. Mine baru saja menyalakan handphone nya dan melihat pesan masuk dari Sean. Sebenarnya enggan untuk membuka itu tapi ia juga penasaran dengan apa yang Sean kirimkan padanya. Akhirnya ia membuka pesan video dari Sean. “Hai Mine. Maaf kalau aku sudah buat kamu kecewa dan kesal. Aku tau aku memang bukan suami yang baik. Tetapi kamu jangan salah paham kalau aku lebih memilih Mia daripada kamu. Sebenarnya aku sudah memutuskan untuk memilih kamu, tetapi sayangnya aku ketinggalan pesawatku. Dan belum sempat aku menjelaskan, kamu sudah mematikan panggilan telpon. Aku tidak mungkin tidak memilihmu, Mine. Kamu adalah istriku.” Wajah Mine seketika kembali berseri dan itu membuat Michel mencibirnya. “Hari ini adalah anniversary pernikahan kita. Aku tidak tau harus mengatakan kata-kata indah apa. Yang pasti aku memiliki harapan besar pada pernikahan kita ini. Aku ingin selalu bersamamu, hidup sebagai suamimu. Entahlah apa yang aku inginkan. Aku hanya ingin selalu menjalani kehidupan yang damai dan tentram bersamamu. Setelah menonton video ini, dan kalau sudah tak marah lagi padaku. Hubungi aku segera yah, my wife.” “Ah Sialan!” seru Mine. “Aku marah dan sangat kesal padanya, tapi hanya dengan kata-katanya yang seperti ini saja, aku sudah langsung memaafkannya dan kembali jatuh cinta padanya,” keluh Mine. “Makanya hilangkan tempramenmu itu,” seru Michel. “Sebenarnya apa yang sudah Sean lakukan padaku. Kenapa aku begitu cinta padanya,” seru Mine. “Dia suamimu. Buatlah dia selalu di sisimu dan menjadi milikmu. Jangan biarkan wanita lain merebutnya,” seru Michel membuat Mine menganggukkan kepalanya. “Ya sudah sana telpon dia.” “Nanti dulu, aku tidak ingin langsung memaafkannya. Aku ingin tau apa dia kuat kalau aku diamkan. Aku ingin dia yang mengejarku,” seru Mine. “Ya terserah kau saja.” *** Novel "Sweet Enemy (Daniel & Serli)" Seri brotherhood 5 Part 1 Saat ini Serli tengah mempersiapkan beberapa pakaiannya. Ia sudah lulus melakukan interview dan beberapa tes untuk mendaftar pekerjaan di salah satu perusahaan jurnalis. Ia di terima sebagai jurnalis dan harus membuat berita penting dan meliput beberapa fakta penting untuk di tayangkan dalam media cetak dan visual. Sebenarnya Serli tidak menyangka akan bekerja sebagai jurnalis. Ia sendiri pun tidak memiliki pengalaman apapun dalam bidang ini. Apalagi ini berbeda dengan jurusan saat ia kuliah. Serli dan beberapa sahabatnya sudah lulus mendapatkan tanda kelulusan walau belum wisuda dan menerima ijazahnya. Serli iseng-iseng mengikuti kegiatan job fair dan ternyata ia beruntung hingga di terima di salah satu perusahaan. “Duh gue bener-bener gak punya baju buat kerja,” gumam Serli menatap beberapa kemeja dan rok yang ia simpan di atas ranjang. Serli mengambil handphone nya dan menghubungi Ratu. “Lu sibuk gak?” “….” “Temani gue yuk. Gue mau beli beberapa kemeja buat kerja lusa nanti.” “…..” “Ayolah… lu gak di apelin kan sama si kakang,” kekehnya. “….” “Kasian tau, dia di tolak mulu.” Serli terkekeh dan begitu senang menggoda Ratu. “….” “Oke, gue jemput lu deh yah. Siap-siap sekarang.” Serli menutup sambungan telponnya dan beranjak menuju kamar mandi dengan membawa celana jeans dan kaos lengan panjang kegemarannya. 30 menit berlalu. Serli sudah siap dengan setelan casual dan sepatu ketsnya. Tasselendang menggantung indah di tubuhnya. Kemudian Serli berjalan menuju keluar rumah. “Mau kemana kamu, Ser?” Pertanyaan itu menghentikan langkah Serli yang hendak menekan knop pintu. Ia menoleh dan tersenyum saat melihat sosok wanita yang begitu ia hormati. “Aku ada yang harus di beli, Ma. Aku keluar sebentar bareng Ratu,” ucap Serli mencium punggung tangan ibunya. “Ya sudah hati-hati dan jangan pulang malam,” serunya. “Siap.” Serli beranjak keluar rumahnya. Ia mendekati motor matic kesayangannya dan memakai helm berwarna merah miliknya. Serli menaiki motor dan menekan starter motor. Kemudian ia pergi meninggalkan halaman rumahnya dengan menggunakan motor maticnya. ---- Serli dan Ratu sudah sampai di salah satu mall. Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri area mall untuk mencari apa yang dia butuhkan. “Ngomong-ngomong gimana kabar lu sama si Doni?” tanya Serli. “Ck, apa sih lu. Kita ini cuma berteman, gue gak ada rasa sama dia,” seru Ratu. “Kasian dong cintanya bertepuk sebelah tangan. Padahal dia udah nembak lu di depan semua orang.” “Bodo ah, lagian gue gak ada rasa sama dia. Lagian percuma juga jadian kalua hati gak bias nerima. Sama aja bohong,” jelas Ratu. “Lu masih belum move on?” pertanyaan Serli membuat Ratu menoleh ke arahnya. “Entahlah. Lagian kejadian itu sudah lama berlalu. Gue udah gak mengingatnya lagi,” jawab Ratu berbohong. “Tapi ngomong=ngomong soal move on, memang gak semudah membalikkan telapak tangan sih,” seru Serli. “Lu juga masih mengingatnya?” tanya Ratu. “Hmmm… padahal udah 2 tahun berlalu,” seru Serli. “Tapi mungkin Daniel memang bukan jodoh gue. Setiap mengingat mendiang Lita, gue jadi semakin kesal sama Daniel.” “Ah lu memang benar. Sekarang kita hanya berdua. Lita meninggal dunia dan Chacha, bahkan dia menghilang begitu saja tanpa ada kabar,” ucap Ratu. “Lu bener.” Serli kemudian menarik Ratu memasuki salah satu toko pakaian. Pikiran mereka pun langsung beralih ke hal lain dan membahas mengenai pakaian. *** Serli tengah memainkan iphone nya seraya bersandar di kepala ranjang. Seketika ada chat masuk dari Irene. Irene Ser, lagi apa? Serli Kenapa Ren? Gue lagi rebahan aja. Irene Lu udah dapat kerja? Kita ketemuan yuk. Udah lama banget lho kita gak ngumpul bareng. Hampir satu bulan kita gak kumpul bareng. Serli Gue udah dapet kerja, Ren. Senin besok gue udah mulai kerja. Paling kalua mau ketemu besok aja. Irene Boleh deh besok kita kumpul dan nongkrong bareng. Sekalian gue juga mau ngasih undangan ke lu dan si Ratu. Serli Undangan apaan? Dari siapa? Irene Kak Dewi akhir pekan besok mau nikah. Dia nitipin undangan buat lu dan Ratu Serli termenung membaca Chat dari Irene barusan. “Kak Dewi mau menikah. Kalua aku datang, akankah aku bertemu dengannya lagi?” gumam Serli termenung. *** Part 2 Serli sudah mulai bekerja di perusahaan Jurnalis. Ia di minta untuk mencari bahan berita dan meliput sesuatu yang menarik. Untuk saat ini ia masih di bawah bimbingan seniornya yang bernama Haikal dan Nuri. “Serli, tolong kamu fotocopy semua berkas ini,” perintah Nuri. “Baik Kak,” serunya dan menuruti perintah Nuri. Senioritas selalu berlaku dimana saja, termasuk saat bekerja. Dan itu sedang di alami Serli saat ini. Sejak tiga hari lalu ia hanya di suruh-suruh oleh seniornya untuk mengerjakan banyak hal. Serli tidak mengeluh walau