Mine terbangun dari tidurnya, dan ia kembali sendirian. Sean harus bekerja dan meninggalkannya. Mine beranjak menuruni ranjang. Seluruh badannya cukup sakit karena pergelutan dirinya dengan Sean semalam yang begitu panas.
Setelah membersihkan diri, ia pun berpakaian kantornya dan keluar meninggalkan kamarnya. Sesampainya di meja makan ia cukup kaget sudah tersedia makanan juga segelas jus di sana. Terdapat catatan kecil juga di sana.
Jangan lewatkan sarapanmu.
Semoga harimu menyenangkan, Mine.
Sean
Mine tersenyum membaca catatan itu. Suaminya itu benar-benar. Terkadang Mine tertipu dengan perhatian yang di berikan oleh Sean. Apa dia benar-benar mencintainya atau hanya bersikap layaknya seorang suami yang perduli pada istrinya. Mine benar-benar selalu tertipu oleh sikapnya.
Mine pun memilih menikmati sarapannya kembali seorang diri. Dan setelahnya ia mengirimkan pesan pada Sean.
My Hero
Aku sudah menghabiskan sarapannya. Terima kasih banyak. Semoga harimu juga menyenangkan, dan jaga dirimu baik-baik.
***
Sean baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia hendak kembali menggunakan mobilnya, tetapi ia melihat seseorang yang ia kenal.
“Mia?” seru Sean membuat Mia tersenyum dan berjalan ke arahnya. “Ada apa kamu ke bandara?”
“Tuan Sean, lama tidak bertemu,” seru Mia tersenyum. “Sudah lama saya ingin bertemu anda dan mentraktir anda karena sudah menolongku saat di Brazil.”
“Masalah itu bukan apa-apa. Kau tidak perlu membalasnya.”
“Begini. Aku ingin menemuimu dan mengajakmu untuk makan bersama walau sekali saja. Tetapi aku sulit menghubungimu dan mencari keberadaanmu. Tetapi kemarin aku dengar kamu sedang adan penerbangan, makanya aku datang kemari,” jelas Mia.
“Tidak perlu. Aku juga sibuk. Aku senang sekarang kamu sudah menjalani kehidupan normal dan damai. Sekarang pulanglah, aku juga harus pulang,” seru Sean kembali hendak menaiki mobilnya.
“Aku jauh-jauh kemari dan bahkan sempat nyasar. Apa kamu akan meninggalkanku begitu saja di sini, tuan Sean?” tanya Mia.
Sean menghela nafasnya. “Naiklah. Aku akan mengantarmu pulang.”
Mia pun menaiki mobilnya. Dan mereka pun meninggalkan tempat itu.
***
“Mia kemana, Hel?” tanya Mine saat Rachel seorang diri di meja sekretaris.
“Sedang ijin keluar sebentar, Bu,” seru Rachel.
“Kemana, apa kamu tua. Kenapa dia tidak ijin padaku?” tanya Mine.
“Dia bilang hanya menemui kenalannya. Dan dia akan segera kembali,” seru Rachel.
“Baiklah,” seru Mine. Mine berjalan menuju ruangannya dan ia teringat kalau handphone nya tertinggal di dalam mobil. Ia pun kembali keluar dari ruangannya dan berjalan menuju parkiran mobil.
Saat sampai di sana, Mine menghentikan langkah kakinya dan bersembunyi di salah satu deretan mobil. Ia melihat sebuah mobil memasuki area basement dan ia mengetahui mobil siapa itu. Yang membuatnya kaget adalah Mia turun dari mobil itu. Mia mengucapkan terima kasih dan mengatakan akan menghubunginya nanti. Setelah Mia berjalan menuju area lift, mobil Sean pergi meninggalkan basement.
“Sebenarnya ada hubungan apa di antara mereka. Apa mereka benar-benar punya hubungan di belakangku?” gumam Mine yang sangat syok dan perasaannya yang terluka.
***
Saat ini Mine bertemu dengan Michel, mereka pergi ke sebuah club malam saat pulang kerja. Mine yang mengajak Michel untuk pergi ke sana.
“Sampai kapan kamu akan menghindar setiap kali ada masalah?” tanya Michel.
“Aku tidak menghindar,” jawab Mine meneguk minumannya.
“Aku tau kamu mengajakku kemari karena Sean lagi. Ah, kapan sih kamu membutuhkanku di saat senang bukan saat sedih terus,” keluh Michel.
