Episode 11

1351 Kata
Keesokan harinya Mia mendatangi kantor Mine. Ia sangat takjub dengan kantor yang begitu tinggi besar dan sangat mewah. Ia yakin perusahaan ini bukanlah perusahaan biasa. ‘Ternyata istri Sean itu bukan dari kalangan biasa. Apalagi di sini jabatannya sebagai direktur utama. Benar-benar orang kaya,’ batin Mia. “Permisi, saya Narmia. Saya mau bertemu dengan Mrs. Jasmine. Saya sudah membuat janji dengan beliau. Beliau meminta saya datang pukul 8,” seru Mia. “Baiklah, mohon tunggu sebentar,” jawab receptionist itu menghubungi sekretaris Mine. “Baiklah.” Jawab receptionist itu menutup sambungan telponnya. “Nona Mia, anda bisa langsung ke atas lantai 18. Liftnya berada di ujung jalan ini,” seru receptionist itu memberitahukan arahnya. “Terima kasih,” seru Mia berjalan menuju lift itu. Mia pun sampai di ruangan Mine dan sekretaris Mine mengantarkan Mia ke dalam. “Kalian duduklah,” seru Jasmine membuat sekretarisnya dan juga Mia duduk di kursi yang ada di hadapan Mine. “Rachel,” panggil Mine pada sekretarisnya yang bernama Rachel. “Ini Narmia, mulai hari ini dan ke depannya dia akan menjadi asistenmu dan membantu pekerjaanmu. Kamu ajari dia beberapa pekerjaan.” “Baik Miss,” jawab Rachel. “Dan antar dia ke pusat perbelanjaan. Belikan beberapa setelan pakaian kerja untuknya, sepatu juga tas,” seru Mine. “Dan Narmia, sore nanti kamu akan cek out dari hotel. Aku sudah menyiapkan apartement untukmu di dekat kantor. Apartement itu memang khusus karyawan di perusahaan ini yang tidak memiliki tempat tinggal. Rachel pun tinggal di sana, nanti Rachel yang akan mengurus perpindahanmu,” seru Mine. “Baik Bu.” “Kalau begitu kalian boleh keluar. Dan mulai ajarkan dia beberapa pekerjaan,” seru Mine. “Baik.” Rachel dan Mia pun keluar dari ruangan Mine. Mine pun kembali pada pekerjaannya. *** Mine baru saja sampai di rumahnya dan aroma masakan langsung mengusik indera penciumannya. Mine berjalan menuju dapur dan terlihat suaminya yang tampan itu sedang sibuk memasak sesuatu. Melihat punggung tegap dan lebar milik suaminya itu selalu membuat Mine terpesona. Ia ingin selalu memeluk suaminya. Mine menyimpan tasnya di meja nakas dan ia berjalan mendekati Sean. “Aroma nya sangat wangi,” seru Mine berdiri di samping Sean. “Baru pulang?” tanya Sean yang di jawab anggukan kepala oleh Mine “Cuci tanganmu dulu.” Mine pun menurutinya dan mencuci kedua tangannya. “Cobain ikan ini,” seru Sean menyuapkan potongan daging ikan ke arah Mine. Tanpa menunggu lama, Mine langsung menerima suapannya. “Bagaimana?” “Selalu lezat,” seru Mine tersenyum lebar. “Sudah matang?” “Sudah. Kita langsung makan saja sekarang,” seru Sean yang di angguki Mine. Mine membantu mengisi air ke dalam gelas dan menyiapkannya di mini bar. Dan Sean pun mengikuti dengan membawa dua piring makanan berisi menu utama makan malam mereka. Mereka berdua pun duduk berhadapan dan mulai menikmati makan malam mereka. “Sepertinya kurang kalau tanpa anggur,” seru Mine. “Kapan kamu berhenti meminum minuman beralkohol?” tanya Sean. “Hanya sedikit saja untuk menghilangkan bau amis,” seru Jasmine menampilkan cengirannya. “Hanya satu gelas,” seru Sean. “Oke.” Mine segera mengambil botol anggur dan menuangkannya ke dalam dua gelas berkaki. “Silahkan tuan,” seru Mine menyimpan satu gelas di dekat Sean dan satu lagi di dekatnya. “Malam itu juga kamu mabuk sampai parah, bukan,” seru Sean. “Malam kapan?” tanya Mine pura-pura tidak ingat. “Saat anniversary,” seru Sean menyuapkan potongan daging ke dalam mulutnya. “Itu kan salahmu juga. Siapa suruh gak jadi pulang,” seru Jasmine menyuapkan makanan ke dalam mulutnya tanpa melihat ke arah Sean. “Jangan terlalu banyak dan di biasakan minum minuman beralkohol, tidak baik untuk kesehatanmu. Apalagi kamu hampir tidak pernah berolahraga dan memakan sayuran. Kamu tidak suka vegetarian,” seru Sean dan Mine hanya bisa nyengir kuda. “Weekend ini aku masih libur. Kita olahraga bersama,” seru Sean. “Baiklah.” “Oh iya Narmia sudah datang ke kantor tadi. Mungkin besok dia sudah bisa bekerja sebagai asisten sekretaris,” seru Mine. “Baguslah,” seru Sean. “Sepertinya Mia menyukai kamu,” seru Mine dan Sean terlihat biasa saja. “Lalu?” “Ya, kamu sendiri bagaimana?” tanya