dalam hatinya ia terus mendumel dan mengeluarkan sumpah serapahnya untuk seniornya yang sok itu. --- Akhirnya Serli mampu bernafas lega. Ia bias istirahat sekarang. Serli pergi ke sebuah kedai kopi yang ada di sebrang kantornya. Iamemesan sebuah kopi. “Late Macchiato,” seru Serli bersamaan dengan suara yang berada di sampingnya membuat Serli menoleh. “Kak haikal?” serunya. “Hai,” sapa Haikal membuat Serli tersenyum. “Ternyata kita sama-sama menyukai rasa yang manis.” “Kakak benar,” jawab Serli. Pesanan mereka pun selesai di buat. “Biar aku yang bayar. Itung-itung traktiran selamat datang untukmu,” ucapnya tersenyum ramah membuat Serli ikut tersenyum. Mereka berdua membawa kopi masing-masing dan memilih duduk berhadapan di salah satu meja yang ada di sana. “Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Nuri masih menyusahkanmu?” tanya Haikal saat mereka berdua sudah duduk berhadapan. “Begitulah Kak,” kekehnya. “Kamu harus sabar. Nanti juga kalua kamu sudah mendapatkan berita yang menarik, kamu tidak akan di perlakukan seperti ini lagi,” seru Haikal. “Ya, itu cukup sulit sih Kak. Apalagi aku seorang pemula dalam bidang ini,” ucap Serli mengedikkan bahunya acuh seraya meneguk minumannya. “Ah, dan kak Nuri itu. Apa kerjaannya memang selalu memerintah yah? Seperti nya selalu saja ada yang bias dia perintahkan padaku.” Haikal terkekeh mendengar keluhan Serli. “Dia memang seperti itu. Kamu harus kuat hadepin dia.” “Tapi kalua kamu mau, aku bias menemani kamu mencari berita di luar. Kalua kamu berhasil mendapatkan berita yang viral, kamu akan lebih di hargain dan Nuri gak akan berani menyuruhmu lagi,” jelas Haikal. “Boleh Kak. Apalagi aku juga bias dapat bonus,” kekeh Serli selalu apa adanya membuat Haikal tersenyum. “Ya, bonus yang lumayan. Jadi kapan kamu mau keluar sama aku?” tanya Haikal. “Kapan saja. Aku sih ikut kak Haikal aja,” seru Serli. “Oke, nanti aku cari tau dulu bahannya dan kita mulai cari beritanya,” seru Haikal membuat Serli mengatakan siap. Obrolan mereka pun berlanjut membahas banyak hal mengenai pekerjaan mereka dan juga suasana di kantor. Haikal di buat tertawa terbahak-bahak karena ucapan Serli yang blak-blakkan dan terkesan lucu baginya. Tanpa sadar Haikal terus menatap wajah manis nan cantik Serli tanpa Serli sadari. *** Malam itu Serli baru saja pulang bekerja. Ia merasa sangat lelah sekali. Seharian ini dia hanya di suruh-suruh oleh Nuri yang merupakan seniornya. “Haishh astaga lelah banget hari ini,” serunya menyentuh tengkuknya. “Ingin banget berhenti, sayangnya aku butuh biaya.” Serli berjalan menuju motornya di parkir dan menaikinya dengan memakai helmnya. Serli menguap merasa sudah mengantuk. Ia pun menyalakan starter motornya dan meninggalkan area kantornya. Suasana di kota Bandung pada malam hari cukup ramai dan penuh. Serli sampai harus mencari jalan tikus untuk sampai ke rumahnya. Ia merasa sangat cape dan begitu mengantuk. Ia sudah tak mampu menahan lagi rasa kantuk yang datang menghinggapinya. Ia tanpa sadar memejamkan matanya. Bug “Aduhh…” Serli terjatuh dari motor karena ia menabrak sesuatu di depannya. “Duh, apa ini hari sial,” gumamnya menepuk-nepuk kedua tangannya yang lecet karena mengenai aspal. Ia menunduk menatap luka lecet di tangan, siku. “Astagfirulloh…!” pekik seseorang. “Kamu tidak apa-apa?” Serli melihat tangan kekar seseorang terulur di hadapannya. Serli menengadahkan kepalanya yang masih memakai helm dan seketika matanya melebar sempurna, bahkan rasa kantuknya hilang seketika. “Serli?” “Da-daniel?” *** Part 3 “Serli…?” “Da-daniel?” Serli memalingkan pandangannya dan melihat sekeliling. Ternyata ia menabrak bagian belakang mobil seseorang hingga menggores dan cukup parah. “Ya Allah!” Serli langsung beranjak bangun tetapi tubuhnya langsung oleng karena kakinya ternyata sakit. Ia hampir saja jatuh kalua saja seseorang tidak menahan tubuhnya membuat mata mereka kembali terpaut satu sama lainnya. “Kamu terluka,” seru Daniel menyadarkan lamunan Serli membuat Serli segera melepaskan pegangan Daniel dan memberi jarak di antara mereka. “Aku tidak apa-apa,” jawab Serli menahan rasa ngilu dan sakit di kakinya. “Mobil kamu. A-aku aku akan ganti rugi,” seru Serli secepat kilat. Ah mimpi apa dia semalam, kenapa harus bertemu dengan Daniel saat ini. Di saat ia juga mengalami kecelakaan yang sialnya menabrak mobil Daniel. “Tidak perlu di pikirkan. Aku akan mengantar kamu ke rumah sakit,” ucap Daniel membangunkan motor Serli dan membawanya ke pinggir jalan. “Ayo naiklah ke mobi, aku akan mengantarmu ke rumah sakit. Motormu, aku akan meminta montir bengkel langgananku untuk membawanya dan memeriksa apa ada kerusakan atau tidak,” ucap Daniel terlihat biasa saja. “Tidak perlu,” jawab Serli. “Kalau kamu mau berdamai saat ini dan tidak meminta ganti rugi untuk mobilmu. Aku anggap masalah ini sudah selesai,” seru Serli masih tidak berani menatap Daniel di hadapannya. “Kalau begitu aku permisi.” Serli bergegas menaiki motornya dan menyalakan starter walau ngilu semakin terasa di kakinya. “Tapi Ser, ini bahaya.” Daniel berusaha mencegahnya. “Aku baik-baik saja, terima kasih sudah mengkhawatirkanku.” Serli langsung meninggalkan Daniel begitu saja. Ia melirik Daniel melalui kaca spionnya dimana Daniel masih berdiri melihat ke arahnya. “Ya Allah….” Serli merasa seluruh tubuhnya bergetar dan ia merasa jantungnya berdebar-debar. ‘Kenapa harus bertemu dengannya lagi? Setelah 3 tahun berlalu. Bukankah dia bekerja di Jakarta, lalu kenapa sekarang ada di sini. Kenapa juga Irene gak kasih kabar ke gue!’ batin Serli. Serli sampai di rumahnya dengan berjalan pincang. “Kamu kenapa Ser?” tanya Ayahnya yang saat itu tengah menonton televisi. “Aku jatuh dari motor Yah,” seru Serli. “Lho, bagaimana bias sih? Ya Allah… Ma, mama, ini Serli jatuh,” seru Ayahnya dan membawa Serli untuk duduk di sofa. “Ada apa Yah?” “Ini Serli jatuh dari motor katanya. Coba bawa kotak p3k,” seru Ayahnya. “Aduh bagaimana bias sih. Anak ini, kenapa selalu ceroboh,” seru Ibunya seraya beranjak untuk mengambilkan kotak p3k. Serli duduk di sofa dan ia melihat celana kainnya hingga batas lutut yang ternyata memang berdarah dan terluka cukup parah. Belum lagi luka lecet lainnya di kedua tangan dan sikunya. “Ahhh… Ayah sakit,” jerit Serli saat pergelangan kakinya di pegang Ayahnya. Lihat nih, pergelangan kaki kamu sampai memar begini. Apa gak sakit. Ini takutnya ada tulang yang salah atau retak,” ucap Ayahnya yang memeriksa luka di kakinya. “Paling Cuma keseleo Ayah. Jangan berlebihan. Aduh,, Mama perih. Pelan-pelan coba, sakit itu,” rengek Serli saat Ibunya membersihkan lukanya. “Lagian kamu ini anak gadis tapi kok tidak hati-hati sih. Bagaimana bias sampai kayak gini, Ser.” “Aduh Mama, memangnya anak gadis gak boleh jatuh,” keluh Serli yang pasrah kedua tangan dan kakinya di obatin kedua orangtuanya. Serli adalah anak tunggal keluarga mereka. Dia begitu di manja dan di sayang kedua orangnya. Sebenarnya ia mempunyai Kakak angkat, tetapi entah kemana dia sekarang. “Udah yah. Aku cape mau tidur,” seru Serli. “Ya sudah pergi ke kamarmu dan beristirahat.” Serli beranjak dengan kaki pincang menuju kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mengeluarkan handphone nya. Bayangan Daniel tadi kembali terlintas di pikirannya membuatnya menjadi tidak focus. “Dia berubah banyak setelah 3 tahun berlalu. Setelah dia lulus kuliah dan menghilang begitu saja. Ya Allah, kenapa jantung ini masih berdebar berhadapan dengannya,” gumam Serli kembali membayangkan sosok Daniel tadi. *** Di sisi lain, Daniel baru saja sampai di café milik Dhika dimana para sahabatnya sedang berkumpul. “Lama lu, Niel,” seru Okta. Di sana hanya ada Okta dan Seno berdua. “Tadi ada kecelakaan kecil,” ucap Daniel duduk di antara mereka. “Kenapa? Kecelakaan apa?” tanya Seno. “Hanya kecelakaan kecil. Mobil gue di tabrak dari belakang,” seru Daniel. “Terus gimana? Lu minta ganti rugi dong?” tanya Okta. “Nggak. Gue merasa bingung dan mendadak ngblank,” seru Daniel. “Kenapa emang?” tanya Seno. “Orang yang menabrak itu Serli,” seru Daniel membuat Okta dan Seno melihat ke arahnya. “Wihh beneran jodoh yah. Lu baru balik lagi kemari dan langsung ketemu dia,” tawa Seno. “Dia kerja kan sekarang,” seru Okta. “Lu tau? Kerja dimana dia sekarang?” tanya Daniel seakan penasaran. “Wani piro?” kekeh Okta. “Nyebelin lu.” “Masih penasaran aja sama dia,” seru Okta. “Alasan gue gak pacaran lagi sama cewek lain kan karena dia,” seru Daniel dengan santai. “Wih mantep, setia banget,” seru Seno. “Bukan setia, tapi hati gue udah milih dia. Alasan gue kembali ke Bandung juga karena dia,” ucap Daniel dengan santai memesan minuman untuk dirinya. “Iyalah. Lu pan model si Dhika Cuma setia sama satu cewek,” ucap Okta dengan santai meneguk minumannya. “Lu juga entar bakalan ngerasain Gator kalua hati lu udah terpaut sama satu wanita. Kayak gue ke Irene,” ucap Seno. “Aihh pada bucin. Lagian gue kagak percaya sama yang begitu. Saat suka yah ajak kencan, saat bosan yah tinggalin cari yang lain,” jawab Okta dengan santai. “Lu pan buaya,” ejek Seno membuat Daniel terkekeh. Saat itu juga pesanan minumannya datang. “Ngomong-ngomong lu tau dimana Serli kerja?” tanya Daniel. “Kagak sih. Cuma gue tau dia udah kerja dari si Irene,” ucap Okta. “Gue harus cari tau dimana dia bekerja,” ucap Daniel. “Ngomong-ngomong kita nongkrong bertiga begini makin sepi yah,” seru Seno. “Lu bener, personil kita makin gak lengkap,” ucap Daniel menyuapkan cemilan ke dalam mulutnya. “Apa kabar si Angga. Dia beneran ilang tanpa kabar,” seru Okta. “Gue udah coba hubungin dia, tetapi emang dia menghindari kita,” seru Daniel. “Aishh entahlah apa maunya tuh anak,” seru Seno. “Mungkin dia gak enak gabung sama Dhika kalua gabung sama kita. Ya jalan satu-satunya nunggu si Dhika balik dan kita seret dia buat damai sama si Dhika. Masa iya kita mau begini terus. Gue beneran gak mau Brotherhood makin renggang begini,” seru Okta. “Lu bener.” Seno berkomentar. *** “Kamu kenapa Ser?” tanya Haikal saat melihat Serli datang dengan berjalan pincang dan sebelah kakinya di gif. “Aku kemarin ngalamin kecelakaan Kak. Gak terlalu parah sih,” seru Serli. “Gak parah gimana, kaki kamu sampai seperti ini. Kenapa bias kecelakaan? Apa ada yang menabrak kamu?” tanyanya seraya membantu Serli untuk duduk di meja kerjanya. “Nggak kok Kak, aku yang salah. Aku ngantuk kemarin itu, sampai gak sadar ketiduran dan menabrak punggung mobil oranglain," kekehnya. “Kamu ini gak hati-hati,” serunya. “Kaki kamu ini udah di scan buat tau terjadi keretakan atau nggak.” “Aduh Kak gak perlu berlebihan,” kekeh Serli. “Aku beneran gak apa-apa. Palingan besok lusa juga aku udah bias lari marathon lagi,” candanya membuat Haikal tersenyum. Ia sadar ia terlalu mengkhawatirkan Serli. “Ngomong-ngomong aku udah ada bahan buat berita. Tadinya mala mini akum au ngajak kamu diam-diam meliput, tapi kamu lagi sakit begini.” Haikal menimbang-nimbang sesaat. “Sepertinya biar aku sendiri saja dulu yang menggali informasi ini.” “Tidak Kak, aku juga ingin ikut. Please….” “Tapi Ser, kondisi kamu lagi seperti ini. Aku gak mau ambil resiko,” seru Haikal. “Aku beneran gak apa-apa Kak. Aku gak mau ninggalin kesempatan emas seperti ini,” ucap Serli. “Aduh gimana yah,” gumam Haikal kembali berpikir sesaat. “Ayolah Kak Haikal. Please…” “Baiklah. Tapi kita tidak mala mini keluarnya yah. Mungkin besok atau lusa baru kita mencari informasi lagi. Malam ini biar aku saja dulu sendirian,” ucap Haikal. “Emmm baiklah kalua gitu Kak.” “Oke. Kalua gitu kamu lanjut kerja yah. Aku akan bilang ke Nuri untuk tidak membuatmu sibuk. Sebaiknya kamu mencoba memahami bahan ini.” Haikal memberikan satu buah berkas ke Serli. “Wahhh kak Haikal memang yang terbaik deh. Makasih lho Kak. Hari ini aku beneran kerja,” kekeh Serli setelah beberapa hari hanya di suruh-suruh oleh Nuri. “Oke. Kamu lanjut kerja,” seru Haikal begitu saja membelai kepala Serli membuat Serli tertegun. Ini pertama kalinya ada pria selain Daniel yang membelai kepalanya. Entah kenapa dirinya merasa tidak nyaman. ‘Daniel lagi Daniel lagi,’ batin Serli. Serli menatap kea rah layar komputernya dan kembali termenung membayangkan sosok Daniel kemarin. Daniel menjadi lebih dewasa, badannya jauh lebih tegap dan kekar. Wajahnya pun mulai dewasa dengan beberapa helai rambut halus yang tumbuh di sekitar rahangnya. Menurut Serli penampilan Daniel kemarin semakin dewasa dan terlihat berkali-kali lebih tampan dari sebelumnya. Serli menghela nafasnya. “Lupakan dia Ser. Dia bahkan tega ninggalin kamu begitu saja saat dulu kamu membutuhkannya,” gumam Serli berusaha focus untuk bekerja. *** Part 4 Saat ini Serli tengah berada di sebuah tempat makan Korea bersama dengan Ratu dan Irene. Mereka sudah memesan makanan. “Jadi gimana ceritanya lu bias kecelakaan?” tanya Ratu. “Haishhh itu lagi yang lu tanyain, kan udah gue ceritain di group,” seru Serli. “Kita penasaran cerita langsungnya. Lu beneran nabrak mobilnya Daniel?” tanya Irene. “Iya. Malam itu seperti mimpi saja,” keluh Serli kembali mengingat kejadian malam itu. Serli pun menceritakan apa yang terjadi malam itu. “Ah elah kenapa lu harus kabur gitu sih,” seru Irene. “Memangnya gue harus bagaimana?” tanya Serli. Obrolan mereka terhenti saat pesanan mereka datang. “Setidaknya lu mau aja di ajakin ke rumah sakit,” ucap Irene mengaduk mie nya dengan menggunakan sumpit. “Gue masih syok saat itu dan pertemuan kembali kami itu dalam kondisi yang memalukkan,” seru Serli melahap mie nya. “Seenggaknya kalua lu ikut dia ke rumah sakit bareng dia. Lu punya kesempatan berlama-lama berduaan dengannya. Nah lu bias tanyain alasan dia kenapa dulu langsung ninggalin lu begitu aja,” seru Irene. “Gue gak kepikiran,” jawab Serli. Ratu hanya diam mendengarkan pembicaraan kedua sahabatnya seraya menikmati ramyeon nya. “Lagian lu kenapa gak ngomong sih kalua Daniel balik lagi ke Bandung. Sahabat macam sih lu,” seru Serli. “Ck, lu main tuduh-tuduh aja. Gue kan gak tau. Lagian sejak kejadian di masalalu itu, Brotherhood udah jarang kumpul. Gue juga kalua ketemu sama kak Dewi atau kak Elza, kalua mereka ngajakin gue keluar aja. Sama si Gator aja ketemu kalua dia ada maunya dan ngehubungin gue. Selebihnya gue Cuma dapat info dari cowok gue,” ceroscos Irene. “Jadi sekarang lu mau gimana Ser?” kali ini Ratu membuka suaranya. “Gimana apanya? Gue ya gak gimana-gimana,” seru Serli. “Kala ulu masih penasaran dengannya. Lusa nanti lu datang ke nikahan kak Dewi dan tanyain deh langsung ke Daniel. Kalua mau, gue bias bantu buat lu ngobrol berdua sama dia,” ucap Irene. “Nggak usah Ren. Lagian kami udah lama putus. Dan saat Daniel pergi gitu aja juga saat kami udah putus bukan pas lagi pacaran. Jadi dia juga gak salah,” seru Serli menyeruput mie nya dengan pikiran yang melalang buana ke masalalu. *** Hari ini Serli berangkat bersama Ratu menuju acara pernikahan Dewi di salah satu hotel di kota Bandung. Acara resepsinya di gelar dari pukul 2 siang hingga malam. Awalnya Serli dan Ratu akan datang saat acara akad nikahnya pukul 10 pagi. Tetapi mereka mengurungkan niatnya dan memilih datang saat resepsi saja. Pukul 5 sore, mereka telah sampai di hotel itu dan terlihat banyak sekali tamu yang datang. “Haishh gue males datang ke tempat beginian,” bisik Ratu. “Kalau gue deg-degan banget,” ucap Serli. “Lu deg-degan karena mau ketemu dia,” goda Ratu. “Apa sih lu. Ayo masuk.” Ratu dan Serli berjalan bersama masuk ke area acara resepsi. Kado yang mereka bawa sudah di titip pada petugas penerima tamu di pintu masuk. Mereka berdua berjalan menuju altar dimana Dewi dan suaminya duduk berdampingan dan bercengkrama dengan para tamu. Mereka sampai di altar. “Selamat kak Dewi…” “Waah Serli, Ratu…” mereka berpelukan dan mencium pipi kiri dan kanannya. “Selamat menepuh hidup baru Kak Dewi, Kak Edwin,” seru Serli. “Makasih yah kalian udah datang,” ucap Dewi terlihat sangat cantic dengan balutan gaun pengantin. “Kak Dewi cantic banget,” puji Ratu membuat Dewi tersenyum. “Iya lho, aku sampai gak ngenalin Kakak,” timpal Serli. “Ah kalian ini bias saja. Makanlah dulu, dan jangan dulu pulang yah. Nanti aka nada sesi foto bersama,” ucap Dewi. “Iya Kak.” Serli dan Ratu menuruni altar dengan saling berbincang mengenai Dewi yang sangat cocok berdampingan dengan Edwin. “Serli, Ratu….” Panggilan itu menghentikan langkah mereka dan mereka menoleh ke sumber suara. Deg Tatapan Serli bertemu dengan Daniel yang berada tak jauh darinya. Yang barusan memanggilnya adalah Irene yang kini berada dengan Brotherhood.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN