Andai tidak ingat jik ada Rani, mungkin aku sudah mengumpat cukup keras pada lelaki yang kini melebggang pergi melewatiku begitu saja. Aku sungguh geram dibuatnya. Dia pikir aku tertarik dengan penawaran konyolnya itu? Aku tertawa dalam hati. Setidaknya, diluaran sana masih banyak lelaki yang mau menjadikanku sebagai istri satu-satunya, itu pun jika aku mau menjalin hubungan pernikahan dengan seseorang. Tapi sayangnya, aku belum berminat hingga sekarang. Dan kini, ada lelaki gila yang menawarkan aku menjadi istri keduanya. Yang benar saja. Pemikiranku mengenai Restu memang tidak pernah salah. Lelaki itu sejak dulu hingga sekarang masih tetap saja seorang b******n. Aku masih bersungut-sungut kesal ke luar dari dalam ruang meeting. "Zi, kita bicara sebentar," pinta Rani. Aku mengekori