Mine seakan ingin membaca isi hati Sean, ia sama sekali tidak bisa menebaknya. “Aku tidak punya perasaan lebih padanya,” seru Sean dengan santai. “Begitu yah. Kalau padaku bagaimana?” tanya Mine membuat Sean menghentikan aktivitasnya yang sedang makan. Sean melihat ke arah Mine. Mine ingin mencari tau dan mendengar kata cinta dari mulut Sean yang tidak pernah sekalipun ia ucapkan. Mine selalu berpikir bahwa hanya dirinyalah yang memiliki cinta, sedangkan Sean hanya menjalankan perannya sebagai seorang suaminya. Apalagi di masalalu, Sean pernah menolak pernyataan cintanya. “Kenapa menanyakan hal itu?” tanya Sean. “Hanya ingin tau saja. Bagaimana perasaanmu padaku,” seru Mine. “Jangan menanyakan hal yang sudah jelas,” seru Sean selalu saja menjawab seperti itu. Sean kembali menikmati makanannya dan sesekali menyesap anggurnya membuat Mine mencibirnya di dalam hati. *** Sean tadi mengerjakan sesuatu di ruangan kerjanya. Ia kini masuk ke dalam kamar utama. Terlihat Mine sudah terlelap di atas ranjang. Sean tersenyum melihat tidur Mine yang berantakan, benar-benar tidak mencerminkan seorang tuan putri atau seorang Direktur yang dingin. Sean berjalan mendekati ranjang, ia menyelimuti tubuh Mine hingga batas d**a. Gadis petakilan yang di paksa harus bersikap anggun dan dingin di hadapan para karyawan juga clientnya. Dia bersikap apa adanya hanya di hadapan kedua orangtuanya, Sean juga Michel. Sean merebahkan tubuhnya di samping Mine, ia tak masalah kalau harus sempit atau ke tendang maupun terpukul. Ia benar-benar sudah menerima Mine apa adanya. Walau tak pernah mengatakan kata cinta, tetapi Sean paling mengerti Mine dan paling sabar menghadapi segala sikap Mine. *** Mia sudah mulai bekerja perusahaan Mine. Ia berusaha menyesuaikan diri dan menempatkan dirinya di tempat barunya itu. Saat itu Erwin datang untuk menemui Mine. Erwin di persilahkan masuk dan Mia melihatnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Erwin dan Mine mengambil duduk di atas sofa. “Keliatannya kamu sudah jauh lebih baik,” seru Erwin. “Ya begitulah,” seru Mine tersenyum lebar. “Jadi bagaimana jalannya proyek kita?” “Sudah 30% berjalan. Bagaimana kalau kita melihat ke proyek sekarang?” ajak Erwin. Mine melihat jam tangannya. “Baiklah,” seru Mine. Mereka berdua beranjak dari duduknya. Mine menyambar mantelnya dan memakainya. Ia berjalan keluar mengikuti Erwin. “Hel, saya akan mengunjungi proyek. Jadwalkan ulang janji temu hari ini. Sepertinya saya tidak akan kembali lagi ke kantor,” seru Mine. “Baik Bu.” Mia hanya melihat sinis ke arah Mine dan Erwin. ‘Mereka terlihat akrab sekali. Apa tuan Sean tau yah? Apa aku harus mengabarinya pada tuan Sean?’ batin Mia. “Narmia sudah selesai?” tanya Rachel menyadarkan lamunan Mia. “Eh iya Kak. Aku masih mengerjakannya,” seru Mia dan kembali mengerjakan pekerjaannya. Mine menolak tawaran Erwin untuk satu mobil. Mine memilih menggunakan mobilnya sendiri dimana sang sopir sudah menunggunya. Akhirnya mereka pergi ke tempat proyek dengan menggunakan mobil masing-masing. --- Di sisi lain Sean mendapat pesan dari Mia. Narmia Selamat siang tuan Sean. Saya Narmia. Terima kasih atas bantuan anda, saya sudah mendapatkan pekerjaan yang nyaman dan juga tempat tinggal yang nyaman. Hutang budi saya pada anda mungkin tidak akan pernah terbayar. Emm, entah ini pantas atau tidak untuk saya katakan pada anda. Tetapi tadi Nyonya pergi berdua bersama kliennya yang bernama Mr. Erwin. Mereka bilang hendak ke tempat proyek tetapi tak mengajak sekretaris. Mereka hanya pergi berdua. Maaf kalau saya sudah lancang, saya hanya merasa perlu menyampaikannya kepada anda. Sean membaca pesan itu dengan sedikit kesal. “Erwin, sepertinya benar dia ada maksud tertentu pada Mine,” gumam Sean. My Sean Syukurlah kalau kamu sudah bekerja dan menerima tempat tinggal yang nyaman. Untuk ke depannya tidak perlu melaporkan apapun tentang Jasmine padaku. Aku percaya padanya. Kamu fokus saja pada pekerjaanmu. Mendapat balasan seperti itu dari Sean benar-benar membuat Mia kesal sekaligus malu sendiri. “Sepertinya akan sangat sulit untuk bisa dekat dengan tuan Sean,” gumam Mia yang kini berada di dalam kamar mandi. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN