Episode 9

1469 Kata
Malam menjelang, sesuai rencana mala mini Mine dan Sean akan dinner berdua merayakan anniversary mereka yang sempat terganggu kemarin. Saat ini Sean tengah menunggu Mine yang masih bersiap-siap di dalam kamar. Sean duduk di sofa yang ada di ruang televisi. Ia memainkan ponselnya dan larut dalam kegiatannya. Hingga suara langkah kaki anggun dan ketukan sepatu high heel terdengar. Sean menengadahkan kepalanya, ia beranjak dari duduknya kala melihat Mine menuruni undakan tangga dengan menggunakan gaun cantik berwarna biru terang. Ada belahan di bagian kakinya hingga batas paha memperlihatkan kulit putih dan mulusnya. Mine juga menggunakan full make up yang seakan menyulap wajah imutnya menjadi begitu cantik dan sangat menawan. Sesaat Sean terpesona bahkan ia tak berkedip dan menahan nafasnya. Sean memalingkan pandangannya kala Mine sudah menuruni tangga dan berjalan mendekatinya. “Sudah siap?” tanya Sean. “Yup.” “Kita berangkat sekarang,” seru Sean mengambil kunci mobil di atas meja. “Tunggu. Emm bagaimana dengan penampilanku?” tanya Mine tersenyum penuh harap. “Tidak ada yang salah,” jawab Sean tanpa melihat ke arah Mine membuat Mine memutar bola matanya jengah. “Aku cantik tidak, Sean?” tanya Mine. “Ya cantik.” Sean menjawab seraya melangkahkan kakinya. Dan baru dua langkah ia mendapatkan timpukan bantal di punggungnya dari Mine. “Apa sih?” seru Sean yang kini menoleh ke arah Mine. “Kamu jawab cantik tapi gak lihat aku!” seru Mine cemberut. Sean menghela nafasnya berbalik ke arah Mine. Sean menatap wajah Mine dari jarak dekat berbeda dengan tadi. “Aku melihatmu sekarang. Dan kamu sudah cantik, puas?” seru Sean. “Ya,” jawab Mine memutar bola matanya. Ia tak puas dengan jawaban Sean yang seperti terpaksa. “Dasar stone!” gerutu Mine melangkah menuju keluar apartement, dan Sean mengikutinya dari belakang. Mereka memasuki lift dan di sana ada tetangga mereka dari lantai atas. “Selamat malam Mr dan Mrs. Gultom,” sapa mereka. “Selamat malam,” jawab Mine diiringi senyumannya. Sean langsung merengkuh pinggang Mine dengan posesive kala suami dari tetangga mereka melihat ke arah Mine dengan tatapan terpesona. Sean bahkan menghalangi tubuh Mine dengan tubuhnya supaya pria tadi tidak bisa melihat Mine dengan jelas. Melihat sikap Sean yang mendadak ini membuat Mine kaget juga senang, ia sadar suaminya sedang cemburu. Suaminya menjadi begitu posesive, Mine berharap di dalam hati Sean juga sudah ada dirinya. Ting Saat pintu lift terbuka di basement apartement. Sean langsung keluar dari sana dengan masih merangkul pinggang Mine tanpa berkata apapun pada tetangganya. “Naiklah,” seru Sean yang kini melepaskan rangkulannya. Ia berjalan menuju pintu sopir dan membiarkan Mine naik sendiri di kursi penumpang. Mine hanya bisa menghela nafasnya. Ia harus sabar juga sadar kalau suaminya itu berbeda dengan pria lain yang akan selalu membukakan pintu untuk wanitanya. Sean benar-benar datar dan cuek. Tapi sialnya Mine sangat menyukai pria itu, walau kadang ia makan ati dengan sikap Sean yang terlewat cuek dan tidak peka. Mereka sudah berada di dalam mobil dan Sean sudah mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area apartement mewah itu. “Kita akan dinner dimana?” tanya Mine. “Kamu akan segera mengetahuinya,” seru Sean fokus menyetir mobil. --- Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, mereka pun sampai di tempat tujuan yaitu sebuah villa di sekitar hutan dan tampak tak banyak rumah di sana. “Ini dimana? Kamu bawa aku kemana sih. Kenapa gelap begini, bikin ngeri saja,” seru Mine kala menuruni mobil. “Apa yang membuatmu ngeri?” tanya Sean. “Kamu seperti penjahat yang mau menculik seorang putri,” seru Mine menatap sekeliling yang penuh dengan pepohonan. “Kamu terlalu banyak membaca n****+. Ayo masuk,” seru Sean menarik tangan Mine dan menggenggam tangannya membuat Mine kembali di buat kaget. Mine melihat ke arah tangannya yang di genggam Sean. Ini cukup membuatnya kaget, Sean biasanya selalu berjalan meninggalkannya tanpa perduli ia akan tertinggal. Mereka tidak masuk ke villa, melainkan terus berjalan melewati Villa dan sampai di sebuah rumah kaca yang besar, mewah dan terlihat terang dengan lampu di dalamnya. “Rumah kaca?” “Ya, ayo masuk,” seru Sean. Sean menyuruh Mine masuk terlebih dahulu. Saat masuk, mereka sudah di sambut oleh bunga-bunga cantik di dalam pot bunga dan berjajar cantik sepanjang jalan. Mine terus menerobos masuk dengan tatapan berbinar dan Sean mengikutinya dari belakang. “Astaga, ini sangat indah,” seru Mine menutup mulut dengan telapak tangannya kala sampai di tengah-tengah ruangan. Di sana terdapat ranjang yang di hias romantic, kemudian terdapat meja bundar kecil dengan dua buah kursinya. Di sana juga ada sebuah piano berwarna putih. “I-ini semua kamu yang menyiapkan?” tanya Mine menoleh ke arah Sean. “Kenapa memangnya?” tanya Sean. “Ini benar-benar indah sekali,” seru Mine begitu terpesona. Belum lagi banyak sekali tanaman bunga indah di sana. “Aku senang kamu menyukainya,” seru Sean berjalan menuju meja yang berada di sudut ruangan. Ternyata di sana sudah tertata makanan juga minuman dan dessert untuk mereka berdua nikmati. Sean benar-benar tidak ingin ada orang lain lagi di sini selain mereka berdua. Sean mengambil botol anggur dan menuangkannya ke dalam gelas berkaki. Setelahnya Sean membawa dua gelas berisi anggur merah itu dan berjalan menghampiri Mine. “Kita mulai dengan bersulang,” seru Sean memberikan segelas anggur merah pada Mine. Mine menerimanya dengan senang hati. “Kita bersulang untuk anniversary pernikahan kita,” seru Mine dengan penuh semangat seraya mengacungkan gelas di tangannya. Sean ikut mengacungkan gelasnya dan melakukan cheers, setelahnya meneka menyesapnya dengan perlahan. Merasakan rasa anggur yang nikmat dan membuat tenggorokan segar. Setelahnya mereka pun menikmati makan malam mereka dengan tenang dan menikmati suasana di sana. Alunan music classic mengiringi makan malam mereka. “Rasanya sangat lezat, dagingnya juga empuk,” seru Mine seraya melahap potongan daging ke dalam mulutnya. “Aku tidak ingin membuatmu kecewa,” seru Sean menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. “Tapi ngomong-ngomong ini semua kamu yang menyiapkan?” tanya Mine. “Kenapa kamu terus menerus menanyakan hal yang sama,” seru Sean menatap Mine dengan tajam dan itu berhasil membuat Mine terkekeh. “Aku merasa tak yakin kalau kamu yang menyiapkan semua ini,” kekehnya. “Memangnya kalau bukan aku, siapa lagi?” tanya Sean. “Mungkin kamu menyuruh orang lain,” kekehnya. “Kamu rasakan makanan yang kamu makan itu. Itu masakan aku,” seru Sean. Oho oho oho Mine segera meneguk air putih dalam gelasnya. “Beneran kamu yang masak makanan mewah yang selezat ini? Bahkan makanan dari restaurant mewah bintang 5 juga kalah sama ini,” seru Mine terpana. “Kamu terlalu memuji,” seru Sean tak menunjukkan ekspresi apapun membuat Mine tidak bisa membaca pikiran Sean. Setelah menghabiskan makanan mereka. Sean meminta Mine untuk duduk mendampinginya di depan piano. Mine pun menurut dan duduk di samping Sean. Sean mulai menekan tuns piano hingga mengeluarkan instrument yang indah. Mine sangat bahagia bisa menghabiskan malam indah seperti ini bersama Sean. Ia tidak menyangka Sean memiliki sisi romantic dan hangat seperti ini. Mine selalu mengira bahwa Sean pria yang tak berperasaan dank eras kepala seperti batu. Di sana Sean mulai bernyanyi dan Mine sangat menikmatinya. Ia tersenyum menatap wajah tampan Sean dari sampingnya dengan jarak yang begitu dekat. Akhirnya Sean menyelesaikan nyanyiannya. “Bagaimana?” “Indah sekali. Aku tidak menyangka kamu memiliki suara yang sangat indah,” seru Mine. “Kamu sedang mencoba merayuku?” seru Sean menaikkan sebelah alisnya. “Memangnya kenapa,” seru Mine semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Sean. Sesekali tatapan Mine tertuju pada bibir tebal Sean yang seksi dan rasanya pasti hangat dan mampu membakar gairah Mine. Mine ingin mencium Sean, tetapi ia menahannya. Sean yang menyadari keinginan Mine pun perlahan mendekatkan wajahnya pada Mine dan tangannya menyentuh leher jenjang Mine yang terekspos jelas. Sean mencium bibir Mine membuat Mine memejamkan matanya. Ia mencium bibir Mine dengan lembut dan perlahan. Setelah di rasa cukup Sean menarik dirinya menjauh dari Mine, tetapi siapa sangka Mine merasa tak puas dan langsung memeluk leher Sean dan menahan kepala Sean supaya tak menghindar. Mine langsung mencium Sean kembali dan berusaha memainkan permainan lidahnya yang ternyata tak bisa dan malah kacau, membuat Mine merasa malu. Saat Mine menghentikan gerakannya, Sean yang kini memimpin dan memangut bibir Mine dengan menekan kepala Mine supaya ciuman mereka semakin dalam. Mine mulai melenguh panjang kala tangan Sean tak tinggal diam. Dalam posisi masih berciuman, Sean berdiri dan menggendong Mine. Mine melingkarkan kedua tangan dan kakinya di tubuh Sean. Mine juga seakan tak ingin lepas dari Sean. Sean berjalan perlahan menuju ranjang yang tersedia di sana. Saat kakinya sudah menyentuh sisi ranjang, Sean menjatuhkan tubuh Mine di sana hingga ciuman mereka terlepas. “Kamu sudah tak sabar,” seru Sean membuat wajah Mine malu. Sean melepaskan jas yang ia pakai dan melepaskan kemejanya juga. Setelahnya Sean dan Mine sama-sama merebahkan tubuh mereka di atas ranjang dengan posisi Sean di atas Mine. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN