Sepulangnya Restu dari tempat kosku, jujur aku semakin tidak tenang saja. Aku yakin jika apa yang Restu sampaikan tadi bukanlah bualan semata. Itu adalah penawaran konyol sekaligus gila yang pernah aku dengar. Bagaimana mungkin Restu menawarkan pernikahan denganku. Menjadi istri keduanya begitu maksudnya? Hei, dia masih waraskah saat mengatakan hal itu padaku? Tentu saja aku akan menolaknya mentah-mentah. Sekalipun aku ini seorang janda, tapi juga tidak mungkin aku mau menjadi istri kedua. terlebih dari seorang lelaki yang dulu telah menghancurkan masa depanku. Big No. Mencoba untuk memejamkan mata meski terasa sulit. Sampai-sampai selimut tebal yang selalu aku pakai kutarik menutupi kepala. Memejamkan mata tapi aku tak bisa mengusir bayang-bayang Restu. Kembali aku beranjak bangun dan du