Mia sudah mulai bekerja perusahaan Mine. Ia berusaha menyesuaikan diri dan menempatkan dirinya di tempat barunya itu.
Saat itu Erwin datang untuk menemui Mine. Erwin di persilahkan masuk dan Mia melihatnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Erwin dan Mine mengambil duduk di atas sofa.
“Keliatannya kamu sudah jauh lebih baik,” seru Erwin.
“Ya begitulah,” seru Mine tersenyum lebar. “Jadi bagaimana jalannya proyek kita?”
“Sudah 30% berjalan. Bagaimana kalau kita melihat ke proyek sekarang?” ajak Erwin.
Mine melihat jam tangannya. “Baiklah,” seru Mine.
Mereka berdua beranjak dari duduknya. Mine menyambar mantelnya dan memakainya. Ia berjalan keluar mengikuti Erwin.
“Hel, saya akan mengunjungi proyek. Jadwalkan ulang janji temu hari ini. Sepertinya saya tidak akan kembali lagi ke kantor,” seru Mine.
“Baik Bu.”
Mia hanya melihat sinis ke arah Mine dan Erwin.
‘Mereka terlihat akrab sekali. Apa tuan Sean tau yah? Apa aku harus mengabarinya pada tuan Sean?’ batin Mia.
“Narmia sudah selesai?” tanya Rachel menyadarkan lamunan Mia.
“Eh iya Kak. Aku masih mengerjakannya,” seru Mia dan kembali mengerjakan pekerjaannya.
Mine menolak tawaran Erwin untuk satu mobil. Mine memilih menggunakan mobilnya sendiri dimana sang sopir sudah menunggunya. Akhirnya mereka pergi ke tempat proyek dengan menggunakan mobil masing-masing.
---
Di sisi lain Sean mendapat pesan dari Mia.
Narmia
Selamat siang tuan Sean. Saya Narmia. Terima kasih atas bantuan anda, saya sudah mendapatkan pekerjaan yang nyaman dan juga tempat tinggal yang nyaman. Hutang budi saya pada anda mungkin tidak akan pernah terbayar. Emm, entah ini pantas atau tidak untuk saya katakan pada anda. Tetapi tadi Nyonya pergi berdua bersama kliennya yang bernama Mr. Erwin. Mereka bilang hendak ke tempat proyek tetapi tak mengajak sekretaris. Mereka hanya pergi berdua. Maaf kalau saya sudah lancang, saya hanya merasa perlu menyampaikannya kepada anda.
Sean membaca pesan itu dengan sedikit kesal. “Erwin, sepertinya benar dia ada maksud tertentu pada Mine,” gumam Sean.
My Sean
Syukurlah kalau kamu sudah bekerja dan menerima tempat tinggal yang nyaman. Untuk ke depannya tidak perlu melaporkan apapun tentang Jasmine padaku. Aku percaya padanya. Kamu fokus saja pada pekerjaanmu.
Mendapat balasan seperti itu dari Sean benar-benar membuat Mia kesal sekaligus malu sendiri.
“Sepertinya akan sangat sulit untuk bisa dekat dengan tuan Sean,” gumam Mia yang kini berada di dalam kamar mandi.
***
“Mine bangun,” seru Sean menyentuh lengan Mine.
“Ehmm…” Mine berbalik dan tendangan kakinya hampir saja mendarat di wajah Sean kalau saja tangan Sean tidak sigap menangkapnya.
“Mine bangun,” seru Sean kembali membangunkan istrinya yang benar-benar sulit sekali untuk bangun. Mungkin kalau terjadi kebakaran atau gempa bumi, Mine tak akan mampu menyadarinya.
Sean tak kehilangan akal, ia pun menyentuh bagian leher Mine. Itu adalah bagian sensitive Mine, apalagi leher bagian belakang. Perlahan jemari Sean menyelusup ke bagian belakang leher Mine dan saat itulah Mine mengeluarkan desahan kecilnya.
“Ck wanita ini benar-benar,” seru Sean tersenyum melihatnya.
“Sean,” gumam Mine dalam lelapnya.
“Jangan berharap kamu melakukannya di dalam mimpi,” seru Sean yang kali ini mencubit hidung Mine sampai Mine membuka matanya.
“Sakit,” keluhnya dengan suara serak, ia pun menyentuh hidungnya.
“Bangun, bukannya hari ini kita harus berolahraga. Jangan malas, lemak dalam tubuhmu semakin menumpuk,” seru Sean dan saat itu juga Mine terbangun dengan gerakan cepat.
“Apa aku beneran gemukan?” seru Mine melihat ke arah Sean dengan tatapan syok. Ia bahkan menyentuh lengan dan kedua pipinya begitu lucu dan menggemaskan.
“Tidak, aku harus segera ke tempat dokter kecantikan dan lakukan sedot lemak,” seru Mine.
Pletak
“Aww, sakit. Ini kekerasan dalam rumah tangga,” seru Mine menyentuh kening yang baru saja di sentil oleh Sean.
“Jangan jadi wanita malas. Ayo bangun dan kita olahraga bersama. Aku tunggu dalam waktu 5 menit di bawah, kalau belum turun juga akan aku tinggalkan,” seru Sean beranjak dari duduknya.
“Hei! Kenapa begitu mepet,” keluh Mine dan Sean hanya melambaikan sebelah tangannya ke udara dan keluar meninggalkan kamar.
Mine hanya mencibir. “Dasar otoriter.”
Mine pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.
----
Mine sudah siap dengan setelan olahraganya. Ia pun menuruni tangga dan mendatangi Sean yang berdiri tegap dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya.
“Ayo aku sudah siap,” seru Mine.
“Baiklah.”
Mereka pun berlari bersama menyusuri jalanan di daerah apartement.
“Sean tunggu aku! Astaga cape sekali,” keluh Mine menghentikan larinya dan ia tertinggal Sean.
“Cepatlah dan jangan malas,” seru Sean yang terus berlari.
“Astaga pria itu!” Mine berusaha berlari mengejar pria itu walau ia sudah begitu kelelahan.
“Cepat! Dasar lamban,” ejek Sean.
“Awas yah!” Mine berusaha menyusul Sean tetapi ternyata terlalu sulit untuk menyeimbangi suaminya itu.
Akhirnya Mine berhenti berlari dan ia mengambil duduk di trotoar dengan termenung sesaat. Entah kenapa sejak tadi ia menatap punggung kekar Sean yang semakin menjauh membuatnya sadar akan satu hal.
‘Melihat punggungnya yang semakin menjauh, membuatku sadar akan satu hal. Mungkin begitulah deskripsi dari hubungan kami. Aku yang terus berusaha mengejarnya hingga lelah, tetapi sampai akhir pun dia tidak pernah menoleh maupun mengalah akan perasaannya. Sampai akhir pun cintaku hanya bertepuk sebelah tangan padanya. Hanya aku yang mengejar dia,’ batin Mine.
“Apa segitu saja kemampuanmu, hm?” seruan itu membuat Mine menengadahkan kepalanya dan terlihat Sean berdiri di hadapannya menyodorkan satu botol air mineral.
Mine menerima air itu dan meminumnya. “Aku sudah berlari sejauh ini. Kamu pikir berlari 1,8 km dari apartement, kamu pikir itu dekat,” keluh Mine.
“Kamu terlalu banyak mengeluh,” seru Sean mengusap kepala Mine. Ia kemudian meneguk minumannya dan Mine memperhatikannya. Betapa sempurnanya pria di hadapannya ini, bahkan saat minum pun terlihat begitu seksi.
“Apa yang sedang kamu lihat?” tanya Sean.
“Tidak ada,” jawab Mine mengalihkan pandangannya dan kembali meminum airnya. “Aku lapar.”
Sean terkekeh mendengarnya.
“Jangan mengejekku!” seru Mine kesal.
“Baiklah. Kita makan salad,” seru Sean. “Bangunlah.”
“Gendong,” rengek Mine.
“Apa?”
“Kakiku sakit karena kamu menyiksaku. Kamu sangat tega sekali pada seorang gadis,” keluh Mine.
“Oh dimana gadis itu?” tanya Sean mengejek Mine.
“Sean!”
“Aku tidak melihat seorang gadis, aku hanya melihat seorang wanita dewasa. Emm, apa kekuatanku belum membuatmu menjadi seorang wanita dewasa?” gurau Sean membuat Mine terkekeh.
“Dasar m***m!” serunya.
Sean berjongkok di hadapan Mine. “Cepat naiklah tuan putri sebelum kamu mengamuk karena kelaparan,” gurau Sean.
“Ck dasar,” Mine tersenyum dan menaiki punggung Sean.
Sean menggendong Mine dan membawanya meninggalkan tempat itu.
“Mau sarapan di restaurant atau di rumah?” tanya Sean.
“Di rumah saja, aku ingin makan salad buatanmu,” seru Mine.
“Oke.”
***
Mine terbangun dari tidurnya, dan ia kembali sendirian. Sean harus bekerja dan meninggalkannya. Mine beranjak menuruni ranjang. Seluruh badannya cukup sakit karena pergelutan dirinya dengan Sean semalam yang begitu panas.
Setelah membersihkan diri, ia pun berpakaian kantornya dan keluar meninggalkan kamarnya. Sesampainya di meja makan ia cukup kaget sudah tersedia makanan juga segelas jus di sana. Terdapat catatan kecil juga di sana.
Jangan lewatkan sarapanmu.
Semoga harimu menyenangkan, Mine.
Sean
Mine tersenyum membaca catatan itu. Suaminya itu benar-benar. Terkadang Mine tertipu dengan perhatian yang di berikan oleh Sean. Apa dia benar-benar mencintainya atau hanya bersikap layaknya seorang suami yang perduli pada istrinya. Mine benar-benar selalu tertipu oleh sikapnya.
Mine pun memilih menikmati sarapannya kembali seorang diri. Dan setelahnya ia mengirimkan pesan pada Sean.
My Hero
Aku sudah menghabiskan sarapannya. Terima kasih banyak. Semoga harimu juga menyenangkan, dan jaga dirimu baik-baik.
***