“Kamu mengeluh? Bukannya kita ini berteman,” seru Mine.
“Ya, tapi sampai kapan kamu seperti ini,” seru Michel. “Kalau kamu mencurigai Sean, kenapa tidak kamu tanyakan langsung padanya. Daripada terus pusing berprasangka buruk.”
“Aku takut hilang kendali, kau tau tempramenku buruk,” seru Mine. “Tapi aku yakin sih ini si Mia yang udah ngerayu Sean. Tapi apa benar Sean tertarik sama wanita bermuka boros dan mirip cacing tanah itu.”
Michel tertawa mendengar hinaan dari Mine. “Memang keliatan begitu yah?” tanya Michel.
“Kamu main ke kantorku sekali-kali dan lihat dia. Usia di bawahku tapi wajahnya boros. Dan lagi badannya kurus dan selurus papan,” jawab Mine dan tawa Michel semakin kencang.
“Astaga Mine,” kekeh Michel. “Tapi sepertinya Sean tidak menyukainya.”
“Tau dari mana, dia tadi mengantarkan wanita itu ke kantor. Bahkan Sean tidak mau repot-repot turun dari mobil dan mengunjungiku,” keluh Mine.
“Mungkin mereka tidak sengaja bertemu di jalan,” seru Michel.
“Bagaimana bisa bertemu di jalan dengan tidak sengaja. Jalan ke kantor kan beda arah dengan arah ke rumah dan bandara. Untuk apa Sean melewati jalan ke kantor kalau tidak berniat mengunjungiku di kantor. Dia ke sana pasti hanya mengantarkan wanita itu!” ceroscos Mine dengan kesal.
“Astaga, aku benar-benar di buat kesal sama wanita itu,” serunya sangat kesal.
“Kenapa gak pecat aja sih wanita itu dan kirim balik ke Brazil,” seru Michel.
“Kalau emang bisa, udah aku lakuin dari kemarin-kemarin. Sayangnya Sean begitu melindunginya,” seru Mine. “Astaga sebenarnya siapa sih istrinya Sean itu.”
“Saranku sih kamu tanya langsung pada Sean. Kalian harus bisa membuka diri dan berdiskusi dengan kepala dingin. Biar tidak ada kesalahpahaman,” jelas Michel. “Dan kamu juga Mine, jangna terlalu mudah percaya dan terpedaya dengan apa yang kamu lihat. Bisa saja itu tidak sesuai dengan kenyataannya.”
“Daritadi kamu terus membela Sean daripada aku. Sebenarnya siapa sih temenmu itu!” protes Mine.
“Aku ngomong gitu karena gak mau kamu terluka oleh prasangka burukmu sendiri,” jelas Michel. “Sudah seharusnya pasangan suami istri itu saling percaya.”
“Kamu begitu dewasa dan bijaksana. Kenapa gak menikah saja,” seru Mine.
“Kenapa jadi aku?”
“Ya, kamu sudah cocok menjadi seorang ibu rumah tangga yang cerewet. Atau kenapa gak kerja jadi pengacara atau jaksa saja. Kamu sangat pintar bersilat lidah.”
“Astaga wanita ini,” keluh Michel dan Mine dengan tenang meneguk minumannya.
***
Mine sampai di rumahnya dengan kondisi mabuk. Sean membukakan pintu rumah dan tubuh Mine hampir tersungkur jatuh ke lantai kalau saja Sean tidak menahan tubuhnya.
“Kamu minum-minum lagi?” seru Sean.
“Lepaskan aku,” seru Mine mencoba melepaskan dirinya.
“Mine, kamu tau kan hari ini aku pulang. Kenapa kamu pulang larut begini dalam keadaan mabuk?” seru Sean kesal.
“Ini salahmu juga.” Seru Mine beranjak pergi memasuki kamarnya dan Sean mengikutinya.
“Salahku bagaimana?” seru Sean tetapi Mine sudah terkapar di atas ranjang dan terlelap.
“Astaga wanita ini,” keluh Sean.
Sebenarnya ia kesal dengan Mine, tetapi ia tidak bisa untuk tak perduli dengan istrinya itu. Sean melepaskan mantel yang di gunakan Mine. Ia juga membuka sepatu Mine. Setelah itu ia mengubah posisi tidur Mine untuk lebih nyaman, hingga terakhir ia menyelimuti tubuh Mine dengan selimut hingga batas d**a.
“Kapan kamu akan berhenti minum minum,” gumam Sean menatap wajah Mine yang terlelap.
***